Hari Minggu Tara terselamatkan. Setelah sebelumnya menolak ajakan Sera ke salon dan memilih jalan bersama Nega. Kini ia juga akan pergi ke salon bersama Sera dan Naura. Kemarin Sera tak jadi pergi ke salon, katanya adanya urusan mendadak di kampusnya.
Gak heran. Kakaknya itu emang orang sibuk.
Akhirnya hari Minggu ini, mereka bertiga memutuskan untuk girls time gitu.
Oh ya, tuan Graceva, ayahnya Sera dan Tara, juga suaminya Naura merupakan orang yang sibuk sekali. Tiga bulan ini, beliau ada urusan yang mengharuskannya pergi ke Singapura. Tadinya Naura mau ikut, cuma gak jadi takut di kacangin.
Kata Naura juga, sifak sok sibuk ayah mereka itu turun ke Sera. Kalo sifat, leyeh-leyeh, menye-menye nya Naura itu nurun sempurna ke Tara. Tara gak masalah sih. Itu tandanya dia emang anak Naura beneran bukan anak nemu di tong sampah atau yang lainnya.
Sera, Naura, dan Tara berjalan beriringan, sengaja beriringan biar Naura kelihatan seumuran. Tolong ya, Ny. Graceva. Kerutan di wajah gak bisa bohong.
Mereka bertiga masuk disalah satu salon. Salon ini punya Naura, jadi udah jelas kan keluarga Graceva adalah keluarga sultan. Naura, Tara, dan Sera tersenyum menyapa para pegawai yang tunduk pada mereka. Naura, Tara, dan Sera memilih untuk perawatan wajah dan rambutnya dulu.
Setelah menunggu sangat lama. Akhirnya Naura, Sera, dan Tara sudah selesai. Kini mereka duduk dan membiarkan beberapa pegawai mengurusi kuku-kuku mereka.
"Abis ini kita makan dulu, ya?" ajak Naura. Sera dan Tara mengangguk.
"Abis makan, belanja ya, mah?" Naura melemparkan tatapan tajamnya pada Sera.
"Uang kamu sendiri!" Sera melebarkan matanya.
"Mah, kan aku belum kerja," ucap Sera lalu mengerucutkan bibirnya.
Tara mendecak malas, "Sok imut lo!" cercanya pada Sera.
"Emang gue imut," balasnya.
"Imut tapi sayang jomblo, Tar," tambah Naura seraya tertawa. Tara juga ikut tertawa.
Tara teringat sesuatu, "Kak Sera tuh sok jual mahal, mah," ucap Tara. Naura menengok kearah Tara lalu mengerutkan keningnya.
"Gak usah sok tau lo anak kecil!" celetuk Sera. Tara menjulurkan lidahnya.
"Emang gue tau," ucap Tara mengejek Sera.
"Spill dong, Tar," ucap Naura. Sera menatap Naura tidak percaya.
"Mah gak baik gosip terus!" Naura langsung menghadap Sera.
"Kalo kamu yang digosipin gapapa, Ser." Sera mendengus kesal. Emang ya gak anak gak ibu, sama-sama ngeselin. "Jadi gimana, Tar?"
Tara menghirup nafasnya dalam-dalam, bersiap bercerita kepada Naura. "Cowok nya tuh cakep sih, Mah, kaya juga. Terus orangnya asik di ajak ngobrol. Tapi sayang, sama Kak Sera ditolak mulu. Sok jual mahal segala, padahal kalo Tara ada di posisi Kak Sera, Tara bakal terima tuh cowok," jelas Tara panjang kali lebar.
"Bener kamu, Tar?" tanya Naura pada Tara. Tara mengangguk lalu Naura beralih kepada Sera. "Jangan terlalu jual mahal, Ser, ntar nyesel!"
"Apasih? Nggak ah. Itu Tara nya aja yang sok tau," ucap Sera membela dirinya. Tara menggeleng cepat. "Lo tau dari mana kalo gitu?"
"Nama cowoknya Irhan kan?" Tara dan Naura sama-sama menatap kearah Sera. Sera langsung gugup, kelihatan dari matanya yang langsung berubah panik.
"Bener ya, Ser?" tanya Naura seraya menggoda Sera. Sera mendengus kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cigarette
Teen Fiction"Aku bisa saja berhenti, tapi aku masih tak mau." Tara paham posisinya sekarang. Masih dalam posisi menunggu padahal sudah jelas ia akan merasa sakit. Seperti perokok, yang tetap merokok meskipun mereka tahu, mereka akan sakit.