"Ren,"
"Rena."
"Nghh..." Lenguh gue.
"Bangun, Ren. Saya gak bisa napas."
"Nghh... Berisik!"
"Ya udah, sekarang lepasin pelukan kamu. Saya susah gerak."
Refleks, gue membuka kedua mata gue. Dan selanjutnya gue dikagetkan oleh posisi yang sejak tadi malam gue hindari; meluk Pak Taeyong. Gue langsung melepaskan pelukan gue, dan terduduk.
"Pasti Pak Taeyong duluan kan, yang peluk saya?!"
"Kamu kok pagi-pagi udah fitnah saya?" Pak Taeyong ikutan duduk. "Jelas-jelas tadi kamu yang peluk saya erat, sampai-sampai kaki kamu nindih saya."
Memang iya sih, kayaknya bener gue yang meluk duluan. Ah, gue malu!
"Ya udah, sana mandi!" Suruh gue. "Sekarang masuk kerja, kan?"
Pak Taeyong malah ketawa. "Kok nge-gas?"
"Ah, gak tau ah! Saya mau cuci muka dulu!" Gue langsung aja nyelonong masuk ke kamar mandi.
Soal semalam yang Pak Taeyong gantiin semua baju gue, terus terngiang-ngiang di pikiran gue. Dan gue baru bisa tidur pas jam tiga pagi. Malu banget sumpah!
-
Sekarang gue lagi di dapur, goreng telur ceplok buat sarapan. Iya, telur lagi. Belum muncul bisul mah, gue gak bakal berhenti goreng telur.
"Telur ceplok lagi?"
Gue terdiam dan kaget. Bukan karena kaget dengan pertanyaan Pak Taeyong, tapi kaget dengan perlakuan Pak Taeyong sekarang ke gue. Di meluk gue dari belakang!
"Pak, lepasㅡ"
"Gak mau."
"Ih, Pak Taeyong!"
"Semalam kamu yang peluk saya, sekarang giliran saya yang peluk kamu."
"Tapi saya lagi goreng telur!" Kata gue ngotot. "Lepas atau enggakㅡ"
"Atau enggak apa?"
Gue diam dulu, mikir buat cari ancaman.
"Atau enggak, kamu cium saya?"
Gue membalikkan tubuh gue. "Apa sih kok tiba-tibaㅡ"
CUP~
"Kena kamu."
"AAAAAAA PAK TAEYONG APA-APAAN SIH?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello, Sir! | TAEYONG [✓]
Fiksi PenggemarRena tidak pernah menyangka kalau ia akan menikah dengan Taeyong, yang ternyata laki-laki itu adalah guru olahraganya saat di SMA. Terlebih dulu saat SMA, Rena pernah menyukai Taeyong.