Pertandingan babak lanjutan dijadwalkan pukul 9 pagi. Persiapan pertandingan kali ini terasa berbeda dari sebelumnya. Ada kesedihan mendalam yang masih dirasakan Andhin. Mengingat seseorang yang pernah berjasa memberikannya tempat latihan. Terkadang ia harus menyembunyikan air mata yang menetes di tengah suasana antusiasme persiapan pertandingan.
Laga babak kedua turnamen basket antar SMA di Kota Bandung telah dimulai. Pertandingan berjalan cukup ketat antar tim. Andhin mencoba tetap profesional dalam permainan meski mata yang berkaca-kaca cukup mengganggu penglihatannya. Beberapa kali ia menggosok kelopak mata untuk memperjelas kembali pandangannya.
Penglihatannya masih mengembun saat teman satu tim mengoper bola. Hingga suatu insiden kecil terjadi hingga mengundang perhatian semua orang di lokasi. Bola basket yang dilempar gagal ditangkap Andhin dan malah mengenai kepalanya hingga ia terjatuh di tengah lapangan. Benturan itu membuat kepalanya pusing sejenak. Namun beruntung, Andhin dengan cepat pulih kembali.
Salah satu teman satu tim yang berdiri di dekatnya mengulurkan tangan.
"Dhin, gak apa-apa?"
Andhin mendongakkan kepala melihat wajah teman yang mengulurkan tangan untuknya. Ternyata dia Vina-teman satu tim yang pernah berseteru saat latihan di lapangan basket sekolah. Vina tersenyum tulus seolah tak pernah ada permasalahan apapun dengannya. Uluran tangan itu disambut Andhin untuk bangkit kembali melanjutkan pertandingan.
Ia mencoba mengatur lagi pernafasan dan kembali bermain secara profesional. Mengeluarkan semua pikiran yang bisa mengganggu konsentrasi dalam bertanding. Pertandingan berjalan kembali dengan lancar hingga menit akhir pertandingan.
Kemenangan diperoleh kembali oleh tim basket putri SMAN 29 dan bisa melaju ke babak selanjutnya pada esok hari. Seluruh anggota tim kembali merayakan kemenangan. Mereka semua berpelukan sambil meneriakan yel yel kemenangannya. Perasaan bercampur aduk dirasakan oleh Andhin. Di sisi lain ia sangat senang bisa berpartisipasi dalam kemenangan timnya. Namun ia tidak bisa mengelakkan kesedihan yang masih dirasakan.
Saat berjalan bersama menuju bus yang akan mengantarkan mereka ke sekolah. Andhin mengambil waktu untuk menelepon seseorang sambil memelankan suara untuk menghindari perhatian sekitar.
📞
Halo, Pak Monang. Udah ada kabar baru dari Teh Nadi?
Kemarin ada polisi nelepon ngasih kabar kalau mamanya Nadi mau datang ke sini hari Kamis jam 10
Sama Teh Nadi nya gak?
Katanya cuma mamanya aja, mau ngasih kabar. Aku pun tak tahu lah yang nelepon kemarin itu polisi beneran atau bukan.
Aduhh, kalau Kamis aku ada tanding nih. Ya nanti aku usahain buat datang deh, Pak.
Gak usah maksakan diri ke sini lah. Kalau nanti lagi ada urusan, kau selesaikan aja dulu.
Iya, Pak. Kalau ada kabar baru tolong kasih tahu aku ya, Pak.
Usai telepon ditutup, Andhin dikejutkan dengan seorang lelaki yang berjalan di sampingnya.
"Dhin, kamu tadi di lapangan gak kenapa-napa, kan?
Ternyata Pandu sedari tadi ikut menonton pertandingan dan memilih bolos sekolah.
"Gak apa-apa. Kamu kok gak sekolah?"
Yang ditanya menunduk tersipu. "Sekali-kali bolos gak apa-apa, kan? Lagian, kamu tandingnya pagi sih."
Kepala Andhin bergeleng-geleng mendengar alasannya. "Kamu itu. Konyol banget."
KAMU SEDANG MEMBACA
About D ( Her Secret ) ✔
Teen FictionCerita Wattpad dengan visual ilustrasi di dalamnya. Andhini tak menyangka, di masa remajanya ia akan dipertemukan kembali dengan seseorang yang sempat datang di masa kecilnya. Dia adalah Dara, yang kini bersembunyi di balik nama barunya, Nadi. Nadi...