"Maaf, kami sudah berusaha semampunya tapi, saudara Win belum sadar, dan pasien saat ini masih dalam keadaan koma." Ucap dokter.
"Kami juga masih belum tau, kapan Win akan siuman. Kita berdoa saja ya, agar Win cepat kembali siuman" Lanjut dokter, dan kemudian berjalan pergi.
"Terimakasih" ucap ibu Win sambil sedikit menunduk pada dokter itu.
Bright hanya diam menyimak perkataan dokter tadi. Dia sungguh merasa bersalah sekarang. Andai saja dia bisa menerima Win, dan berusaha untuk membuka hatinya sepenuhnya untuk Win, mungkin kejadian ini tak akan terjadi.
"Kau, pulanglah. Dan jangan pernah menemui Win lagi." Ucap ibu Win pada Bright.
"Maaf.." kata yang hanya bisa diucapkan Bright.
"Ayo" ucap Man, membawa Bright pergi dari sana.
Pagi hari yang cerah, sinar matahari pun masuk melalui jendela dengan gorden putih itu, dan mengenai wajah seorang pria manis yang masih senantiasa menutup matanya. Wajahnya tampak pucat, dan terlihat beberapa goresan di wajahnya. Sang ibu yang telaten menunggu sang putra membuka matanya itu pun hanya bisa berdoa agar sang putra cepat siuman kembali, dan kembali melihatnya tertawa dengan menampakkan gigi kelincinya itu.
Sudah terhitung dua minggu Win masih dalam keadaan koma. Tentu saja setiap harinya ibunya menunggunya, dan tak lupa teman temannya akan datang untuk bergantian menjaga Win sehabis pulang sekolah.
"Tante istirahat saja dulu. Biar Win kami yang jaga" ucap Fong yang masih mengenakan seragam sekolah.
"Baiklah. Terimakasih ya. Tante pulang dulu sebentar. Jika kalian ingin buah, ambil saja, dan kupas sendiri na?" Ucap ibu Win dengan ramah pada Fong, Aj dan Jj.
"Baik tante" jawab ketiganya serempak.
Setelah itu, ibu Win berjalan pergi.
"Win, kapan kau akan bangun?" Ucap Aj pada Win yang masih terbaring lemah. Dan tentu saja tak mendapat jawaban dari si kelinci.
"Apa yang kau lakukan. Kenapa kau bertanya padanya? Emangnya dia tau, kapan dia akan bangun" ucap Jj yang memukul kepala Aj, dan membuat semua orang yang ada di ruangan itu tertawa, kecuali Win tentu saja.
Di balik pintu kamar Win, Bright melihat Win dari kejauhan. Sungguh dia hanya ingin melihat senyum Win sekali lagi saja.
"Win, bangunlah. Aku janji akan berubah. Tapi kumohon bangunlah dulu" gumam Bright dari balik pintu.
"Hoi. Aku lapar. Aku mau ke bawah mencari makan dulu" ucap Aj tiba tiba.
"Aku ikut" ucap Jj
"Aku akan di sini menunggu Win" ucap Fong.
"Hmm baiklah." Ucap Aj, lalu dia dan Jj keluar.
Bright yang melihat seseorang akan keluar pun, lantas sembunyi di balik tembok.
Beberapa menit kemudian
Drrrt drrrt[anggap suara geter HP]
Fong mengangkat teleponnya yang bergetar.
"Ada apa?" Ucapnya pada orang di sebrang sana.
"Bisa kau ke sini sebentar, dan bawa dompetku di dalam tas. Aku lupa membawanya tadi" ucap Aj dari sebrang telepon sana.
"Kau ini. Baiklah. Tunggu sebentar" ucap Fong, lalu mematikan sambungan, dan mengambil dompet Aj dari dalam tas, kemudian berjalan menuju kantin rumah sakit.
Bright yang melihat Fong keluar pun, lalu berjalan menuju pintu kamar inap Win. Dan dilihatnya, tak ada siapapun di sana. Bright kemudian membuka pintu itu, lalu berjalan masuk, dan mendudukkan dirinya di kursi samping ranjang Win.
Perlahan, Bright memegang tangan Win dan mengelusnya pelan.
"Win, maafkan aku." Ucap Bright sambil menunduk.
Perlahan, air mata Bright menetes. Sungguh, dia belum pernah meneteskan air matanya setelah kematian ibunya dulu. Dan sekarang, dia kembali menangis, dan itu semua karna Win.
Bright mengambil kain bersih, dan sebaskom air, lalu ia letakkan di atas meja nakas. Bright membasahi kain itu, kemudian memerasnya, dan mulai mengelapi bagian tubuh Win hanya yang tak terbalut oleh baju rumah sakit.
Setelah selesai, dia kembali duduk, dan memandangi wajah Win. Perlahan, dia mengusap pipi Win.
"Win, bangunlah. Setelah kau bangun, kau boleh membenciku sesukamu." Ucap Bright, yang masih mengelus pipi Win.
"Apa yang kau lakukan di sini" ucap Fong, yang baru saja datang, bersama dengan Aj dan Jj.
"Aku ingin melihatnya" ucap Bright.
"Apa sekarang kau merasa bersalah telah membuatnya terbaring di sana sekarang?" Ucap Fong, mendekat ke arah Bright.
"Kau tau, betapa gigihnya dia dulu untuk bisa kembali dekat denganmu? Aku sudah memberi tahunya untuk berhenti. Namun, dia begitu keras kepala, dan tetap akan berusaha untuk dekat denganmu. Dan kau tau, seberapa banyak dia tersakiti selama ini? Apa kau sadar itu Bright!" Ucap Fong kembali, dan berhasil membuat Bright terdiam.
"Sudah tenang. Ini rumah sakit" ucap Aj menenangkan Fong.
"Hmm aku tau. Dan aku adalah orang bodoh yang telah menyia nyiakannya dulu." Ucap Bright setelah sekian lama dia terdiam.
Tak lama kemudian, ibu Win masuk.
"Ada apa ini? Kenapa ribut sekali?" Ucap Ibu Win yang baru datang.
"Kau? Kenapa kau di sini?" Ucap Ibu Win menunjuk Bright.
"Saya hanya ingin melihat Win sebentar mae" jawab Bright sedikit tertunduk. Pasalnya, dia tau apa yang akan dikatakan ibu Win setelahnya.[bah peramal kali kau]
"Aku sudah bilang, jangan pernah menemui Win lagi. Sekarang, keluar" ucap Ibu Win, dan dengan langkah berat, Bright berjalan menuju pintu. Sebelum pergi, dia berkata
"Maaf mae" ucap Bright, sebelum melangkah pergi.
Setelah itu, Bright tak pernah menampakkan dirinya lagi di depan Win. Dan sekarang, sudah satu bulan Win berbaring di ranjang rumah sakit, dengan matanya yang masih tertutup.
"Win anakku, bangunlah na? Sudah sebulan kau tak kunjung membuka matamu." Ucap Ibu Win yang duduk di kursi samping ranjang, dengan memegang tangan anaknya yang terpasang selang infus. Perlahan, air mata keluar dari mata indah wanita paruh baya itu.
Beberapa detik setelahnya, tangan Win bergerak. Walaupun itu hanya pergerakan kecil, namun ibu Win merasakan gerakan itu. Wanita itu kemudian mengangkat wajahnya, untuk melihat wajah sang putra. Dan sekali lagi, sang putra membuat pergerakan kecil di jarinya.
Seketika, wanita itu bangkit dari duduknya, dan berlari ke luar kamar, untuk mencari perawat, atau dokter yang lewat untuk memeriksa keadaan anaknya.
Perlahan, mata indah itu terbuka, dan menampakkan pupil matanya yang hitam legam itu. Tubuhnya terasa kaku. Win mencoba mengingat kembali kejadian yang menimpanya. Dan hanya sekelibat kejadian yang terlintas. Dia ingat, bahwa ia berlari menuju jalanan, dan tiba tiba tubuhnya terasa mati rasa. Dan satu hal lagi yang ia ingat, sebelum semuanya menjadi gelap. Yaitu, Bright yang memangku kepalanya sambil menangis. Deretan kejadian itu terus terlintas di pikirannya. Dan itu membuat dadanya terasa sesak. Perlahan, air mata Win menetes.
🦊
..
.
.
.
❤️
..
.
.
.
🐰Gimana? Udah sad belum? Next chapter bakalan lebih greget nih. See you next chapter ya.
TBC🔪
Vote and comment
Sorry for typoYour smile always killing me-Win
KAMU SEDANG MEMBACA
HEY! FUCK BOY [BRIGHT VACHIRAWIT]
FanficSeorang anak laki laki kecil bernama lengkap Bright Vachirawit Chivaaree, memiliki seorang sahabat bernama Win Metawin. Dua anak itu terpisahkan, saat Bright dan keluarganya pindah ke suatu kota besar di Thailand, tepatnya di Bangkok. Setelah bebera...