Macaron is sweet.

834 139 5
                                    

Seokjin menengadah. Namjoon menggaruk tengkuk dengan kikuk. "Aku minta maaf soal kemarin, kak."

Menatap kembali bungkusan indah wadah macaron, Seokjin menggeleng tertawa. "Mungkin Yoonji lebih senang kalau diberi ini."

Mendengarnya, jantung Namjoon jatuh ke perut. Oh, Hoseok-ah. Tunggu Namjoon pulang. Pasti—

"Tapi, usahamu boleh juga. Terima kasih."

Tanpa sadar Namjoon menghela lega. Seokjin memanggil Yoonji dan mereka bertiga berkumpul di ruangan Seokjin, mendiskusikan konsep sajian apa yang bakal disajikan di acara penggalangan dana dekat museum. Acara amal.

Namjoon mengacungkan jemari, minta izin mengajukan pendapat. Seokjin menyanggupi. "Aku ingin berpartisipasi sedikit sekalian bantu promosi produk, apa boleh?"

"Produk apa?"

"Macaron." Seokjin seketika menatap bingkisan terbuka di sampingnya, Namjoon tersenyum. "Tidak bisa disamakan dengan itu, tapi lumayan. Ia baru buka usaha dan mungkin, bisa mencoba peruntungan."

"Berapa persen yang dia mau? Terus terang, tidak bisa banyak. Sebagian akan disumbangkan untuk amal."

"Gratis, kok."

Seokjin memandang Yoonji sekilas. "Namjoon-ah ...."

"Percaya padaku, kak. Produknya cocok disertakan dengan menu baru yang kau buat." Namjoon tersenyum yakin. Lesung pipi itu mengingatkan Seokjin dengan janjinya semalam.

"Baiklah. Karena ini idemu, pertanggungjawabkan dengan baik. Yang aku tahu saat hari H, semua sudah tinggal jalan. Bisa diterima?"

"Tentu, kak. Serahkan padaku."

Satu jam ke depan, mereka pun selesai dan kedai dibuka. Namjoon pergi ke meja saji, menyiapkan segala tetek bengek. Yoonji sempat memainkan alis dengan jahil ke arah Seokjin sebelum juga berlalu keluar ruangan.

Seokjin menatap kembali bingkisan pemberian. Susunan isinya biasa saja, tapi nama yang tertera bukan sembarangan begitu juga kemasan. Itu mewah. Paris. Seokjin pernah melihat namanya di daftar makanan mahal bintang lima. Belinya saja perlu dipesan seminggu sebelumnya. Sebuah bisa berharga sepuluh kali lipat menu termahal yang kedai Seokjin punya.

Kantung konglomerat memang beda.

Kalau bukan karena menyetujui saran adiknya, Seokjin pasti menolak permintaan maaf yang manis itu.

"Dia tahu kesukaanku, Bin-ah. Astaga."

:)

Twitterpated | NJ ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang