Ig : @Anantapio26_
Vote nya ya gengsss...
Maapkeun Babang Pio yang up gipagi kek begini, maklum aja tinggal kowota malem yg ada wkwk
Eh, kan curhat. Dah lah, cussss lanjoooootttt
Nanta menutup pintu kamar rawatnya dengan rapat kemudian menguncinya. Ia menghela berusaha menetralkan pikirannya yang kacau. Apa seperti ini cemburu? Ah, rasanya ia ingin menghilang saja dari bumi yang dipijaknya.
"Nan. Nanta," suara Laisa dari luar. Gadis itu mengetuk-ngetuk pintu.
"Buka, Nan. Jangan marah," mohon Laisa. Suara tertahannya pun samar-samar terdengar dari balik pintu.
Oke, ia tidak marah.
"Nanta."
Nanta tidak menyahutnya. Bahkan sangat enggan. Ia hanya diam dengan tubuh mematung dan tatapan mata tertuju pada pintu.
"Ayolah, Nan. Itu bukan ciuman yang seperti kamu pikirin," jelas Laisa.
Hah, apa bedanya? Nanta tidak habis pikir, memangnya ada macam-macam ciuman? Sudahlah. Ia melangkahkan kakinya menuju bangsal dan merebahkan tubuhnya yang lelah.
Ternyata seberat ini memendam rasa.
Laisa menatap ponsel yang pernah ia berikan pada Nanta. Ia menghela pasrah bersama air mata yang harus kuat-kuat dibendungnya.
"Nan. Maafin aku," lirihnya.
"Kamu nggak perlu minta maaf, La. Kamu nggak salah. Kita emang temen, kok," gumam Nanta sambil menatap pintu itu meski ia yakin ucapannya tidak akan terdengar oleh Laisa. Perlahan Laisa melangkahkan kakinya menjauh dari sana.
"Seharusnya saya yang minta maaf sama kamu." Nanta menghela.
Benar saja, Laisa sudah berlalu bersama langkahnya.
Kemudian Nanta menatap buku milik Gigi yang masih ada di tangannya. Ia mengembuskan napas, untuk membukanya pun sudah terasa malas. Tangannya terulur, menarik pintu laci paling bawah dan menaruh buku itu. Ia berjanji, tidak akan pernah membuka laci itu lagi.
Pandangannya beralih pada jendela lebar di sampingnya. Sudah selarut ini ia ikut merayakan hari ulang tahun Gigi. Sekali lagi, ia menghela napas dengan berat.
Tok! Tok! Tok!
Nanta menoleh ke arah pintu.
"Ananta," panggil Gigi dari luar.
Nanta menghampiri pintu dan tidak menyahuti panggilan Gigi.
"Gue tau kalo gue salah."
Ya, jelas. Ia memang salah. Kenapa baru menyadarinya sekarang?
"Gue nggak punya banyak waktu lagi, Nan."
Apa maksudnya? Nanta masih berdiri di belakang pintu dan ia membenci perkataan Gigi.
"Nan. Buka, gue mau ngomong."
Nanta menarik napasnya. "Ngomong aja. Saya denger, kok," balasnya pelan bahkan terdengar jika ia agak malas.
Gigi diam sejenak. "Laisa itu nunggu lo. Dia berharap sama lo. Gue ngelakuin itu semua supaya lo cepet pacaran sama dia."
"Nggak masuk akal, Gi."
"Nan, percaya sama gue."
"Ini hari ulang tahun kamu. Seharusnya kamu yang terkejut, bukan saya."
KAMU SEDANG MEMBACA
AXIOMATIC (END)
Teen Fiction(HARAP FOLLOW PENULISNYA TERLEBIH DAHULU) (Prequel of Kisah Tentang Ananta'S) Ini tentang laki-laki kaku dengan perasaannya yang kelu. Juga tentang cemburu dan rindu yang memaksa untuk menyatu padu. Tentang sajak dan alunan kisah. Pun tentang perjua...