Bisa dibilang ini ajaib. Tara yang biasanya selalu bangun siang, kini pagi-pagi sudah bangun. Tara kini menghampiri ibunya yang sedang menyiapkan sarapan.
"Pagi, Mah," sapa Tara. Naura bukannya menjawab, malah menatap Tara aneh. Naura mendekat kearah Tara lalu menempelkan punggung tangannya tepat di dahi Tara.
"Gak panas ah," gumam Naura membuat Tara melebarkan matanya.
"Ya Allah, mamah tega banget. Tara gak sakit mah," cerocos Tara. Naura menampilkan muka mengejeknya.
"Kalo gak sakit berarti kerasukan ya?"
"Mamah sembarangan banget kalo ngomong!" Tara mengerucutkan bibirnya.
"Terus kok tumben bangun pagi?" tanya Naura seraya mencuci tangannya.
"Mau jalan bareng Nega, Mah," sahut Sera yang kini mendekat. Tara memelototkan matanya pada Sera.
Naura terkekeh kecil, "Nega yang mana lagi?"
Sera mengambil gelas lalu mengisinya. Dan duduk disamping Tara.
"Yang waktu itu Sera ceritain, Mah," ucap Sera lalu menenggak minumnya sampai habis.
Dibawah meja, kaki Tara mencari keberadaan kaki Sera. Lalu, Tara menginjak kaki Sera. Membuat Sera mengaduh kesakitan.
"Aduh." Naura langsung menatap Sera.
"Kenapa, Ser?" tanya Naura.
"Nih, di injek Tara," jawab Sera lalu melirik sinis kearah Tara. Tara membalasnya dengan lirikan tak kalah sinis juga.
"Kalian tuh lama-lama mamah buang di tempat terpisah tau gak? Dari kemaren gak pernah berhenti ribut," ucap Naura.
"Ih, mamah serem," ucap Sera dan Tara secara bersamaan. Kini gantian Naura yang melirik sinis kedua anaknya itu.
Memang Naura ini tipe-tipe ibu yang serem, nggak bukan tegas, tapi serem. Selain itu, Naura juga merupakan ibu yang sangat dekat dengan anak-anaknya. Bukan, bukan karena hal yang bikin terharu. Naura deket ama anak-anaknya katanya biar awet muda.
"Spill dong, Ser? Nega yang mana?" tanya Naura. Sera tersenyum mengejek kearah Tara.
"Cakep sih mah orangnya, murah senyum, asik diajak ngobrol. Pokoknya gak cocok aja kalo jadi ama Tara," jelas Sera membuat bibir Tara semakin maju ke depan.
"Terus kamu gimana, Ser?" tanya Naura. Kini gantian Tara yang tersenyum mengejek.
"Setia jomblo tuh, Mah," celetuk Tara. Sera menatap kearah Tara sebal.
"Sembarangan lo!" Sera mendorong pundak Tara. Tara? Lebay bilang sakit. Padahal, nggak.
"Turunan mamah lo tuh!"
"Mamah lo juga!"
"Tuh kan ribut lagi. Beneran mamah buang nih," ancam Naura membuat Sera dan Tara langsung terdiam di tempat.
Dalam hati, Naura lagi ngakak ngeliat muka anak-anak.
"Ini sih, Ser, kamu kalah telak sama Tara. Kamu katanya lebih idaman, tapi tetep Tara yang laku duluan," ucap Naura. Sera melebarkan matanya. Ingin rasanya ia melemparkan gelas kaca didepannya pada Naura. Tapi, Sera ingat Naura ada ibunya.
"Tuh, dasar gak laku!" ejek Tara lalu menarik kedua ujung bibirnya, membuat senyum kemenangan.
•••
Tepat jam 10, Nega datang ke rumah Tara. Nega turun dari mobilnya, lalu ia ada seorang satpam menghampirinya. Memang, jarak antara bangunan utama rumah dengan pagar jauh. Maklum, Tara kan orang kaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cigarette
Teen Fiction"Aku bisa saja berhenti, tapi aku masih tak mau." Tara paham posisinya sekarang. Masih dalam posisi menunggu padahal sudah jelas ia akan merasa sakit. Seperti perokok, yang tetap merokok meskipun mereka tahu, mereka akan sakit.