"Hyung, mau kemana?"
"Bersiap, besok mau pulang."
Taehyun mendelik. Dia buru-buru bangkit dari posisi tidurnya dan menggandeng lengan Beomgyu.
"Hyung jangan pergi~ Aku sendirian di sini hiks."
"Aku tidak bisa berlama-lama di sini, Taehyun. Penelitiannya sudah selesai, harus segera kembali ke Seoul."
Taehyun malah menangis.
Beomgyu terpaksa menghentikan aktivitasnya demi menenangkan si kecil. Dia mengangkat Taehyun ke pangkuannya, memberikan kecupan sebanyak-banyaknya di seluruh wajah Taehyun.
Aww dia lemah melihat Taehyun menangis.
"Memangnya sampai kapan acara camping sekolahmu, hm?"
"Masih 3 hari lagi. Hyung, bisakah kau bertahan sebentar saja? Aku tidur sama siapa di sini kalau Hyung tidak ada?"
"Biasanya kau bersama siapa?"
"Sejak hari pertama sudah bersama Hyung."
Iya juga ya, pikir Beomgyu.
"Memangnya kau tidak dapat teman?"
Taehyun menggeleng.
"Aku setenda dengan guru."
Beomgyu akhirnya bisa menghubungkan benang merah yang sempat terputus. Jadi begitu ceritanya.
Beomgyu masih penasaran.
"Kenapa dengan gurumu, hm? Bukannya banyak tenda siswa di sana? Tidak cukup masa?"
Taehyun menggeleng, tidak ingin menjawab. Dia pun memeluk leher Beomgyu, masih merengek ingin Beomgyu jangan pulang dulu.
"Aku tidak bisa, Taehyun. Aku ini sudah semester akhir, harus segera menyelesaikan studi."
"Jadi apa kita tidak akan bertemu lagi, Hyung? Kau akan meninggalkanku dengan seperti ini?"
"Sejak awal kan kita memang bukan siapa-siapa."
Pernyataan itu lebih sakit dari apa pun di dunia ini.
"Kalau begitu, jadikan aku siapa-siapamu, Hyung."
Taehyun pun menangkup wajah Beomgyu, lalu menciumnya. Nooo dia tidak mau kehilangan Beomgyu. Dia ingin bersama-sama Beomgyu terus. Beomgyu hangat, Beomgyu baik, Beomgyu yang dia cintai, harus bersamanya.
Setelah summer camp ini berakhir, dia akan kembali ke kehidupan monotonnya lagi. Entah mau belajar sungguh-sungguh maupun tidak, dia akan tetap diberi nilai sempurna. Karena dia telah berhasil memuaskan kepala sekolah, jadinya dia tidak perlu susah payah belajar, atau bahkan membayar biaya sekolah. Karena dia punya tiket bypass langka. Cukup dengan memberikan tubuhnya pada mereka, ia tenang sudah.
"Aku akan mempertimbangkan permintaanmu tapi dengan satu syarat."
Taehyun menatapnya penuh harap. "Syarat apa Hyung?"
Beomgyu mengeluarkan ponselnya, lalu memperlihatkan pada Taehyun foto yang diambilnya kemarin.
Taehyun awalnya bingung, tapi setelah menyadari foto apa itu, dia langsung merebut ponsel itu. Tapi Beomgyu lebih cepat. Dia melempar jauh ponselnya sampai berhenti di pojok tenda, lalu menindih Taehyun di atas matras.
"Beritahu aku, apa maksudnya foto itu."
"Dari mana kau mendapatkannya? Tolong hapus foto itu."
Beomgyu menggeleng. Dia merasa jahat saat melihat Taehyun makin deras saja menangisnya.
"Aku melihat dengan mata kepalaku sendiri, Taehyun. Apa itu maksudnya kau memaksa ingin tidur di tendaku? Karena mereka menyetubuhimu?"
"Itu bukan urusanmu, Hyung. Kau yang bilang sendiri kita bukan siapa-siapa."
"Kau juga yang bilang sendiri ingin menjadi siapa-siapaku. Kalau aku tidak tahu tentang dirimu, bagaimana caranya aku menjadikanmu siapa-siapaku, Taehyun?"
Taehyun menyeka air matanya dengan kasar. Dia tidak siap dengan Beomgyu yang mengetahui kehidupan gelapnya. Dia ingin mempersembahkan dirinya sebagai orang yang baik pada Beomgyu, tapi ternyata fakta sekeji itu mencegahnya.
"Aku bisa bantu dirimu untuk terbebas dari mereka, Taehyun."
Taehyun menggeleng, jauh di luar perkiraan Beomgyu.
"Tidak bisa. Aku tidak akan pernah bebas dari mereka, bahkan kau pun tidak akan sanggup melakukannya, Hyung."
"Kenapa? Aku punya bukti, aku bisa melaporkan mereka pada polisi, aku juga bisa mengadukan masalah ini ke komisi perlindungan anak, kau masih di bawah umur."
Taehyun sekali lagi menangkup wajah Beomgyu. Mengelus pipinya, menyibakkan rambutnya ke belakang, meraba rahangnya yang tegas.
"Jangan ... nanti kau yang akan kena. Hyung, kau sudah semester akhir, tinggal sedikit lagi kau wisuda. Kumohon, jangan korbankan masa depanmu sendiri hanya untukku. Hyung tidak boleh punya riwayat kriminal, Hyung harus bersih, masa depanmu masih panjang."
"Harusnya aku yang bilang begitu, Taehyun."
Yang lebih muda menggeleng.
"Dua orang sudah berusaha melakukan itu untukku, Hyung. Tapi semuanya tidak berakhir seperti yang direncanakan. Aku tetap menjadi budak, sedangkan mereka, berakhir di penjara dan satu lagi berakhir di rumah sakit jiwa. Orang dewasa itu jahat, mereka sangat mudah membalikkan fakta, terutama yang memiliki uang dan jabatan. Hyung jangan, ya. Kumohon."
"Tapi Taehyun--"
"Jangan. Aku mohon padamu, jangan sekalipun melakukannya. Demi kebaikanmu sendiri. Orang yang kucintai tidak boleh hancur masa depannya."