18

24 4 4
                                    

Hari ini adalah hari baik untuk bilang semua nya ke Daniel. Ya,Itu menurut Choco. Menunda-nunda juga ga baik kan. Ntar yang ada Seungwoo ngerasa di mainin aja sama Choco yang ga kasih kelanjutan tentang omongan nya Minggu lalu. Choco sudah siap dengan ponsel di genggaman nya.
Menarik napas pelan dan menghembuskan nya, ia sampai ngelakuin itu dua kali.

"Ayo Cho,toh cuman ngajak jalan kayak biasa nya kan" Choco meyakinkan diri sendiri, ntah kenapa dengan hal itu membuat Daniel seperti teman yang baru kenal. Biasa nya Choco tinggal telpon Daniel dan merengek kalau ia bosan di rumah.

"Semangat kak, kelarin semua nya. Di gantungin itu ga enak ." Choco melirik Minhee yang baru keluar dari kamar dan segera dengan nyaman duduk di samping nya. perkataan Minhee kayak lima puluh persen nge dukung, Lima puluh persen nge pojokin.

"Ini Gue mau chat Daniel. Udah sana, hush jauh jauh. Ga usah bikin gue tambah  parno". Minhee berdiri, merebut ponsel si kakak yang terkejut dan berusaha mengambil kembali apa yang di ambil sama Minhee.

"Kalo mau cepat, ya di telepon dong pinter. Kalo di chat ntar lama Bang Daniel nge bales nya". Choco ikut berdiri dan merampas kembali ponsel yang ada di genggaman Minhee dengan cepat, ia tau itu makan waktu di tambah belakangan ini antara dia sama Daniel jarang komunikasi lewat ponsel. Kalo di kampus juga, palingan cuman say hi aja.

"Gue udah lama ga ngobrol banyak sama Daniel. Ntar gue kedengaran kikuk di telpon."

Minhee mengusap muka nya pelan, pemikiran cewek emang rumit. Toh kan, nanti Choco ketemuan sama Daniel mau kikuk atau pun ga ya harus di hajar. Ga boleh di umpetin Mulu. Melihat Choco yang masih ga bergeming, membuat Minhee menyeret Choco dengan sukarela buat duduk di sofa. Menarik bahu si kakak dan bilang,

"Gini nih ya, kalau ga punya pendirian. Maju mundur cantik terus. Ga bakalan selesai kalo begini mah. Nanti kan lo juga bakal hadap hadapan sama bang Daniel kan. Jadi, buat pemanasan di telpon aja langsung."

Choco mengerjap kan mata nya, yang dibilang Minhee udah pasti seratus persen benar. Tapi, ga ngerti kenapa jantung nya dag Dig dug ser aja gitu. Hampir satu bulan lebih, semenjak Daniel dekat dengan Jisoo mereka berdua ga pernah lagi tuh yang nama nya jalan bareng. Iya, segitu nya pembatas jarak yang terbentang di antara mereka sekarang.

Minhee berdehem, pada Choco yang belum mengisahkan ucapan nya. Menunjukkan waktu pada jam tangan yang sedang di pakai oleh nya, bermaksud mengatakan kalau waktu terus berjalan. Dan Choco cuman buang-buang waktu untuk berperang dengan pikiran sendiri. "Sepuluh menit dah lewat. Situ batu?".

Choco tersentak kembali pada dunia nyata, kembali pada Minhee yang menatap nya dengan pandangan menyerah. "Iya,ini mau telpon. Ga usah nguping". Choco mencari kontak Daniel di ponsel nya, bahkan simbol hati yang Choco beri di samping nama Daniel pun, belum ia hapus.

"Ga minat nguping. Lagian nih ya, gue mau sparing sama sma tetangga". Ujar Minhee, ia mengambil ancang-ancang   buat buka pintu, menunggu kakak nya membalas."Ya udah pergi!ngapain masih berdiri disitu?!". Seru Choco, yang buat Minhee terkejut karna suara tinggi dari Choco. Choco ga marah kok, dia cuman malu aja sama situasi sekarang. Yang membuat dia jengkel setengah mati dengan si adek.

"Santai dong mbaknya, ini juga mau pergi". Minhee melambai sambil berlalu dari balik pintu, Choco menghela nafas, antara lega dan sebaliknya. Ia kembali berpaku pada ponsel nya, hendak menekan tombol panggil.

"Kak Cho, titip salam sama bang Daniel ya". Kepala Minhee, tiba-tiba mengintip di balik pintu, ia menyengir melihat Choco memasang muka jengkel,"udah lama gue, ga ps-an bareng bang Daniel".

"Udah, itu aja?sana-sana, ga usah ganggu".

"Iya-iya sewot amat sih, yang mau ketemuan. Hahaha". Choco melempar bantal sofa ke arah pintu, sasaran nya udah pasti Minhee, tapi Choco kalah cepat dengan pintu yang ditutup dengan cepat disusul dengan suara bantingan pintu. Choco mengusap dada nya pelan, begitu suara bantingan keras pintu terdengar. Untung orang tua mereka lagi ga ada. Kalau ada, sparing Minhee mesti di tunda dulu. Karena harus dengar bunda yang nasehatin melimpir ke misuh misuh.

"Oke...ini saat nya Cho. Bismillah". Choco dengan mantap menekan tombol dengan gambar telpon, suara sambungan telpon terdengar beberapa detik, ga butuh waktu lama, suara Daniel udah memenuhi telinga Choco. Suara yang Choco rindukan untuk nya. Walaupun rasa nya berbeda, Daniel adalah seorang sahabat sebagaimana yang Daniel bilang.

"Cho, udah tau kan kalau rindu itu berat?". Kalau aja Daniel udah ada di depan Choco sekarang, Choco pengen banget meluk sahabat beruang nya ini. Sebulan ini mereka udah ga kayak sepasang sepatu lagi. Ya, walaupun udah ada Seungwoo yang mulai rajin ketemu. Bohong, kalau Choco bilang ga rindu sama Daniel. Waktu yang selama umur mereka, bukan waktu yang singkat. Mungkin bukan Daniel yang menjadi tempat berlabuh nya Choco, tapi, Daniel udah jadi separuh cerita hidup nya Choco.

"Tau, biar Dilan aja. Kita berdua ga akan bisa". Choco tersenyum mendengar kekehan Daniel diseberang sana, tanpa sadar kedua  sudut bibir Choco melengkung ke atas, membentuk senyum yang manis disana.

***
























Chapter 19 diusahakan secepatnya ya
⏩⏩

HAPPY READING 🥰🥰🥰

Hold Me Tight - Han SeungwooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang