Hampir satu jam berlau .hujan mulai berhenti menyampaikan rindunya...hadeh...kok malah kebawa bucin sih aku...Bingar mengajakku turun menuju Pura,yang dari kejauhan nampak gagah berdiri ditengah lautan yang mengelilinginya.
"Cobadeh kamu perhatikan ...kalau batu karangnya mirip burung beo kan?" aku hampir tak sadar kalau bingar bertanya begitu padaku.
"Apakah kamu sudah pernah mendengar cerita sejarah tentang Pura ini"bingar bertanya lagi.
"Memangnya kamu tahu ?" Tanyaku tanpa bermaksud meremehkan.
"Kamu meragukanku lagi Ken..jelaslah aku tahu..."
kami duduk dibatu karang yang berada dipinggiran pantai sambil sesekali bermain air.Ia mulai bercerita tentang sejarah Tanah Lot.
"Ceritanya dimulai abad ke 15 M, ketika seorang tokoh pendiri ajaran shaivisme dan juga seorang pengelana Dang Hyang Nirartha melakukan misi penyebaran agama Hindu dari pulau Jawa ke Bali.
Pada waktu itu, tercatat dalam sejarah bahwa yang berkuasa atas Pulau Bali saat itu adalah seorang raja yang bernama Raja Dalem Waturenggong.Penerimaan sang raja akan kedatangan Dang Hyang Nirartha untuk mengenalkan agama Hindu di Pulau Bali saat itu disambut dengan sangat baik sekali.
Oleh karenanya, dalam menjalankan misinya menyebarkan ajaran Hindu di Bali, Dang Hyang Nirartha berhasil melakukannya hingga masuk ke pelosok desa Bali.Sejarah Pura Tanah Lot Bali ini berlanjut, ketika pada suatu hari, Dang Hyang Nirartha atau dikenal dengan nama lain Dang Hyang Dwijendra melihat sinar suci dari arah Laut Selatan Bali.
Penasaran dengan apa yang dia lihat, maka Dang Hyang Nirartha ini pun mencari lokasi sumber darimana sinar tersebut muncul.
Dan akhirnya setelah pencarian, tibalah Dang Hyang Nirartha ini pada sebuah lokasi Pantai di Bali, di sebuah desa yang bernama Beraben Tabanan.
Nah dari desa inilah misi penyebaran agama Hindu di Bali yang dilakukan oleh Dang Hyang Nirartha ini mulai mendapat tantangan.Sejarah mencatat, pada saat itu, desa Beraben di pimpin oleh seorang yang menganut ajaran monotheisme yang bernama Bendesa Beraben sakti.
Kehadiran Dang Hyang Nirartha yang membawa ajaran Hindu di desa itu mendapatkan pertentangan keras dari Bendesa Beraben sakti.Hal tersebut dikarenakan Bendesa Beraben merasa tidak rela jika warga sekitar yang menganut ajaran kepercayaan monotheisme terganggu dengan ajaran yang dibawa Dang Hyang Nirartha.
Terlebih semakin bertambahnya hari, para pengikut ajaran monotheisme di desa tersebut mulai banyak yang pergi meninggalkannya dan berganti menganut ajaran Hindu yang dibawah Dang Hyang Nirartha.
Nah konon, karena mendapatkan penentangan yang keras dari Bendesa Beraben Sakti ini, lantas bermeditasilah Dang Hyang Nirartha di atas sebuah batu karang.
Legenda mencatat, batu karang yang dijadikan sebagai tempat meditasi Dang Hyang Nirartha tersebut adalah batu karang di daratan yang menyerupai burung beo.
Berdiam diri dengan melakukan meditasi, ternyata tidak menjadikan Bendesa Beraben Sakti berhenti mengganggu hingga berusaha untuk bisa mengusir Dang Hyang Nirartha dari desanya.
Waktu terus berjalan, hingga tibalah di suatu saat dimana kesabaran Bendesa Beraben tidak bisa ditahan lagi untuk menghentikan semuanya.Lantas kemudian ia pun mendatangi langsung Dang Hyang Nirartha, dan menyuruhnya untuk segera meninggalkan Tanah Lot saat itu juga.
Nah mendapat usiran untuk pergi dari desa tersebut, maka dengan segala kebesaran hatinya, dang Hyang Nirartha pun menyanggupinya.
Namun dengan satu syarat, sebelum pergi dia menyatakan akan memindahkan terlebih dahulu bongkahan batu yang dijadikan tempat meditasinya ke tengah pantai dan membangun Pura di sana.
Dengan kesaktian yang dimiliki Dang Hyang Nirartha itulah, maka akhirnya di depan Bendesa Beraben dipindahkannya lah batu tersebut ke tengah pantai.
Setelahnya, dibangunkanlah juga pura yang berdiri di atas bongkahan batu karang besar yang dipindahkannya itu.
Tidak hanya itu saja, dengan kekuatan kesaktiannya, selendang yang selama itu dikenakan, diubahnya menjadi beberapa ular untuk menjadi penjaga Pura tersebut.
akhirnya Benesa Beraben sakti pun mau mengakui kesaktian yang dimiliki Dang Hyang Nirartha.Sebagai ungkapan kekalahannya, Bendesa Beraben Sakti pun menjadi pengikut dari Dang Hyang Nirartha, sekaligus menjadi pemeluk agama Hindu bersama dengan penduduk setempat".Bingar menjelaskan dengan sangat panjang dan lengkap...Membuatku tak henti memeperhatikanya.Rasanya seperti mendengarkan cerita dari guru sejarah saja.
Bedanya,ia lebih tampan dan tidak membosankan dengan cerita sejarah yang dibawakanya itu.
"Kau percaya dengan mitos itu nes"tanya bingar
"Nes...nes" tangannya digerak-gerakan didepan mataku yang masih tak berpindah fokus dari wajahnya.
"Eh...hemm...entahlah...tapi kita kan harus melestarikan budaya dan sejarah" kenapa aku bertingkah bodoh sekali.Lihatlag ia telah tersenyum-senyum dengan gaya khasnya lagi.
"Ayo...aku tunjukan sesuatu" bingar meraih tanganku ..hey...kan tidak harus juga ia menggandeng tanganku terus.
"Ular suci" ia membawaku ke areal yang terdapat ular suci atau sejenis ular laut yang berbentuk pipih..bercorak belang-belang.Dan dari info yang aku dapat ,ular ini memiliki bisa 3 kali lipat dari ular kobra.
"Aku nggak mau lihat" protesku pada bingar yang masih ingin menunjukkan ular suci yang ia ceritakan.
"Kenapa...ular itu tidak akan mematok kok...santai saja"
"Kalau aku nggak mau ya nggak mau..." nada suaraku agak meninggi.Tak mau mentolelir ajakanya.Dari sekian hewan berbahaya didunia ini.Aku paling phobia dengan ular.Meski cuma untuk melihatnya ,aki tak mau.Dan ia akhirnya menurutiku.
***
"Kau datang diwaktu yang kurang tepat Ken"kata bingar mengajakku untuk membasuh wajah dengan air suci,ia menyematkan bunga kamboja ditelingaku."cantik"katanya pelan,tapi masih kudengar.
"Tapi,sudah tepat hari ini saja sih...belun tentu kalau lain waktu kamu datangnya kemari bisa bertemu denganku"
gumamnya yang masih dapat aku dengar dengan jelas.
Kurang tepatnya disini.Karena hari ini bukan saat hari ketika melangsungkan upacara sesembahan."Matahari tenggelam..sangat indah saat dilihat darisini Ken. Kamu harus menunggunya"aku mengikuti sarannya .
Benar saja,matahari nampak indah dari sini.Kami tidak menikmatinya dari pinggir pantai.Tapi,dari tempat pertama kali kami bertemu.Matahari tenggelam perlahan-lahan ,dengan sinar orange-nya yang kemudian menghiasi langit ketika senja,dan barisan awan-awan putih dan gelap yang berpadu semua diangksa sana.
"Sungguh lukisan mahakarya tuhan yang sangat indah bukan" Bingar berada disampingku.Setelah tadi,ia memotret berkali-kali senja dan Aku?.
"Pinjam ponselmu Nes" aku memberikannya,ternyata ia mengajakku berfoto selfie bersama.Bahkan ia sempat berfoto selfie sendiri,lalu mengutek-ngutek ponselku.
"Apa yang kamu lakukan Bingar"
"Menyimpan foto dan nomorku diponselmu"
Ia tidak hanya melakukan itu.Ia juga mengganti wallpaper layar depan ponselku dengan foto selfie kita berdua tadi,menambahkan nomornya ,dan memasang foto selfinya sendiri diprofil kontaknya.
"Haduh....apa yang sudah kamu lakukan Bingar" seruku protes.
"Sudah jangan diganti...begitu saja..biar kamu inget aku terus " ia mencegegahku merubah pengaturan yang baru saja ia lakukan.Dan akhirnya,aku nurut saja??? Kenapa aku jadi begini?
KAMU SEDANG MEMBACA
the journey
Randombertemu dengannya adalah keajaiban tersendiri bagiku...ia berhasil membuat hari-hariku menjadi lebih berwarna..tapi perbedaan dan penghalang diantara kami...terlalu sulit untuk dipecahkan...mampukah kami bisa bersama