Suasana di rumah Gigi Jumat sore itu cukup ramai.
Saat Gigi masuk ke ruang depan, dia melihat ada beberapa sandal tambahan. Gigi terus ke dapur dan menemukan Bu Ajeng dan anaknya, Tuti. Mama Gigi sering minta tolong mereka untuk bantu-bantu kalau pesanan katering sedang ramai.
"Eh, Gigi. Baru pulang sekolah, ya?" sapa Bu Ajeng.
"Kamu kurusan sekarang, Gi," puji Tuti.
Gigi sumringah dan membalas sapaan mereka. Di atas meja makan, tumpukan boks yang akan dipakai untuk nasi kotak sudah disiapkan. Mama Gigi berdiri dekat kompor, sedang menggoreng kerupuk.
"Ma, besok Gigi ikut, ya..." kata Gigi.
"Yakin kamu mau ikut, Gi? Besok Sabtu, lho. Bukannya tiap Sabtu kamu pergi jalan sama Ciko dan teman-teman yang lain?"
Gigi belum bercerita pada ibunya soal Rene. Dia masih ragu-ragu untuk memberitahu ibunya. Mama Gigi memang nggak pernah terang-terangan melarang anaknya pacaran, tapi untuk yang satu ini Gigi belum siap.
"Ciko mau ikut juga besok. Kita bisa pinjam mobilnya Ciko."
"Aduh, kamu ini ngerepotin Ciko sama Mamanya aja! Kita kan udah biasa pake mobil van-nya Pak Salim yang di depan."
"Tapi Gigi udah ngomong ke Ciko," kata Gigi, sedikit berdusta. Dia baru berencana mengajak Ciko. "Nanti dipisah aja, Bu Ajeng sama Kak Tuti naik van sama Pak Salim, kita bareng ikut Ciko."
Anisa mematikan kompor dan menghadap putrinya. "Kamu kenapa, Gi? Kok tiba-tiba jadi serius begini? Ini kan sama aja kayak pesanan katering yang sebelum-sebelumnya. Kamu ngapain ribet?"
Karena aku mau bertemu Farhan! "Gigi pengen bantuin Mama aja."
Anisa berdecak serba salah. "Tapi Ciko bener-bener nggak sibuk kan besok? Mobilnya nggak dipakai, kan? Kamu udah tanya Mamanya?"
"Besok Ciko cuma mau antar-jemput Coki ke tempat les Musik kok. Dia sempat buat nganterin kita."
Tanpa menunggu respon ibunya, Gigi cepat-cepat naik ke atas. Dia harus minta tolong pada Ciko dulu.
Di kamarnya, Amore sedang kembali. Dia sedang terlibat obrolan seru dengan Nana. Lulu mendengarkan dengan serius.
"Si ibu kesakitan. Anaknya terlalu besar! Dokternya mau melebarkan jalan keluar si anak tapi aku berbisik ke telinga ibunya, 'Kamu pasti bisa!'"
Nana sedang menceritakan cerita tentang sebuah persalinannya yang seru. Si malaikat kesuburan memang sudah membantu ratusan kelahiran dan suka membagikan kisah-kisahnya. Gigi juga ikut menyimak.
"Akhirnya dokter nggak jadi mengguntingnya," Nana menutup ceritanya.
"Menggunting apa?" tanya Gigi penasaran.
Nana dan Amore saling lirik. Wajah Amore merona. "Nanti kalau kamu melahirkan secara normal, kamu juga tau kok Gigi," kata Nana kalem.
Pasti yang dimaksud Nana adalah topik-topik tujuh belas tahun ke atas yang belum pantas didengar Gigi. "Nana, aku mau tanya. Kamu kan selalu membantu proses persalinan bayi. Tapi bagaimana dengan proses 'pembuatannya'? Apa kamu ikut membantu juga?"
"Gigi, memangnya kamu mau bikin bayi bareng Rene?"
"Bu-bukan! Aku cuma penasaran."
Nana menyenggol Amore seperti minta persetujuan. Si cupid senior itu terkekeh lemah. "Pasangan yang sudah menikah melakukan hubungan badan atas dasar cinta yang tulus. Cinta itu sendiri adalah daya terkuat di alam semesta ini, jadi aku nggak perlu ikut campur. Yang bahaya adalah pasangan belum menikah yang melakukannya hanya atas dasar nafsu atau sekedar coba-coba..."
Gigi ber-ooh panjang pertanda mengerti.
"Jadi Gigi, kalo udah kepingin, kamu dan Rene harus cepat-cepat me–"
"Menjadi anak-anak yang lebih baik dari sebelumnya," sambung Amore cepat-cepat. Obrolan Nana mulai ngelantur lagi. "Gimana proyeknya, Gigi?"
Gigi menjabarkan rencananya untuk besok pada Amore. Si malaikat cinta tampaknya setuju dengan strategi Gigi. Khusus untuk besok, pelatihan cupid akan ditunda dulu. Amore juga meminta Lulu untuk ikut membantu Gigi besok.
Gigi menelepon Ciko untuk meminta bantuannya. Panggilan telepon itu nggak diangkat. Jadi Gigi mengirimi Ciko pesan WhatsApp. Ciko nggak membalas, sepertinya sahabatnya itu sedang offline. Jadi Gigi pergi mandi dulu. Dia harus cukup istirahat hari ini karena bakal bangun pagi-pagi untuk membantu ibunya.
Selesai dari kamar mandi, Gigi melihat para malaikat sedang tidur siang dalam wujud hewan mereka. Lulu melanjutkan nonton drama Korea, kali ini dia memelototi Lee Min-ho dalam 'The King: Eternal Monarch'.
Gigi mengambil ponselnya. Ada pesan balasan dari Ciko.
'Oke.'
Nggak ada emoji atau penjelasan lainnya. Hmm, ini bukan seperti Ciko yang biasanya! Gigi ingin bertanya pada Ciko ada apa, tetapi ada sebuah panggilan telepon masuk.
Dari Rene.
Pacar Gigi itu jarang membalas chat. Kalau ada yang ingin dibicarakan, dia lebih memilih menelepon langsung. Rene memang termasuk golongan Sultan yang punya stok pulsa tanpa batas.
"Hai, Rene..."
"Halo, Gigi."
Mereka berdua sudah memutuskan untuk nggak memakai panggilan sayang macam 'beb' dan sejenisnya. Menurut Rene, itu kekanak-kanakkan. Padahal mereka berdua aslinya memang masih anak-anak.
"Acara makan malam sama Mama aku diganti jadwalnya jadi Sabtu depan. Jadi kita pergi nonton besok aja, ya?"
Gigi membeku. "Besok? Tapi Rene..."
"Kenapa? Kamu nggak bisa kalo besok?"
"Bukan begitu. Cuma... aku udah punya acara lain."
"Ooh. Ya udah," kata Rene santai. Cowok itu memang selalu cool dan nggak pernah ribet seperti Ciko. "Kalo kamu nggak bisa berarti lain kali aja."
Tunggu sebentar! Sesuatu dalam diri Gigi langsung berontak tidak terima. Gigi, kamu yakin mau menolak tawaran Rene? Ini kencan pertama kalian! Rene pasti kecewa kalo kamu menolak ajakan dia!
Gigi memejamkan mata dan menyahut. "Umm, kalo besok sore gimana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
MENDADAK CUPID! [TAMAT]
Novela JuvenilSewaktu Gigi menyelamatkan seekor merpati yang sayapnya patah, dia nggak menyangka bahwa merpati itu bakal berubah menjadi seorang cowok songong bernama Amore, yang mengaku-ngaku sebagai cupid alias si malaikat cinta! Amore butuh 100 hari agar lukan...