DUMPLING

1.4K 87 40
                                    

"Bodoh... aku sudah bilang padamu kan. Hati-hati!" Gerutu Gu Xiao pada Chen Yi yang sedang mengobati luka di tangannya.

Chen Yi mendengus sambil sesekali matanya menyipit saat rasa perih kembali datang. Darah yang mengalir di kaki dan tangannya sudah berhenti sekarang meninggalkan luka yang memerah memperlihatkan lapisan kulitnya yang mengelupas.

"Ge, jangan banyak bicara. Bantu aku!" Omel Chen Yi pada Gu Xiao yang terus saja menggerutu tanpa melakukan apa pun. Hanya mulutnya saja yang bergerak namun tidak dengan tubuhnya. Gu Xiao justru asyik memakan snack wortel yang ada di tangannya.

"Cih.... kalau begini baru kau minta bantuanku. Tapi saat kau bersenang-senang kau melakukannya sendiri. Percuma capek begini tapi hasilnya nol. Kita sama sekali tak bisa memakainya." Balas Gu Xiao sambil menggeser tubuhnya sedikit agar memberi jalan pada Chen Yi yang sedang menarik sebuah karung yang terlihat berat.

Chen Yi melirik ke arah Gu Xiao dengan tatapan memelas. "Bantu aku Ge! Ini berat." Keluhnya.

Gu Xiao akhirnya memaksa tubuh malasnya untuk berdiri dan mengambil ujung karung itu lalu membantu Chen Yi untuk menariknya.

Chen Yi tersenyum pada Gu Xiao. Ia tahu Gu Xiao tak akan tega membiarkan dia kesusahan sendiri.

"Lain kali, ajak aku! Aku bisa memilih yang lebih baik." Kata Gu Xiao sambil melirik ke arah Chen Yi.

"Hm" Balas Yibo. Ia sedang malas berdebat dengan orang disampingnya sekarang.

Setiap kali Gu Xiao mulai berbicara ia tak akan berhenti dalam waktu singkat. Ia akan terus bersuara seperti kucing yang sepanjang hari mengeong untuk sekedar mencari perhatian.

Mereka berdua menyeret karung sampai ke tempat gunungan sampah yang ada di kota itu. Mereka melemparkan karung itu ke tempat yang terlihat lapang.

Gu Xiao menepukkan kedua telapak tangannya untuk menyingkirkan sisa debu yang menempel.

"Aku mau pulang." Katanya pada Chen Yi sambil melihat si tampan itu.

Chen Yi hanya mengangguk tapi ia terlihat tidak akan mengikuti Gu Xiao.

"Kau tak pulang?" Tanya Gu Xiao sambil memicingkan matanya menatap Chen Yi yang kini berdiri.

Chen Yi menggeleng "Kau meninggalkan banyak pekerjaan padaku. Bagaimana aku bisa pulang?"

Gu Xiao mendengus kesal lalu berlalu begitu saja. Kakinya sedikit dihentakkan saat Gu Xiao berada tepat di depan Chen Yi.

Chen Yi hanya menggelengkan kepalanya melihat sikap lelaki yang lebih tua darinya itu.

Chen Yi menatap punggung Gu Xiao dari kejauhan. Ia terus melihatnya hingga punggung itu menghilang dari pandangannya.

.
.
.

Wanita itu terus merintih kesakitan. Luka disekujur tubuhnya terlihat sangat menyakitkan. Kedua bola matanya menghilang meninggalkan rongga kosong yang sudah mengering.

Ingin sekali wanita itu berteriak namun lidahnya yang hanya tertinggal sedikit terasa kelu. Bibirnya yang terjahit rapi menutup sempurna. Ia hanya bisa merintih saat sakit itu datang dan pergi.

"Apa salahku? Siapa dia? Mengapa dia menyiksaku?" Semua pikiran itu terus melintas dalam kengerian yang ia dapatkan. Sudah tak terhitung berapa kali ia berusaha melarikan diri. Ia sendiri tak tahu berapa lama ia disekap di tempat ini.

Luka-luka yang ia dapatkan menjadi bukti akan kisahnya saat ia dengan berani ingin melarikan diri dari lelaki tampan itu. Ia tak dapat melupakan saat ia tertangkap dan terbangun dalam kegelapan. Rasa sakit tak tertahan pada kedua matanya yang kini tak dapat melihat itu membuatnya pingsan beberapa kali.

Thriller Yizhanyi  (Kumpulan Oneshoot)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang