Chapter 3

189 15 1
                                    

Setelah selesai menggoreng telur, Naruto berencana memakan telur itu bersama nasi sebagai sarapan, tapi sosok omega bertubuh ramping berjalan ke sisinya dengan hanya memakai lingerie tipis cenderung transparan, membuat safir itu melotot dan hampir memuntahkan suapan pertamanya.

"S-Sasuke-san, darimana kau mendapatkan pakaian itu?"

"Dari Minato-san."

Dahi Naruto mengerut mendengar jawaban jujur itu, apa tujuan ayahnya adalah membujuknya kembali ke rumah, Naruto kepikiran hal itu mengingat Sasuke adalah suruhan ayahnya?

Sasuke membuka kulkas, ia mengambil sebutir telur segar, menggorengnya lalu duduk dengan menarik kursi di sebelah Naruto.

Bukannya makan, Sasuke malah memperhatikan wajah Naruto yang lagi makan cukup lama, membuat pemuda safir itu kikuk dan tersedak, tangan kiri Sasuke terjulur hendak membersihkan sisa nasi di ujung bibir Naruto.

Naruto spontan menepis tangan kurus itu dengan lembut, ia pura-pura baik-baik saja padahal jantungnya sudah mulai berdegup kencang. Matanya juga berusaha dengan keras untuk tidak menoleh kepada lekuk tubuh indah nan menggoda yang terekspos secara cuma-cuma.

Naruto sebenarnya tidak ingin berniat macam-macam, ia hanya ingin menghabiskan sarapannya dengan tenang, tapi salahkah ia jika berprasangka kalau omega ini hari ini berusaha untuk menggodanya?

Namun, sebelum Sasuke berhasil menaklukkan dirinya ke dalam surga dunia yang berisi jebakan batman Namikaze Minato, Naruto buru-buru masuk ke toilet dan mengunci dirinya sendiri di dalam.

Pemuda itu membenturkan dahinya sendiri ke dinding toilet, dimana ia mencoba menormalkan degup jantungnya yang berdebar kencang. Ia juga memperhatikan selangkangannya yang mulai ereksi, lalu mengumpat keras, "What the f**k!"

Ayahnya benar-benar mengenal dirinya, Sasuke adalah benar-benar tipenya. Sang ayah sungguh-sungguh berniat untuk mengacaukan hidupnya.

***

"Kau tak punya pacar?" tanya Naruto ketika menuruni tangga, mata safir itu melihat Sasuke masih memakai pakaian yang sama sejak tadi pagi sedang duduk di sofa panjang ruang tamu.

Sasuke menatap sang safir.

"Sekarang malam minggu, kau tak pergi berkencan?" tanya Naruto lagi.

"Aku tidak punya pacar, aku sedang bekerja tidak ada waktu untuk hal-hal semacam itu."

Sasuke berdiri dari sofa dan mendekati Naruto yang baru saja mencapai lantai bawah ruang tamu. Sasuke langsung mencium pemuda pirang itu tanpa permisi.

Naruto terkejut dan mendadak emosi, ia lekas mendorong bahu Sasuke yang masih berjinjit kala memposisikan diri bercumbu dengan bibir merah pemuda pirang.

"Apa-apaan!?"

***

Penuh emosi, Naruto menarik lengan Sasuke hingga mendekati pintu keluar, tubuh ramping itu dilempar ke luar rumah dan pintu langsung dikunci rapat.

Awalnya Naruto merasa lega karena masalahnya sudah pergi. Setelah satu jam saat mengecek halaman Sasuke pun sudah tidak terlihat lagi, Naruto tersenyum.

Tetapi saat lewat tengah malam Naruto malah kepikiran tentang Sasuke yang tak pulang.

Kenapa dia tidak pulang, aku kira dia bakalan punya cara untuk masuk ke rumah dengan paksa. Apakah omega itu akan baik-baik saja di luar, dimana dia bermalam?

Naruto menepis pikiran baiknya.

Kenapa aku memikirkan orang itu, kenapa aku khawatir padanya, seharusnya tidak perlu, 'kan?

Naruto memasuki dapur untuk menormalkan pikirannya yang sudah kemana-kemana, tapi tidak ada yang memasak disana. Perutnya lapar.

Si pirang berjalan menuju kulkas, lima kaleng sake ia ambil dari dalam sana, kembali menuju ruang tamu dan berpesta kecil-kecilan.

Naruto tidak tau kenapa ia mengkhawatirkan pemuda itu, harusnya ia tidak perlu begitu, Sasuke adalah bom tangan yang dilemparkan ayahnya padanya yang tentu akan segera meledak. Tapi...

...Ia merindukan pemuda itu.

Setelah menghabiskan lima kaleng sake, Naruto merasa pandangan matanya mengabur, ia seperti melihat bayangan Sasuke yang sedang berada di dalam rumah berjalan mendekati sofa panjang tempat duduknya.

"Hik!" sambil sesekali cegukan ia menunjuki bayangan itu lalu menceramahinya, "Aku memikirkanmu, tapi apakah kamu memikirkanku juga, atau kau hanya memikirkan pekerjaanmu saja?"

Bayangan Sasuke itu lebih dekat kepadanya lagi, sampai-sampai Naruto merasa kalau bayangan Sasuke itu benar-benar nyata.

"...Kenapa aku merindukanmu, apa aku ini sudah gila?" Naruto terkekeh, "Bukankah kau hanyalah alat ayahku untuk membujukku kembali ke rumah, harusnya aku sadar akan hal itu..."

Sasuke mendorong dada Naruto hingga jatuh berbaring di sofa, mata sayunya menatap mata oniks itu lalu hendak mengomel lagi, tapi lekas dibungkam oleh sapuan lembut belah bibir yang tadi sore sempat menciumnya.

Naruto yang mabuk tanpa sadar meladeni ciuman itu, memasukkan lidah untuk menyapa lidah lain dan mengabsen gigi-giginya. Ia meremas serat kain di bahu Sasuke, menggenggamnya erat seolah tak ingin sosok yang tanpa sadar telah diinginkannya itu beranjak dari sana.

Sasuke mulai melepas pakaiannya satu-persatu, pemuda pirang yang sepenuhnya mabuk meracau tak jelas namun tidak ingin mengakhiri apa yang pemuda satunya lakukan pada dirinya.

"Apakah kau dibayar ayahku untuk ini juga?"

Naruto sempat terkekeh, namun setelah omega itu melepas seluruh pakaian dan bugil di hadapannya, Naruto mulai terdiam, pandangan sayu yang hampir sepenuhnya dikuasai oleh alkohol itu tak berkedip, ia bahkan tidak dapat menutup mulutnya dengan baik.

Sasuke kini juga mulai meraih pakaian Naruto, bermaksud melepaskan pakaian yang dikenakan sang blonde juga.

Awalnya Naruto mencegat dengan menggenggam ujung kaosnya, dahi sang blonde berkerut, ia masih sadar harus mempertahankan harga dirinya, terutama di depan sang ayah.

"...Jangan lakukan itu jika tidak atas dasar cinta."

"Aku mencintamu..."

Naruto menutup mata dan tertawa, tau kalau percaya kalimat itu maka ia akan terjebak dalam perangkap ayahnya.

Tapi, sekuat apapun ia berusaha, ia tetap tidak dapat membendung nafsu birahi, apalagi disaat mabuk begini.

Naruto membuka matanya lagi, pandangan pertamanya langsung berpapasan dengan kulit putih susu Sasuke yang tak terlindungi apapun. Ternyata ia tidak berhalusinasi, sosok di depannya ini benar-benar Sasuke.

Sang blonde terdiam sesaat sebelum berkata, "Jangan salahkan aku jika kau hamil." Detik itu juga Naruto merubah posisi berbaring mereka, kini pemuda berambut piranglah yang menindih Sasuke.

Kedua belah tangan tan mulai membuka kaos dan celana pendek yang dikenakan, menunjukkan sesuatu yang sudah keras sedari tadi. Membelai sebentar sebelum memasukkan benda itu ke tempat yang seharusnya.

Ternyata si pemuda pirang sudah kalah melawan ayahnya...

|
|
|

Tbc...

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 09 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Detective, Are You Okay? (NaruSasu)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang