Step Brother : 22

1.7K 210 47
                                    

Sore ini tepatnya pukul lima, Seulgi dibuat bingung setengah mati ketika pria yang tengah asyik dengan musik serta camilan menatapnya dengan kedua sudut bibirnya terangkat. Wajahnya senang bukan main. Pria itu beranjak keluar mobil,Kakinya menghentak-hentak pasir layaknya anak di bawah umur.

Tangannya di tarik pelan hingga kini keluar dari dalam mobil.

"Kenapa kesini?" Pertanyaan itu membuat Jimin tersenyum manis.

"Apalagi Noona? Liburan tentu saja."

Lelaki itu berlari begitu saja meninggalkan Seulgi yang kini menatap pria itu setengah tak percaya. Mata monoloid itu memperhatikan bagaimana Jimin bergerak kesana kemari dengan kedua tangan di rentangkan layaknya bocah yang baru pertama kali menjejakan kakinya di pantai.

"Noona!" Jimin berteriak agak nyaring.

Seulgi malu. Meski hanya beberapa gelintir orang yang masih ada di sekitar pantai, tetap saja atensi Jimin membuat mata-mata itu menatapnya aneh.

Secepat kilat Seulgi berlari menghampiri Jimin. Lelaki itu tengah berjongkok sembari jarinya menulis acak diatas permukaan pasir.

"Jimin, Pulang saja ya."

Buru-buru lelaki itu menoleh. Matanya menyipit."Kenapa? Noona tidak suka pergi bersamaku." Wajah itu menyiratkan setitik rasa kecewa.

Mana tega Seulgi mengatakan.'Ya, Kau membuatku malu.' Berani bertaruh bisa-bisa pria itu kembali pada tingkahnya yang suka seenak sendiri.

"Bukan. Memang apa salahnya?" Gadis itu tersenyum tipis lantas melanjutkan."Kenapa tiba-tiba ke pantai?Tidak biasanya." Ujarnya.

Jimin kini mendudukan bokongnya hingga mendarat sempurna diatas pasir. Ia menghelan napas."Terkadang pekerjaan berat membuatku sulit. Dulu sebelum Noona datang,Liburan mungkin hanya aku rasakan sekali selama setahun. Lelah sekali. Jangankan pergi ke pantai seperti ini. Apa Noona akan percaya jika aku katakan kalau ini adalah pertama kalinya aku menjejakan pantai?" Sahutnya sembari meraih pergelangan tangan gadis itu.

Jujur Seulgi terkejut. Tak disangka tebakan asal-asalan yang ia duga ternyata memang benar adanya.

"Kau tahu Noona bagaimana perasaanku saat Noona pertama kali datang ke rumahku. Awalnya kukira kita akan dijodohkan." Jimin terkekeh kecil."Jelas-jelas Mama dan Papa tahu kalau aku sangat membenci hal itu." Tuturnya sembari menatap Seulgi yang menatapnya serius.

"Dan ternyata wanita yang terlihat payah ini ternyata Kakak kandungku yang selama ini di rawat oleh paman Kang." Seulgi mendelik.

Sorot matanya berubah tajam."Payah?Kau pikir kau keren? Wajahmu bahkan terlihat seperti pria bengal." Sahut gadis itu yang kini membuat Jimin ikut terpancing.

Pupus sudah keinginan Jimin untuk membuat liburan yang ia siapkan walau hanya satu malam ini agar berakhir menyenangkan. Seulgi memang wanita paling tidak peka yang hebat dalam menghancurkan suasana indah.

"Kau tidak ingat siapa yang datang pagi-pagi sekali untuk mengoles salep mata Karena kasihan?" ia bangkit."Itu Aku!" Sahutnya bangga.

Kali ini Seulgi merasa yang Jimin katakan memang sebuah fakta. Ya, dia mengakui seberapa sering ia menangis saat pertama Kali menginjakkan kaki di rumah Jimin.

Pria itu sampai rela pagi-pagi membawa baskom berisi Air dingin untuk Seulgi pupuhkan pada kedua matanya yang membengkak.Namun begitu mengenang memori lama yang sekiranya sudah hampir karatan di dalam Kepala, Seulgi justru mengingat jelas perintah Jimin yang masih terngiang-ngiang hingga saat ini.

Step Brother[SeulMin] End√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang