Seorang gadis nampak terduduk di kasurnya berusaha mengumpulkan nyawa sebelum bangkit untuk segera pergi mandi. Gadis itu mengecek jam yang berada di atas nakas kecil sebelah kasurnya, ia memang selalu bangun bahkan sebelum alarm yang telah terpasang berbunyi. Seperti biasa, pagi hari akan selalu diselimuti keheningan sampai akhirnya sang gadis beranjak memulai rutinitas paginya.
Shasha mematikan cerek yang telah berbunyi, menandakan bahwa air panas di dalamnya telah matang. Menyeduh susu bagi dirinya sendiri, ia duduk di atas meja makan dengan mengunyah roti panggang yang telah ia masak sebelumnya.
"Berita hari ini, seorang artis A keda-" belum selesai headline hari ini disebutkan dari benda persegi panjang tipis di dinding rumahnya itu, ia langsung mematikannya.
Ia mengawang, mempertanyakan mengapa berita akhir-akhir ini seperti sampah. Mereka menyajikan headline yang sama dengan program gosip yang sama sekali tidak menarik perhatian gadis itu. Lama-lama ia jadi mempertimbangkan untuk menjual televisi di ruang tengah yang makin tidak menarik perhatiannya itu.
Gadis itu bangkit dan membereskan sisa sarapannya. Mengenakan tas di punggungnya, Shasha bersiap beranjak pergi dari kontrakannya untuk berangkat sekolah dengan wajah datar. Ia berjalan tidak mengindahkan gonggongan berisik seekor anjing dari halaman rumah yang terletak tidak jauh dari kontrakannya berada. Gadis itu memang berbeda dengan anak seusianya, hidup tidak memiliki orang tua sedari kecil membuat ia hidup mandiri mengandalkan uang turnamen yang selalu ia ikuti.
"Selamat pagi nak," seperti biasa setiap berangkat sekolah, seorang nenek yang memiliki toko di persimpangan akan selalu menyapanya.
"Pagi nek! Apakah tidurmu nyenyak semalam?" tidak ada lagi muka serius di wajah cantik itu, mukanya kembali sumringah seperti yang selama ini ia lakukan di sekolah.
"Ya, aku bersyukur tidurku nyenyak tadi malam. Hati-hati dalam perjalananmu ke sekolah ya," nenek itu melambai ke arah Shasha yang pergi ke arah sekolahnya.
Shasha tersenyum membalas perkataan nenek itu yang selama dua tahun terakhir ini selalu menyapanya di pagi hari. Ia kembali membalikkan badan bersamaan dengan wajah sumringah yang hilang dari wajah cantiknya.
Gadis itu kembali melanjutkan langkahnya dengan bersenandung kecil, ia mengamati dan mengingat kegiatan di sekelilingnya. Sepertinya pagi ini semesta tidak ingin ada keributan, pasangan baru yang tinggal tidak jauh dari toko nenek tampak akur karena sang istri tampak sudah ingin kembali masuk menandakan hari ini sang suami tidak terlambat bangun. Penjual buah di ujung jalan juga tidak sedang dalam mood yang buruk, ia tidak memisuh seperti biasa. Ingatan sang gadis memang tajam, ia juga secara tidak sengaja selalu meperhatikan setiap detail yang ada di sekitarnya, tidak heran ia di jagokan di sekolah untuk urusan menghafal.
Perjalanannya menuju sekolah sudah hampir berakhir, dari kejauhan ia sudah dapat melihat gerbang besar berwarna hitam yang menjulang tinggi. Sang gadis berjalan seraya mencoba mengatur ekspresinya. Lagi, wajah datar itu menghilang digantikan wajah sumringah yang diikuti dengan larian kecil menuju gerbang sekolah.
"Selamat pagi Pak!" Shasha menyapa ramah satpam yang biasa berada di pos depan sekolahnya.
"Pagi neng! Neng Shasha memang selalu bersemangat ya," satpam itu membalas sapaan Shasha ramah.
"Hehe iya dong Pak, kan kita harus mengawali hari dengan tersenyum," gadis itu kembali menampilkan senyum manisnya seraya masuk sekolah dan melanjutkan langkah menuju kelas.
♤♡◇♧
"Good morning everibodeh, Shasha in da haus!" Shasha membuat kelasnya hening untuk sesaat karena bantingan pintu yang keras.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bitter Punch
Fiksi RemajaFrom stranger to partner. Beratnya keadaan terus memaksa Shuhua (Shasha) untuk hidup mandiri dengan kenangan buruk yang selalu menghampirinya tiap malam. Bertahan hidup dengan dengung lonceng, peluh, dan sorakan. Renjun (Juna) dengan hobinya akan se...