Bab [7]

2.6K 96 2
                                    

Bab 7

Spencer tidak tahu harus bereaksi seperti apa saat mendapati Evans yang membukakan pintu untuknya, dia melirik ke arah Camilla yang baru muncul dari balik pintu dapur, wanita itu mengenakan celana pendek---bahkan bisa dibilang sangat pendek karena memperlihatkan sebagian besar pahanya---warna hitam dengan atasan kaos bahan katun warna putih, rambutnya digelung dengan asal-asalan.

"Maaf jika aku mengganggu kalian," Spencer akhirnya memutuskan untuk menenangkan diri dan tidak menganggu mereka.

"Aku tidak tahu kalau kau mengenal Camilla hingga berkunjung ke apartemennya, tapi kau terlihat sangat kacau," Evans menatap Spencer dengan pandangan simpati, pria itu memutar kepala hanya untuk mendapati Camilla yang masih berdiri di tempatnya dengan tangan memegang cangkir. "Apa kau tidak ingin membiarkannya masuk?" Evans bertanya pada Camilla.

Camilla menelan kopinya dengan susah payah saat dia menatap ke dalam mata hijau milik Spencer yang saat ini terlihat lelah... Dan seperti sedang bersedih, "Masuklah jika ingin minum kopi," Camilla menawarkan setelah beberapa saat berpikir.

"Tidak, terima kasih," Spencer berbalik lalu melangkah pergi dengan diiringi tatapan datar Camilla dan pandangan tidak mengerti milik Evans.

"Uh, sepertinya dia memang tidak jadi bertamu," Evans berusaha untuk tersenyum, dia melihat sesuatu yang lain---seperti kesedihan---dalam mata Camilla, dan selama dia mengenal wanita itu, tidak pernah sekalipun dia melihat Camilla menunjukkan perubahan emosinya secara drastis.

"Ayo, kita sarapan. Makanannya sudah hampir siap," secepat kilat Camilla kembali ke dapur dan tatapan itupun ikut menghilang, saat ini tatapan itu sudah berubah menjadi wajah yang tampak seperti tidak pernah memiliki perasaan dan emosi di dalamnya.

Mereka kembali ke dapur dan tidak mengetahiu bahwa Spencer sedang mondar mandir di depan lift, dia menggigiti kukunya dengan resah. Berkali-kali kepalanya menoleh untuk menatap ke arah pintu apartemen Camilla yang tertutup. "Aku akan pergi, masa bodoh."

Spencer berusaha menghalau bayangan tentang Evans dan Camilla yang sedang berduaan saja di jam seperti ini, pintu lift terbuka namun dia tidak masuk dan membiarkannya tertutup kembali, dia terus berjalan mondar mandir dengan kuku jempol yang sepertinya akan segera patah. "Sial! Mereka menyebalkan."

Spencer mengumpat lalu berjalan kembali ke apartemen Camilla. Tangannya mengetuk pintu dengan tidak sabar, dan ketika Camilla yang membuka pintu untuknya, seketika dia merasa salah tingkah dan kehilangan semua kata yang sudah di rangkai dalam beberapa detik yang lalu.

"Kenapa kau kembali?" Tanya Camilla dingin, wajahnya yang tidak menunjukkan reaksi apapun, dan itu membuat perasaan Spencer merasa kalut.

"Aku ingin meminta secangkir kopi, aku sudah mencari cafe terdekat tapi mereka tidak ada yang buka selama dua puluh empat jam," Spencer menjawab dengan tergesa-gesa, dia tidak ingin terlihat idiot karena sudah berbohong---karena pada kenyataannya dia tidak pergi kemanapun selalin berjalan momdar mandir di dalam lift.

Camilla hanya menggeser tubuh lalu membuka pintu dengan lebih lebar, dia tidak berkata sepatah katapun saat kembali ke dapur dengan Spencer yang mengekor di belakangnya. "Hey, kenapa kau kembali," Evans bertanya sambil mengunyah makanannya.

"Shh... Diam kau," Spencer mendesis dengan mata melotot, dia meminta Evans untuk diam. Matanya menatap pria itu dengan serius. Sementara Camilla sibuk menyeduh kopi dan menyiapkan bacon, roti gandung, serta pancake untuk Spencer.

"Tadi itu aktingku bagus sekali," Evans mencibir, lalu dia kembali membawa bacon ke dalam mulut.

"Diam!" Spencer menendang kaki Evans yang ada di bawah meja, membuat Evans mengaduh dan Camilla memalingkan kepala untuk memastikan bahwa ke dua pria itu tidak membuat kekacauan di meja makannya. Dia mendapati Evans dan Spencer tersenyum manis... Dan berlebihan.

Surrender To Reality [Surrender Series #2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang