3. Tempat Baru?

7.1K 537 61
                                    

Azhar tidak main - main dengan ucapannya. Setelah ba'da subuh tadi, Azhar sudah sibuk mengurus keberangkatan Aira.  Sedangkan yang mau berangkat malah masih molor pun tidak mengerti tentang apa yang papanya lakukan. Hingga suara melengking kak Fina yang berhasil membangunkan Aira.

"Aira! Ya Allah, anak ini. Belum bangun juga? Heh bangun, udah jam setengah tujuh ini"teriaknya disebalik pintu.

Dengan malas Aira menjawab"iya"

"Udah cepetan bangun terus siap - siapin semua barang - barang yang mau kamu bawa ke pesantren "

Pesantren. Ah, kenapa baru bangun tidur sudah di ingatkan dengan tempat itu sih?!
Dengan langkah gontai Aira menuju kamar mandi untuk menyegarkan tubuh.

Selesai mandi, Aira sudah menyiapkan baju - baju dan apa - apa yang mungkin akan perlu di bawa ke pesantren. Dan sekarang ini Aira sudah siap dengan celana jeans tetat dan baju pendek yang dilapisi dengan jaket kulit.

"Yok pa, kak, berangkat"ucap Aira setelah berada di ruang tengah bersama papanya dan kak Fina.

Dua orang beda usia itu menoleh. Dan menatap Aira dengan tatapan tidak percaya.

"Aira, kamu kok pake pakaian kayak gini sih? "

" Ya emang mau pake baju kayak mana lagi? "

" Ya pake gamis lah sama pake jilbab. Kan mau masuk di pesantren "jawab kak Fina mengingatkan.

" Gak. Gue gak punya gamis"jawab Aira jujur. Jangankan gamis, baju lengan panjang aja jarang.

"Yasudah, kakak pinjemin"putus kak Fina.

Setelahnya kak Fina pergi ke kamar dan kembali lagi membawa gamis berwarna navy dan jilbab yang senada. Aira bergidig ngeri membayangkan harus memakai pakaian itu.

"Harus ya? "

" Yaiya lah. Udah cepetan"suruh Kak Fina. Aira menurut. Dari pada papanya berubah pikiran dan menarik perjanjian antara kami kan?

Aira keluar dari kamar setelah berganti pakaian. Aneh rasanya memakai pakaian seperti ini. Ya, meskipun tidak dapat di pungkiri kalau memakai ini seperti terlindungi.

"Masyaallah, anak papa cantik sekali"puji Azhar ketika melihat Aira dan disetujui oleh kak Fina.

Pipi Aira merona. Bagaimana pun juga Aira hanya perempuan biasa yang ketika dipuji juga akan merasakan blusshing. Apalagi ini pertama kali setelah kejadian itu papanya memuji Aira.

"Udah cepetan berangkat" kata Aira dan berlalu lebih dulu untuk menyembunyikan rona merah di pipi.

Sedangkan papa dan kak Fina aku dengar mereka cekikikan.

Menyebalkan!

⏺️⏺️⏺️⏺️

Dalam perjalanan meuju tempat tujuan Aira diam dan hanya menatap ke luar jendela mobil. Rasanya ada perasaan tak tega jika harus meninggalkan pacar dan hobinya. Tapi tak apa. Ini hanya sebentar. Hanya satu tahun. Ya! Satu tahun!

Saat sedang menikmati indahnya jalan raya, ada sepasang manusia sedang berpelukan dengan mesra. Yang satunya Aira kenal dan yang satunya Aira tidak mengenalnya.

"Pah berhenti"kata Aira tiba - tiba membuat Azhar mendadak memberhentikan mobilnya.

Tanpa kata Aira langsung turun dan melangkah mendekati dua pasang manusia tadi. Ternyata dugaanya benar. Dia tidak salah lihat.

Plaak

"Jadi gini ya lo! Belum ada sehari gue tinggal lo udah berani main di belakang gue"kata Aira  pada orang yang barusan aku tampar.

Menggapai Cinta Sang Gus [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang