It's okay, big bro.

842 144 4
                                    

Soobin menguap. Otaknya mengepul setelah meresapi bahan ujian. Ia butuh penyegeran.

Dan, ya, kakak tersayang belum pindah dari meja ruang tamu. Soobin teringat, tadi sempat beli kudapan kecil sepulang bimbingan.

Saat Soobin meletakkan piring mungil itu dekat lengan Seokjin, perhatian empunya tidak pindah juga dari ponsel di tangan.

"Sibuknya kakakku ini." Soobin menangkup wajah dan tersenyum, Seokjin mendengkus. "Wah. Sampai keriput. Aku paling tampan sekarang."

Dahi Soobin disentil. Seokjin tertawa melihat pipi adiknya menggembung kemudian menusuk sebiji mochi ungu menggemaskan yang dihidangkan. "Duitmu banyak juga bisa dapat ini."

"Belajar darimu. Aku beruntung dapat promo tadi. Seharian ini bagaimana?"

Seokjin mengunyah pelan menyesap rasa asam manis di mulut, sudah mencampakkan ponsel ke sisi lain. "Biasa saja. Tidak ada yang penting."

"Oh?"

Seokjin mengangguk, kembali menusuk mochi. Soobin seketika menggenggam lengan Seokjin dan melahap cemilan yang harusnya ia makan. "Hei?"

Soobin menarik piring cemilan ke arahnya, mencegah tangan Seokjin ambil lagi. "Pikirnya aku percaya wajah murung begitu? Jadi, sekarang main rahasiaan?"

"Mochinya buatku, 'kan?"

"Bilang dulu."

Seokjin mengedikkan bahu, meraih ponselnya, tapi kalah cepat dari Soobin. Adiknya melotot dengan bibir menipis.

"Sini, Bin-ah. Yoongi lagi melapor ...."

"Bisa dibalas nanti."

"Dia minta sekarang."

"Tak percaya."

Seokjin menyandarkan punggung. "Besok harus persiapkan event, oke?"

Soobin segera memajukan diri. "Event?! Aku ikut!"

"Meh. Kau ujian."

"Sepulang sekolah, 'kan bisa!"

"Kau bakal capek. Belajarnya?"

"Aku ini pintar, kak! Boleh ikut, ya? Ya? Ya?"

Seokjin terkekeh. Mana tega menyurutkan pendar di mata besar itu? "Dasar bocah. Kalau nilaimu turun, takkan kuizinkan ke kedai lagi."

"Setuju!"

"Baiklah. Sini, mochinya ...."

Soobin menggeleng. "Masih hutang penjelasan padaku."

"Bin-ah ...."

"Apa karena kak Namjoon?" tanya Soobin telak. Seokjin berpaling ke arah lain. "Kalian sangat akrab kemarin dulu."

Seokjin masih membisu.

"Kak," Soobin meraih tangannya. Seokjin berpaling, "coba beri ia kesempatan. Sekali saja. Tidak apa-apa. Percaya padaku."

Seokjin balas tersenyum.

:)

Twitterpated | NJ ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang