Kembali ke perbatasan
25/05/20
04:46 pm
~••~
Mengetahui Yan Cheng adalah Pangeran ke-9, Yin Wei tidak merasa takut. Dia bersikap seperti biasa. Mengobrol di bawah pohon Sakura sambil meminum teh."Jadi.... Katakan padaku, di mana kau tidur?" Yin Wei penasaran. Dia tidak pernah melihat Yan Cheng berkaliaran di istana kecuali malam hari. Itu juga sepertinya dilakukan secara sembunyi-sembunyi.
"Aku tidur di rumah salah satu prajurit."
"Prajurit?"
"Iya."
"Kenapa kau tidak tinggal di istana saja?"
"Aku punya rencana."
"Rencana apa?"
"Ini rahasia kerajaan."
"Oh...." Yin Wei manggut-manggut. "Lalu, kemana saja kau selama ini? Apa kau berburu?"
"Berburu. Siapa yang mengatakan itu padamu?"
"Para pelayan. Mereka bilang, kau berburu dan akan pulang setelah berbulan-bulan."
Yan Cheng tertawa mendengarnya. Siapa yang menciptakan rumor seperti itu.
"Ha ha ha.... Berburu apa yang sampai berbulan-bulan?"
"Jadi kau tidak berburu? Lalu apa yang kau lakukan?"
"Aku ini seorang jenderal. Aku bertugas di perbatasan. Mengawasi para bandit dan mata-mata. Tidak aneh jika aku tidak pulang berbulan-bulan."
"Jadi kau seorang jenderal?"
"Benar. Satu-satunya pangeran yang merangkap jenderal. Dan ini rahasia. Jika sampai ada yang tahu, kau kupenggal." Yan Cheng berujar serius.
Yin Wei menelan ludah. Rupanya sebagian rumor itu ada yang benar. Pangeran ke-9 benar-benar mengerikan.
....
Ternyata benar kata orang, terlalu sering begadang dan terkena angin malam, tidak baik untuk kesehatan. Sekarang Yin Wei merasakannya. Badannya terasa lemas dan kepalanya begitu berat. Seperti ada yang menaruh semangka di kepalanya.
"Yin Wei, kau kenapa?" tanya Xin Mei melihat sedari tadi Yin Wei memencet pangkal hidungnya.
"Tidak. Aku tidak apa-apa." Yin Wei menggeleng. Sebenarnya kepalanya terasa sakit tapi dia tidak bisa meninggalkan pekerjaannya.
"Tapi wajahmu pucat."
"Aku baik-baik saja."
"Yin Wei, sepertinya kau sakit. Sebaiknya istirahat saja. Biarkan aku yang mengerjakan ini."
"Tidak. Biarkan aku saja." Yin Wei memaksakan diri. Dia bersikukuh untuk mencuci piring-piring kotor.
"Kau jangan memaksakan diri. Sebaiknya kau istirahat saja." Xin Mei menarik Yin Wei menjauh dari pekerjaannya. Dia kemudian menyentuh kening Yin Wei. Panas.
"Kau panas! Biar kuantar kau ke kamar."
"Tapi...."
"Pikirkan kesehatanmu, Yin Wei!"
Xin Mei kesal. Yin Wei terlalu memikirkan pekerjaannya.
"Baiklah." Yin Wei pasrah. Mungkin jika terlalu memaksakan diri, dia akan pingsan.
Xin Mei menuntun Yin Mei ke kamar khusus pelayan. Dia membaringkannya di kasur.
"Kau istirahatlah. Biar aku membuatkan obat untukmu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Yin Wei & Pangeran Ke-9 (Tamat)
Short StoryDia sosok yang menakutkan di kerajaan Jin. Semua takut menatap matanya. Tapi seorang gadis tak berpengaruh sama sekali. Dia begitu santai ketika berbicara dengan Pangeran Ke-9 dan berani membalas tatapan matanya Warning! Cerita ini alurnya berbelit...