Pt.9 - Indonesian vibes

33 3 0
                                    

Aku mencoba terbiasa
berada disini
Tanpa kehadiranmu

***

Keesokan paginya mamah datang bersama dengan om Henry dan juga anak perempuan nya. Ya, Amanda, adik tiriku, anak dari mamaku. Dia beda 8 tahun denganku, yang artinya dia sekarang berumur 9 tahun.

Sebenarnya aku tidak menyukainya, tapi warna matanya yang sangat mirip denganku dan mama, membuat aku tidak bisa membencinya. Fakta bahwa kita satu ibu adalah mutlak. Dari dulu aku juga ingin mempunyai adik, tapi karena mama memilih untuk bersama om Henry saat aku baru berumur 7 tahun, apa boleh buat.

Itu keputusan yang dibuat oleh orang dewasa, dan aku tidak bisa berbuat apa-apa. Setelah 10 tahun pun aku juga sudah mulai terbiasa dengan perceraian ini, walau belum sepenuhnya menerima.

Mamah dulu adalah seorang model terkenal di indonesia dan namanya lebih dikenal oleh masyarakat saat ia menikah dengan ayah yang notabennya adalah orang luar negeri. Tapi itu tidak bertahan lama saat mamah melahirkanku, ayah membatasi kegiatan mamah agar mamah bisa merawatku.

Tapi bagi mamah itu adalah kekangan. Dia sangat menyukai dunia modeling dan ingin terus berada didunia itu. Semenjak saat itu mamah tidak bertegur sapa dengan ayah, walau mamah selalu bermain denganku. Dan sampai dimana aku memergokinya bersama Om Henry. Dan ya, kelanjutannya adalah perceraian. Aku juga tidak terlalu mengingat kejadian hari itu, mungkin karena aku baru berusia 7 tahun saat itu.

Setelah aku berumur 8 tahun, mamah melahirkan Amanda, adik tiriku. Aku pernah melihatnya sekali saat mamah membawaku kerumahnya dengan paksa saat aku umur 10 tahun. Dan karena itu mereka mulai memperebutkan hak asuhku di pengadilan.

Hasilnya, ayah yang mendapatkan hak asuhku dan langsung ingin membawaku ke kampung halamannya, los angeles. Mamah yang tidak terima, memberi syarat bahwa aku harus tetap menjadi warga negara indonesia. Itu semua adalah kejadian 7 tahun lalu. Sekarang aku mengerti kenapa mamah memaksaku untuk tetap menjadi warga negara indonesia.

"jadi gimana Anna? kamu mau?"

Suara berat om Henry menyadarkanku dari lamunan.

"hah? iya? kenapa?"

"sayang, kamu nggak dengerin ya tadi papah ngomong" mamah menyubit pipiku.

Papah? siapa papah? dia? hell no!

"Mom, just for your information, I called Elena, just Elena. So you want me to call him just Henry?"

Aku tersenyum "kalo aku sih lebih suka manggil Om Henry"

"Hahaha! iya kayaknya bagusan Om Henry" Mamah mengelus kepalaku sambil tertawa.

"Dia mirip kamu ya Lin" ucap Om Henry.

"Jadi Anna, mungkin dua minggu lagi kamu sudah bisa masuk sekolah. Angkasa International high school, kamu sekolah disitu ya"

Aku mengerutkan kening "Kenapa gak sekolah negeri aja?"

Tentu saja aku tidak ingin bersekolah di swasta, itukan memakan banyak biaya. Aku tidak bisa terus-terusan menggunakan uang Om Henry.

"Gak bisa sayang. Kamu itu dari luar negeri, bukan dari bandung. Lagian juga sekolahnya dekat dari apartemen ini, jadi kamu gak usah takut kesasar"

ANNASTASIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang