Pak Taeyong menggenggam tangan gue saat kita berdua keluar dari kamar. Kami berdua berjalan menuju meja makan, kata Pak Taeyong, kakek dan nenek sudah menunggu di meja makan untuk sarapan.
Dan akhirnya, sepasang suami istri yang sudah gak bisa disebut muda lagi, menyapa kami berdua dengan senyuman hangat mereka.
"Menantuku!" Kata neneknya Pak Taeyong heboh. Begitu gue sampai dihadapannya, nenek langsung memeluk gue erat, bahkan mencium kening gue.
"Hai, nek, kek, saya Rena." Kata gue mengenalkan diri kepada kakek dan neneknya Pak Taeyong, kemudian mencium tangan mereka.
"Wah... cantik pisan ya kek, istrinya cucu kita." Ujar nenek dan membuat gue malu.
"Iya nek, kayak nenek pas masih muda geuning!" Sahut kakek.
"Maaf ya kek, nek, semalam saya ketiduran, jadinya enggak salaman dulu sama kakek dan nenek." Kata gue merasa bersalah. "Bangun-bangun saya udah ada di kamar."
"Gak apa-apa atuh, cantik.. neng Rena juga kelihatan capek banget." Kata nenek.
"Hayu atuh sarapan. Pasti neng Rena sama Taeyong udah lapar banget." Ajak kakek. Kemudian kami semua duduk dan mulai menyantap sarapan.
"Ngomong-ngomong, maaf ya cu, nenek sama kakek kemarin enggak datang ke acara nikahan kalian." Kata nenek. "Taeyong tau sendiri, nenek sama kakek sekarang suka mual kalau naik mobil."
"Iya, kami cuma bisa ngasih doa ke kalian. Semoga langgeng dan dikasih anak secepatnya. Kakek sama nenek juga pengen jadi buyut atuh..." Sahut kakek, dan membuat gue malu, sedangkan Pak Taeyong malah ketawa.
"Enggak apa-apa atuh, nek, kek. Yang penting kan nenek sama kakek di sini sehat-sehat aja." Kata Pak Taeyong. Kemudian kita berempat lanjut makan lagi.
"Pak Taeyong mau nambah nasinya? Lauknya?" Tanya gue ke Pak Taeyong.
Pak Taeyong mengangguk. "Nasinya aja."
Kemudian gue ngasih satu centong nasi putih ke piringnya Pak Taeyong.
"Lho, neng Rena manggilnya Pak Taeyong?"
Gue langsung menoleh ke nenek, sambil senyum malu.
"Naha geuning manggilna sanes Aa?" Gue memang gak bisa bahasa sunda, tapi gue paham sama apa yang dikatakan kakek barusan. Dan itu malah bikin gue tersedak. Pak Taeyong dengan sigap, ngasih gue segelas air putih.
"Maaf kek, nek." Kata gue setelah selesai minum.
"Neng rena manggil cucu kita Pak Taeyong itu, pasti karena nantinya kalau mereka udah punya anak, neng Rena teh mau ngajarin anak-anaknya juga buat manggil ayahnya Bapak. Bukan begitu, neng?" Tanya nenek ke gue.
Gue cuma nyengir gak jelas sambil lirik Pak Taeyong yang juga lagi senyum kikuk.
"Muhun, nek. Nanti kalau kita berdua punya anak, anak-anak akan memanggil kita Bapak dan Ibu." Jawab Pak Taeyong.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello, Sir! | TAEYONG [✓]
FanfictionRena tidak pernah menyangka kalau ia akan menikah dengan Taeyong, yang ternyata laki-laki itu adalah guru olahraganya saat di SMA. Terlebih dulu saat SMA, Rena pernah menyukai Taeyong.