Berlanjut

49 2 0
                                    

Hari-hari berikutnya entah bagaimana Nur Lela dan Durahman jadi begitu akrab. Beberapa kali duduk berdua di bawah pohon mangga depan rumah Nur Lela. Sembari menerka-nerka kapan kiranya mangga-mangga ini bisa dipetik.

Dan hari ini mereka punya rencana pergi ke pasar membeli kayu dan paku untuk membetulkan kamar mandi Nur Lela yang sudah mau rubuh.

Durahman sendiri yang menawarkan diri untuk membetulkan. Sebab katanya bahaya kalau musim hujan. Nur Lela juga mengiyakan.

Untuk pertama kalinya mereka pergi berdua. Durahman seperti sudah mengikhlaskan penolakan keji yang dilontarkan Nur Lela dahulu kala. Sedangkan Nur Lela barangkali mencoba amnesia.

Mereka berjalanan sembari menundukkan kepala. Entah sebab jalanan berbatu jadi mata mereka harus awas, atau sebab belum ada topik pembicaraan yang pas. Canggungnya bukan main.

15 menit sudah perjalanan berlalu dengan kebisuan. Samar-samar mulai terdengar suara keramaian dari pasar. Akhirnya Nur Lela membuka pembicaraan.
"Mau beli dimana?"
"Toko bangunan Engkong Chi di ujung jalan" sembari menunjuk gang kecil yang ramai
"Duluan saja Dur"
"Iya"
Ditengah keramaian Durahman berjalan di depan sembari mencari celah ditengah-tengah keramaian, sedangkan Nur Lela mengikutinya dibelakang.

Pasar benar-benar ramai dengan manusia yang lalu lalang. Nur Lela mulai kewalahan mengikuti Durahman.
"Dur...durahman" ia kehilangan Durahman. Matanya menerka-nerka diantara banyaknya manusia.
"Ayo" sebuah tangan lelaki menggenggamnya.
Mereka saling bergandengan tangan ditengah keramain. Mungkin ada beberapa mata yang memperhatikan tanpa mereka sadari. Namun Nur Lela hanya diam.

"Sudah sampai" ucap Durahman. Mereka masuk kedalam toko bangunan sederhana tapi bengitu lengkap dan sepertinya sudah berdiri cukup lama.
"kau mau beli kayu yang seperti apa?" Tanya Durahman
"Terserah kau saja, aku tak paham yang bagus bagaimana"
"Mau ku cat sekalian?"
"Kau tak kerepotan?"
"Tak masalah"
"Iya" jawab Nur Lela dengan anggukan

"Mau beli apa" Seorang laki-laki bekulit putih dan bermata sipit bertanya pada mereka.
Nur lela begitu tak asing dengannya, tak lain dia adalah laki-laki yang pernah ditabrak Nur Lela dua kali di pasar. 

Nur Lela merasa malu bukan main di depan laki-laki tersebut. Ia diam beribu bahasa sembari menundukkan kepala.

MaharTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang