Sebagai salah satu ksatria terbaik di kekaisaran, Luca dituntut untuk bergerak atas dasar akal sehat juga efisiensi agar keberhasilan misi didapatkan tanpa masalah berarti. namun pemandangannya ini menggerus semua logika yang ia miliki. orang yang seharusnya ia lindungi kini menjelma sesosok monster dan menyerang seorang wanita.
"Yang mulia!" suaranya tak menjangkau siapapun. Luca menahan dan mencoba menarik tangan Fulke agar cengkramannya pada bahu wanita itu dapat terlepas. Sayang, usahanya tak berarti apapun, ia justru di dorong dan di hempas menjauh oleh Fulke.
"Bodoh! jangan mengganggunya!" Wanita itu mendelik tajam. ia mengelus rambut juga punggung Fulke dengan lembut seolah menenangkannya. Lalu ia meminta pria itu menyelesaikan apa yang telah ia lakukan.
"Sssh.. Hiraukan saja dia. Kau masih hauskan? minumlah hingga dahagamu terpuaskan" Sembari mengatakan kata kata hangat, wanita itu tersenyum lembut. Bagai senyum juga kata kata seorang ibu pada anaknya.
Luca merasa tak yakin dengan seluruh ekspresi wanita itu. meski terkesan tulus, baginya senyum itu begitu mencurigakan. ia meninggalkan friksi friksi rasa tak nyaman yang mengganggunya.
Tak ada jawaban sedikitpun dari Fulke. Tanpa berucap, ia menarik kepalanya dari cekung leher wanita itu lalu melepas cengkramannya. Fulke menggeleng lemah sebelum akhirnya ia membiarkan tubuhnya tertarik gravitasi bumi.
"Zemyr.. Ma...af" Lirih Fulke sebelum akhirnya kegelapan mengambil seluruh pemandangannya.
*
Zemira menghela nafas. Menyelamatkan orang selalu melelahkan dan menarik atensi yang tak perlu. karena itu, ia selalu memilih jalan sepi tanpa satu orangpun akan ikut lewat. Biasanya, ia tak akan bersusah payah begini untuk menyelamatkan orang, sekali terlihat orang itu menyapa kematian, ia akan segera mempercepat kematiannya dengan racun maupun tusukan belati.
Namun kali ini berbeda. Identitas Fulke dapat membantunya mendekati tujuannya lebih cepat. tak peduli jika nanti Zemira akan di katai si brengsek tanpa nurani, ia tak peduli. sebab dunia bergerak menuju berbagai kepentingan. sejahat apapun langkah yang diambil untuk kepentingan itu, tak ada yang benar benar peduli.
"KAU! Apa yan sebenarnya kau perbuat pada Pangeran?!" Luca yang sebelumnya terpaku dan kelu mulai menarik kembali seluruh kesadarannya.
"Menyelamatkannya"
"Kau mengubahnya menjadi monster" Luca memicingkan mata tak suka. ia menyarungkan kembali pedangnya. "Apa itu yang kau sebut menyelamatkan?"
"Masih lebih baik daripada menjadi seonggok mayat tak berguna" Zemira mendorong tubuh Fulke hingga tergeser lalu menyingkir dari atas tubuhnya. wanita itu mencoba untuk berdiri namun tubuhnya limpung dan berakhir bersandar pada pohon terdekat. ia benar benar kehilangan begitu banyak darah. sementara penglihatannya mulai mengabur, dingin mulai menusuk di sela sela pori dengan kejam.
Luca menatap bergantian Fulke yang kini tertidur dengan wajah yang begitu segar dari biasanya dan Zemira yang kini justru memucat serta tampak sekarat. Para Ksatria lainnya mengelilingi sang Putera Mahkota tanpa sedikitpun keberanian untuk benar benar mendekat.
"Fulke...." Wajah Zemira meringis saat berucap. " Dia tak akan menyerang siapapun lagi. Besok pun akan bangun seperti hari biasanya, kalian bisa tenang"
Para Ksatria mengangguk dan membungkuk hormat pada Zemira. satu kesepakatan mereka ambil, seburuk-buruknya kejadian tadi, satu hal yang pasti : Wanita ini menyelamatkan tuannya. Seaneh apapun metodanya, hal itu tak berubah. Mereka menggotong tubuh fulke dan menidurkannya di tempat yang lebih layak lalu mulai membuat kemah. Malam sudah melarut untuk bisa kembali turun dengan aman.
KAMU SEDANG MEMBACA
APAIXONAR
Fantasyyang diinginkan zemira hanyalah menemukan keradaan sang ayah juga alasan kematian ibunya yang aneh. ia melakukan perjalanan mengelilingi Scintilla, benua tempat ia hidup. tapi siapa sangka pencarian itu malah memaksa zemira untuk membuka hal yang se...