maaf???

2.2K 95 8
                                    

Tidak terasa sudah dua haru sejak aku bertemu dengat tasya, dan jugak sudah  dua hari sejak insiden aku di perkosa oleh putra bodoh.

Aku tidak menyaka jika dia bisa semarah itu, apa yang membuat dia begitu marah? Apa gara gara aku tidak menepati janjiku kepada nya, atauu gara gara aku berduan dengan tasya. Hmm entah lah.
.
.
.
Tring..tring... Bel pergantian pelajaran berbunyi, kami yang semulanya belajar mata pelajaran ipa, berganti menjadi pelajaran olahraga.

Seperti biasa, cewek ganti baju nya du toilet, sedang kan cowok yang menguasai kelas.

Tapi aku gak berani ganti pakaianku, karna bekas bintik merah alias begas cupang putra masih menempel di tubuhku.

Putra yang melihatku gelisah langsung keluar kelas dengan muka tidak bersalahnya.

Puas?  Apa masih belum puasa?  Aku yang bergitu tertekan oleh perbuatan dia kepadaku.

Bahkan rasa sakit punggung ku masih terasa cukup sakit, bahkan saat aku bergerak begitu terasa nyeri.

Alhasil aku tidak banyak bergerak dan hanya menjadi patung saja, karna rasa sakit nya cukup kuat sehingga wajah ku kelihatan pucat.

"Lu kenapa? " tanya rey
"Gak. " jawabku sambil melihat kebawah sambil tanggan ku mengepal untuk karna menahan sakit.
"Mukalu pucat gitu" sahut rey lagi
"Iyaa. Baik lu pulang aja" sambut tyo sambil menepuk pundakku sedikit memijit.
"Gak lah, aku hanya kecapean "sahutku sambil memakai penutup kepala dari switer hitam yang ku gunakan untuk menutup bekas bintik merah yang kalian tau dari siapa.
"Udah dua hari lu pucat gini" kata tyo.
"udah ga papa, aku nantik mau izin dulu gak ikut olahraga sma pak hen" sahut ku.

"Gak perlu aku udah mintak izin sama pak hen kalu lu gak ikut olahan karansakit" aku pun mengalihkan pandangan ku ke sumber suara itu.

Ternyata suara putra yang baru kembali dari ruangan pak hen.

"Ya udah kita ke lapangan gih, biarin aku yang membawa rendi ke uks baru gua nyususl

"Ya udah kami dulua ya ren, put" sahut putra.

Rey dan tyo pun beranjak ke luar menuju lapangan yang udah siswa siswi kelas ku berbaris.

"Lu ga papa? " tanya putra yang khwatir sambil menggenggam tanganku.

"Ga papa kok" jawabku.
"Aku terlalu kasar ya kemarin? "Tanya putra.

"Pakek nanyak lagi, lu tu kasar bangett " batinku
Penge banget aku maki maki dia, tapi aku hanya bisa diam, gak mau ada perlawanan lagi.

Puta mengendong aku di punggung nya dengan cepat menuju uks yang ternyata tidak ada orang.

Bisa ku lihat wajab kawatir putra.

.
.
"Lu istirahat aja" kata putra sambil menurunkan ku di ranjang uks.
"Makasih " ucapku sambil menunduk,
"Lu dari tadik nunduk terus, apa lu gak mau ngeliat aku? "

Betul, aku gak mau ngeliat muka lu. Aku muak dengan lu, muak bangett.
Pengen aja aku teriak sekencang kencangnya di muka Putra kalo aku benci bangett sama dia.

Tapi jika kulakukan aku juga yang dalam bahaya karna si predator ini.

"Liat gua"
"..."
"Liat gua gak? "
"..."
"Aku hitung samapi tiga, kalo lu gak ngeliat gua. Siap siap aja lu "

Tu kan di anacm terus. Aku merasa bukan manusia di matanya.

"Apa lag.. " baru aja ku  mengalihkan pandangan ku ke arahnya.

Tanpa ba bi bu sebuah ciuman mendarat ke bibir ku.

"Sorry.. "
Sorry?  Buat semua yang udah lu lakuin ke pada ku kemaren? Gak. Gak semudah itu aku maafin lu.

"Ma'af, seharusnya aku harus ngendaliin emosi dan diri ku"

Ada apa ini?  Kok hati ku sakit ngeliat dia yang berasa bersalah ini?
Kenapa aku ikut sakit melihat mata seduh nya?

"Iya. Aku jugak minta maaf karna udah bohong dan gak nepatin janji ku ke pada lu"

"Gak harusnya aku yang minta maaf. "

Tiba tiba mendengar kata maaf dari sosok putra yang berengsek itu tidak bisa di percaya.

"Aa.. Apa" jawab rendi terbata bata

"Aku yang harusnya minta maaf. Karna gara gara aku lo jadi kayak gini. "

Keheningan menyelimuti mereka bedua, masing masing diam membisu,
2 menit dalam keheningan
5 menit masih hening
7 menit tetap hening

Hingga terdengar suara pintu terbuka, dan sesosok perempuan berbaju putih masuk yang berhasil memecah keheningan ini.

"Nak rendi kenapa? " tanya wanita itu yang tak lain guru yang bertugas di uks

"Perut saya sakit buk" bohong ku, gak mungkin kan kalau itu ku sakit gara gara kejadian kemarin. Jadi aku pun terpaksalah berbohong.

"Anu saya permisi dulu yah buk" pamit putra.
.
.
.
.
.

Setelah pulang sekolah, rendy pun membanting tubuh kek kasur empuk milik-nya, dia masih memegang bercak merah di sekitar leher nya, dan mencoba untuk melupakan kejadian itu.

"Aku mau marah, tapi kenapa mendengar kata maaf dari putra bisa membuat hati ku luluh sih??  Waaahh auh ah. "

Tanpa sadar Rendy tertidur pulas

Sekitar 5 jam ter tidur. Rendy terbangun dari tidurnya karna cacing di perutnya minta makan. Alhasil rendi kelaparan.

Dalam keadaan setengah sadar, dan jiwanya masih belum terkumpul, ia terkaget mendengar suara yang tidak bisa dia lupakan.

"Udah bagun? "

Yah suara itu berhasil membuat rendi tersadar. Kaget bukan main, tiba tiba ada putra yang duduk di samping sambil terus menatap nya.

"Eee... Ee lu? "

"Apa? "

"Kenapa lu bisa ada di sini?  Ada perlu apa"

"Yah aku mau nge rawat pacar sendiri lah, apa lagi. "

Bluss entah kenapa pipiku memerah dan jantungku berdebar kencang. Ada apa ini?

"Pipi lu kok merah?  Apa lu sakitnya mangkin parah? " tanya putra khawatir tentang keadaan ku.

"Gak... Bukan apa apa" jawab ku sambil mengalihkan pandangan ku.

Sumpah kenapa jantungku berdebar debar yah???

"Sini aku cek dahi lu, panas apa gak"kata putra sambil menempel kan dahi ku ke dahinya.

"Paan sih.. Orang pakek tangan lu pakek kepala lu"

"Dahi ku kan termometer hahahah"

"Paan sih. " aku pun tertawa terbahak-bahak melihat tingkah lakunya.

Kok dia berbeda yah dari biasanya. Gak dingin lagi kek dulu dulu.

Kruk.. Kruk..krukk
Suara perut rendy ber bunyi.

"Ni makan, bubur ayam nya"

"Eh lu kok repot repot bawain makan segala "

"Aku punya feeling kalau lu belum makan. Dan betul tebakan aku kan. Ni aku suapin "

"Ih gak usah.. Aa.. Aku aja"

"Udah nurut aja. Lu kan pacar aku sekarang. "

DO I BECOME GAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang