Prolog

29 4 1
                                    

Ada pepatah yang mengatakan jika ada pertemuan, maka ada pula perpisahan. Jika ada yang memulai, maka akan ada yang mengakhiri. Jika ada selamat datang, maka akan ada selamat tinggal. Jika ada yang datang, maka akan ada pula yang pergi. Dan begitu seterusnya. Di dunia ini terlalu banyak kata jika. Terlalu banyak yang tidak pasti. Membuat siapapun yang mendengar merasakan nyeri. Nyeri yang berkelebat dalam hati. Mengubah senyum menjadi khawatir. Tapi satu hal yang pasti. Jika sesuatu berakhir, maka pasti ada alasan yang logis. Iya kan?

Jika biasanya manusia mengakhiri sesuatu dengan kata, anehnya aku mengakhiri dengan tanda. Seperti yang nampak pada senja. Siang berakhir dengan cahaya putih matahari yang membulat sempurna dan goresan jingga yang melengkapi lukisan di waktu hari hendak usai. Ini satu-satunya hal yang berakhir tapi memberi kesan indah pada siapapun yang menatapnya. Setidaknya bagi beberapa orang. Bukankah begitu?

Dalam hidup yang semestinya ada perpisahan, pastinya setiap orang ingin mengucapkan kata-kata indah untuk terakhir kalinya bukan? Karena semua orang ingin diingat sebagai hal yang indah. Lantas bagaimana denganmu? Apa kau juga begitu?

Egois. Pasti kata itu yang terpikir dalam benakmu. Karena kau akan terus teringat olehku sedang aku tidak. Maka dari itu, jangan sakiti aku. Karena aku adalah Ilunga. Segalanya akan ku maafkan di awal. Dan masih memaafkan pada kesempatan kedua. Akan tetapi ucapkan selamat tinggal pada kesempatan ketiga. Entah seperti apa rupaku, yang terpenting aku adalah Ilunga. Jadi, jangan sakiti aku.

- Ilunga

Ilunga - Three Chance That Given To YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang