23-Kecewa yang Sebenarnya
SEORANG perempuan melangkah ragu menuju sebuah tempat kotor. Dengan ponsel di genggamannya, ia mengetuk pintu tempat itu. Pintu terbuka, seorang laki-laki berjaket menampilkan wajahnya.
"Becca?" perempuan itu mengangguk yakin.
"Masuk," ajak laki-laki itu.
Becca memasuki tempat itu terpukau, bagian luar yang kotor, kumuh, bagai tak berpenghini di dalamnya bersih, wangi, dan ramai.
"Duduk dulu, gue panggil si-"
"Eh, lo Becca itu 'kan?" suara laki-laki lain menginterupsi.
"Iya," jawab Becca.
"Oh ya udah. GUYS!! Bagian inti tetep disini, anggota lain balik," suruh laki-laki yang baru datang itu.
"Jadi? Lo tahu siapa-"
Becca menunjukkan sebuah foto. "Ini," potong Becca langsung pada jawaban dan tujuannya kesini.
"Tapi, jangan sakitin dia," pinta Becca.
"Lo bisa, lo bisa sa-sakitin yang ini," suara Becca melemah bersamaan dengan geseran pada layar ponselnya sehingga foto yang tadi terganti.
"Cowok ini ada hubungannya sama yang lo tunjukkin tadi?" tanya seorang perempuan bagian inti dari geng yang sedang berkumpul itu.
Becca mengangguk dengan hati yang terus mengulang maaf.
"Nama si cowok ini siapa?" tanya perempuan itu lagi.
Becca nampak diam dan mengetik dari ponselnya lalu menunjukkan itu pada semua yang ada di ruangan itu.
"Oke. Cabut," ujar salah satu dari mereka.
Lalu tak lama kemudian, derum motor terdengar di telinga Becca.
***
Noah nampak bersandar di tembok pemisah gerbang SMA Angkasa dan parkiran SMA Angkasa sembari asik menggerakan jari-jarinya diatas layar ponsel hitamnya. Kadang, alisnya mengeryit bergantian dengan helaan napas lelah dan gerakannya menatap arloji hitam di pergelangan tangannya. Jam pulang sekolah memang sudah lewat dan Noah belum pulang dari SMA Angkasa. Entah apa yang membuat laki-laki itu masih diam dan setia berada di sekolah.
Tiba-tiba, Noah mendengar suara tawa yang sangat ia hapal. Bersamaan dengan itu, wangi khas tubuh seorang perempuan, seakan berlalu di hadapannya. Namun, Noah dapat melihat perempuan itu bahkan tak menyadari adanya Noah, nampak biasa saja, bahkan tak peduli atau, memang sengaja tak peduli. Tak hanya itu, satu hal lain yang membuat Noah kehilangan bagian dari hatinya adalah, perempuan itu tertawa dan tersenyum kepada laki-laki lain yang bukan dirinya.
Selama ini, Noah selalu menjaga dan berusaha agar tawa dan senyum itu hanya ia yang akan nikmati namun sepertinya, Noah salah. Impian yang dulu ia andaikan, tak berpihak padanya. Perempuan itu, gadisnya, memberikan tawa dan senyumnya pada laki-laki lain, sahabatnya, Biru Rain Craise.
"An," panggil Noah.
Ana berhenti, egonya melarang ia berbalik dan meneguhkan hatinya agar terus berjalan tanpa pedulikan manusia yang memanggilnya. Perempuan itu meraih tangan Biru dan menariknya, menjauh dan mengabaikan Noah.
Noah meremat celananya, ia diabaikan.
***
Seorang siswa SMA Angkasa meringis, dari pelipisnya mengalir darah. Sekelompok pemuda baru saja mendatanginya dan mengeroyok dengan keadaan dirinya yang tak siap, bahkan tak menyadari keberadaan pemuda-pemuda yang berniat jahat padanya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Official [SELESAI - REVISI]
Fiksi Remaja[TAHAP REVISI - ROMBAK] My 1st story Ini adalah tentang dia, yang datang dan menjadi segalanya. Dia, yang membuatku sempurna, namun pergi saat aku semakin mencintainya. Ini adalah tentang dia, yang punya 1001 cara meluluhkan, dan punya lebih dari 1...