Prita masuk ke dalam kamar yang awalnya adalah kamar Chandra. Begitu ia membuka pintu, Chandra sudah berbaring di situ. Prita mencibir.
"Katanya mau unboxing. Lah, dianya malah molor!" gumam Prita. Prita pun akhirnya segera menyusul naik ke tempat tidur, setelah mematikan lampu.
Malam ini adalah malam pertama Prita tidur di rumah mertuanya. Rasanya aneh ketika tidur di kamar asing yang bukan hotel. Rumah itu akan menjadi tempat di mana Prita akan berlindung. Rumah tinggalnya bersama suami yang sangat ia cintai.
Kerlipan tempelan bulan dan bintang di langit-langit yang berpendar menemani malam pertama Prita. Gadis itu beringsut mendekat ke arah Chandra yang sudah terlelap.
Mengetahui Prita berbaring di sebelahnya dengan menumpukan kepala di bahu kirinya, Chandra menggerakkan tangan untuk merengkuh Prita lebih dekat.
"Maaf, gangguin tidurnya, ya," ujar Prita.
Chandra menggeleng, sembari mengecup pucuk kepala Prita. "Mas ...."
"Ehm ...." Chandra hanya bergumam sementara matanya masih terpejam.
"Gimana kalau kita tinggal di rumah sendiri. Beli di perumahan itu loh, Mas. Kan enak kita, lebih leluasa ... trus aku ntar minta ART Mama ikut kita. Biar ada yang bersih-bersih dan masak. Biar Mama cari lagi." Prita mengerucutkan bibir dan mengangguk-angguk karena senang dengan idenya sendiri. "Gimana, Mas?"
Prita menunggu sejenak jawaban Chandra. Namun, yang masuk ke liang pendengarannya hanya bunyi jarum jam dinding yang bergerak disertai dengkuran halus Chandra. "Mas ... menurut Mas gimana?"
Tetap tak ada tanggapan dari Chandra, membuat Prita sedikit menegakkan tubuh untuk melihat pria yang ada di sampingnya.
"Ya elah. Malah molor! Aku beneran ngomong sama tembok!" Prita menarik sudut bibir kirinya naik ke atas, memberikan cibiran kesal.
Ia pun mengambrukkan badannya lagi, berbantal bahu kekar Chandra. Prita menghirup dalam-dalam aroma tubuh Chandra Pradipta. Sedikit heran gadis itu karena tubuh Chandra menguarkan feromon manis yang memikat Prita, yang membuatnya kerasan berlama-lama berada di pelukan Chandra.
***
Suara ketukan menggema di seluruh sudut kamar. Prita yang masih tidur berusaha tidak mengindahkan suara itu dan membenamkan kepalanya di bawah bantal.
"Mas, Prita ... bangun yuk. Udah jam 4.30. Katanya mau bantuin Mama masak?" Kelopak mata Prita membuka lebar. Suara itu adalah suara Bu Laras.
"Ya Tuhan, udah pagi aja. Masih ngantuk!" keluh Prita.
Chandra menepuk pantat Prita untuk membangunkan istrinya. "Ta, Mama bangunin tuh."
"Masih ngantuk, Mas!"
"Mama ga bakal berhenti ngomel kalau kamu belum bangun," ujar Chandra, "kamu janjiin apa sama Mama?"
"Mau ikut bantu masak." Prita menegakkan tubuh dengan menggaruk kasar kepalanya yang tidak gatal hingga rambutnya menjadi semrawut.
"Udah sono!" suruh Chandra.
Prita menengok ke arah Chandra yang justru menarik selimut dan kembali memejamkan mata. "Mas ... tidur lagi?"
"Ga bisa tidur nyenyak juga. Tapi masih pengen baringan aja," ujar Chandra.
"Temenin yuk, Mas," ajak Prita.
"Lha ngapain? Tugasku ntar jam 5 nyapu rumah." Prita menggeram kesal.
"Beneran ya mamamu begitu dapat satu mantu, langsung diperdaya," keluh Prita sambil beranjak dari tempat tidurnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tangled (Completed)
RomanceChandra Pradipta, pemuda selengekan yang enggan berkomitmen. Di usianya ke 28 tahun, Prita kekasihnya meminta agar Chandra segera menikahinya. Namun, adik Chandra - Cinde, yang enam bulan lagi menikah membuat Chandra tidak bisa langsung menyetujui n...