Vote dulu sebelum baca.
Jangan jadi pembaca gelap
Jangan lupa ajak teman nongkrong disiniHappy reading guys
----------------------------------------------
Lonceng listrik berbunyi tanda seluruh pelajaran telah usai dan semua murid maupun guru juga berkemas dan meninggalkan halaman sekolah lalu kembali besok paginya lagi.
Parkiran sekolah menjadi tempat berkumpul bagi sebagian murid. Ada yang menunggu sampai parkiran kosong, menunggu antrian agar kendaraannya dapat lolos, atau hanya berkumpul ria.
Dan juga dapat dikatakan cewe-cewe yang terkenal di sekolahan juga ikut berkumpul dengan teman-temannya. Yaitu Alya, Namima, Mita, dan Nerin sedang berkumpul. Saat mereka sedang asik mengobrol, tak sengaja Alya bertemu pandang dengan seseorang yang bermanik mata coklat dengan iris hitam yang memanggil dirinya dengan lambaian tangan.
"Guys tunggu bentar ya gue ada urusan" ucap Alya dan berjalan menuju seseorang yang memanggilnya tadi.
"Apa?" tanyanya datar saat berada dihadapan cowo yang sedang berada diatas motornya itu.
"Naik" balasnya juga datar.
"Tapi..."
"Atau aku...."
"Ok ok aku naik. Tapi, temen aku gimana?"
"Tenang aja" ucapnya "Dek" panggilnya pada salah satu adik kelas yang lewat.
"Iya kak?" tanya sang adik kelas.
"Ngga usah dek ngga jadi" sergah Alya cepat sebelum Arland memerintah adik kelas tersebut.
"Oh yaudah kak aku duluan" balasnya dan pamit dan dibalas dengan senyum dari Alya.
_My_Love_Is_Cool_KETOS_
"Tadi ngambek karena apalagi?" tanya Arland memecah keheningan diantara mereka berdua yang tengah berada dikeramaian jalan raya.
"Ngga. Lupain aja" balasnya datar.
"Sikap dingin ku kembali?"
"Tuh nyadar"
"Maklumin ajalah"
"Yaudah"
Hening. Perjalanan mereka kembali hening. Arland fokus mengendarai dan Alya sibuk dengan hpnya.
Nih anak kenapa? Bad mood lagi apa pms?. Batin Arland
"Al boleh cepetan dikit ngga?" ucap Alya sambil memegang perutnya.
"Kenapa?" tanya Arland heran.
"Perutku sakit banget kayaknya aku lagi dapet" balasnya dengan suara yang menahan sakit.
Tanpa basa-basi lagi Arland menambah laju motornya namun, masih berhati-hati. Alya memegang perutnya dengan tangan kiri yang masih menggenggam hpnya dan tangan satunya lagi meremas jaket yang dikenakan oleh Arland bagian pinggang.
Bertahan Mi. Batin Arland.
Beberapa menit kemudian akhirnya mereka sampai dikediaman keluarga Farhan. Arland yang melihat Alya dengan susah payah menahan rasa sakit pada perut wanita itu berinisiatif untuk membantu. Arland memopang lengan Alya di bahunya dan berjalan perlahan mengikuti langkah kaki sang wanita.
"Bahumu terlalu Tinggai Al, perutku tambah sakit" ucap Alya dan menurunkan lengannya dari bahu Arland.
"Bawel" balas dingin Arland. Tanpa meminta izin Arland langsung saja menggendong wanita yang lebih pendek darinya itu ala bridle style. Dan yang di gendong hanya menyembunyikan wajahnya dibalik dada bidang Arland sambil memegang perutnya dengan kedua tangannya.
"Arland" pekik seorang wanita dari arah datang mereka berdua. Cewe tersebut berlari mengejar Arland dan Alya. "Riely kenapa?" tanya dan membukakan pintu untuk Arland membawa Alya masuk.
"Assalamualaikum" ucap Arland dan menghiraukan pertanyaan yang diajukan untuknya.
"Aku nanya Arland, Riely kenapa?" sarkasnya yang terlihat panik.
"Sakit perut" ucapnya dingin. Arland sangat tak suka jika ada seorang perempuan yang berisik didekatnya.
"Ouh lagi dapet mungkin. Ngga usah manjain Ar, paling bentar lagi sembuh kalau baringan" balasnya dengan ekspresi biasa dan Arland terlihat hanya menatap datar Namima. Sesaat setelah itu, dia kembali berjalan menuju tangga atas mencari pintu kamar Alya berada. Terdapat nametag di beberapa pintu. Arland berjalan menuju pintu kamar yang nametagnya tertulis Gabriel.
Dengan susah payah Arland mencoba membuka pintu tersebut dan alhasil berhasil. Arland menurunkan Alya dari gendongannya dan memperbaiki posisi tidurnya. Melepas dengan perlahan sepatu dan kaos kaki yang Alya gunakan. Selepas itu Arland tak langsung keluar dari kamar Alya, dia memperhatikan sekitarnya.
Indah beda dari yang dulu. Batin Arland.
Kamar Alya memang tak terlalu luas tapi dapat dikatakan kalau kamar itu bersih rapi dan cocok untuk instagranable. Warna yang didominasi dengan biru muda dan putih cocok untuk karakter Alya. Lampu-lampu hias, boneka, panoroit, dan hiasan-hiasan dinding lainnya juga terkesan sangat rapi.
Tok...tok...tok
Seorang paruh baya yang memakai tudung panjang berwarna hitam itu terlihat sedang memegang sebuah nampan yang berisi dua gelas minuman. Pintu kamar Alya tadi memang terbuka agar tak ada yang merasa mencurigakan.
"Assalamualaikum mbok" ucap Arland dan menyatukan kedua telapak tangannya sambil mengucapkan salam.
"Wa'alikumussalam. Dek Al ini minumannya silahkan" balas simbok itu.
Setelah Arland mengambil satu gelas minuman di atas meja, yang diletakkan oleh simbok.
"Dek Alya minum dulu jahenya nak" ucap simbok dan membantu Alya untuk duduk.
"Mi aku pulang dulu, mau jemput Bela. Cepat sembuh. Mbok tolong jaga Alya" ujar Arland dan memberikan senyum terbaiknya untuk Alya.
"Hati-hati di jalan Al" balas Alya dengan nada lemah sambil menyambut senyum Arland.
"Assalamualaikum" ujar Arland lagi dan berjalan keluar dari kamar Alya.
"Wa'alikumussalam" kompak mereka berdua.
"Al" panggil Alya pada Arland yang tepat di depan pintu. "Makasih" ucapnya sambil tersenyum saat Arland berbalik menghadap nya. Dan Arland juga hanya membalas dengan senyuman lalu barjalan kembali.
"Gimana dengan nak Al dek? Berhasilkah jadi ketua OSIS di sekolahnya adek?" tanya simbok dengan sedikit tersenyum. Iya simbok tau karena tempat curhatnya selain Namima.
"Alhamdulillah berhasil umi. Dia yang jadi ketua OSIS-nya" balas Alya dengan senyum dan sedikit lemas karena perutnya masih sakit.
"Alhamdulillah kalau gitu. Umi jadi senang" balas simbok yang Alya panggil sebagai umi.
"Nak Al udah banyak berubah yah. Dia udah tumbuh dewasa, bukan lagi anak laki-laki kecil yang biasanya kalau ketemu umi langsung peluk. Sekarang dia sudah ngerti agama, dan jadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya. Perasaan umi kayak masih kemarin deh ngerawat kalian waktu SD eh sekarang udah SMK aja" lanjutnya lagi mengingat akan masa-masa sewaktu dia masih menjaga dua bocah yang masih ingusan itu dan sering bermanja dengannya.
Alya dan Arland dulunya serumah karena ayah dan ibu Arland bekerja di luar kota bersama dengan papa dan mamanya Alya. Mereka berdua dirawat oleh simbok Mela. Begitu pula yang waktu itu Yuda yang sudah sekolah di jenjang SMA pada saat Alya, Arland dan Namima masih berada di SD. Yuda tak terlalu akrab dengan simbok Mela, karena kesibukannya dulu yang hanya belajar jika di rumah. Kalau makan? Yah sudah pasti Mela lah yang membakannya ke kamar. Mela sudah menganggap mereka sebagai anak sendiri.
Sekedar info buat simbok Mela. Mela mempunyai keluarga di kampung, dia jua mempunyai anak sematawayang yang dirawat oleh suaminya. Kadang-kadang Mela meminta izin untuk pulang kekampung, tapi, kadang juga anak dan suaminya yang dijemput dan menginap di kota beberapa hari. Anaknya seumuran dengan Alya dan Arland.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Love is Cool KETOS (END)
Roman pour AdolescentsMelihat seseorang yang disayang bahagia, akan menjadi kebahagiaan tersendiri buat kita. Walaupun melihatnya bahagia bukan karena kita, itu sudah cukup. Banyak orang yang berfikir kalau kamu mencintai seseorang, maka relakan dia bersama yang lain, ji...