Sebab Akibat (2)

23K 2.2K 53
                                    

"Romi!?" Tegas Rifandi menyebutkan nama mantan menantunya itu.

"Ayah, bunda?" Sahut Hanum saat melihat dua orang lain mendekat ke arah pintu.

"Maaf Hanum, kita membuat keributan di sini. Ayah sama bunda hanya ingin mengajak Romi untuk menyelesaikan perkara kalian. Apalagi kami dengar, kamu mengandung anak Romi."

Berbanding terbalik dengan kedua orang tua angkatnya yang tampak ramah, Romi justru menatap tajam pada Hanum yang tengah menggendong bayinya.

"Mari silahkan masuk, kita bicarakan baik-baik." Sela Rifandi.

Ruli dan Fitri, orang tua angkat Romi tampak dengan senang hati masuk ke ruang tamu. Keduanya lalu duduk di sofa. Meski raut wajahnya sudah tidak mengenakkan, Romi tetap mengikuti tanpa melepas lirikan tajam pada Hanum.

"Maksud kedatangan kami ke sini, awalnya karena kami sangat terkejut mendengar kabar bahwa Hanum dan Romi sudah bercerai." Ruli tampak membuka percakapan dengan susah payah.

"Kami bahkan tidak tahu jika Hanum sudah kembali ke Jakarta. Saya dan istri baru tahu bahwa mereka berpisah saat Romi membawa calon istrinya datang ke rumah, yakni dua minggu lalu." Lanjutnya, Romi masih tetap diam.

"Hal yang semakin membuat kami takjub, kemarin siang Fitri melihat postingan teman Hanum di laman instagram. Dia tampak memberikan ucapan selamat atas kelahiran bayi Hanum. Saya yakin, bayi itu adalah bagian dari keluarga kami."

Hanum ingat bahwa kemarin, Kiki salah satu teman kerjanya di Malang dulu, membuat ucapan di story instagram miliknya. Dia tidak lupa menandai akun Hanum dan melampirkan salah satu foto Zaki yang sempat Hanum kirim padanya via whatsapp.

"Hanum pulang ke Jakarta dalam keadaan hamil." Sahut Rifandi dengan nada cukup pelan namun terkesan tegas. Ruli dan Fitri sedikit terlonjak mendengar penjelasan Rifandi. Hanya Romi yang tampak biasa.

Hanum semakin bergetar di tempatnya, dia tahu akan ada sesuatu yang tidak baik terjadi setelah ini. Dia memberanikan diri melirik ke arah Bagas dan Rendi, merasa tidak enak hati melibatkan keduanya ke dalam masalah keluarga yang ternyata belum usai.

"Seharusnya kalian tidak bercerai," Ujar Fitri dengan mata yang mulai berkaca-kaca. Romi menghembuskan napas kasar.

"Bun, Romi dan Hanum sudah resmi bercerai. Kita sudah tidak ada hubungan apa-apa lagi. Jadi Romi minta tolong agar bunda bisa menerima keputusan ini." Ucap laki-laki itu dengan raut malas.

"Rom, anak kamu butuh sosok ayah!" Tegas Ruli.

"Romi tidak mengharapkan anak itu ada! Kita bahkan tidak sengaja membuatnya. Romi tidak harus bertanggung jawab mengenai apapun atas bayi itu!" Semua yang ada di ruangan itu terperangah. Bisa-bisanya Romi berkata seenaknya!

"Bajingan!" Desis Rifandi sembari melayangkan satu pukulan pada wajah mantan menantunya.

"Papa..!" Harviz mencoba menenangkan.

"Kamu laki-laki brengsek! Sungguh tidak akan pernah saya sesali keputusan kalian untuk bercerai. Kamu tidak pantas bersanding dengan putriku!" Hanum menangis sambil memeluk putranya erat.

Bagas dan Rendi sadar akan posisi mereka yang tidak seharusnya mencampuri urusan kedua keluarga ini. Tapi mereka tidak mungkin pergi dari ruangan dalam keadaan yang sedang kacau-kacaunya.

Romi tampak mengusap bekas pukulan Rifandi, setelah itu dia tertawa sinis.

"Bapak Gusti Rifandi yang terhormat, apakah perlakuan saya pada putri anda sudah sama persis dengan yang anda lakukan pada ibu saya di masa lalu?" Cibir Romi membuat atensi orang-orang yang ada di dalam ruang tamu fokus pada Romi.

Bukan Salah Karma [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang