Setelah kejadian satu bulan yang lalu, Taeyong memutuskan untuk tidak akan lagi pergi ke ruangan kramat tersebut. Untung saja, setiap laporan yang ia buat, harus diberikan kepada ketua divisi terlebih dahulu, kemudian beliau akan mengantarkan dokumen penting itu pada Jaehyun.
Sungguh lega. Ia pun juga harus mati-matian menyembunyikan diri, apabila batang hidungnya nampak, mungkin Taeyong bisa saja is dead.
Taeyong bahkan rela berangkat kepagian, dan pulang telat agar tidak bertemu dengan si bodoh Jaehyun itu. Iya, dia memiliki panggilan begitu pada bosnya.
Bagaimana tidak, orang itu memaksanya dianggil 'Mas' dan menuruti segala perintahnya yang tidak masuk akal. Melanggar, sama saja potong gaji.
Dan potongannya tidak kecil, kau tahu? Dipotong sekitar 60-75% hanya bisa membayar uang sewa kostnya beserta makan dua minggu. Bos itu benar-benar gila.
***
Suara bising percakapan antar manusia memenuhi area kantin kantor, suara decitan pertemuan sendok-garpu dengan piring, turut menyertai acara makan siang yang selalu diselenggarakan setiap jam dua belas siang.
Di salah satu meja kantin, terdapat tiga serangkai yang sering makan siang bersama. Tak lain tak bukan ialah Taeyong, Winwin, serta Doyoung. Keduanya saling sambat mengenai pekerjaannya masing-masing, sedangkan Taeyong hanya diam merenung sambil mendengarkan teman-temannya melakukan sesi curhat.
"Haduh, capek banget jadi bawahannya Pak Johnny. Kudu selalu ikut di setiap acara dia rapat. Hih! Kesel banget!" Winwin memukul sendoknya agak keras diatas piring kosong; ia baru saja menghabiskan makanannya.
"Kok begitu? Kenapa emang?" Ucap Doyoung sebelum menyeruput kopinya.
Winwin memutar bola matanya malas, "nih, ya. Dia tuh kalo tiap rapat, suka kelupaan segala macem. Teledor ini-itu, lupa ini-itu, ceroboh ini-itu. Hah! Pokoknya malesin."
Doyoung menanggapi itu dengan kekehan, "enakan aku dong sama Pak Yuta. Kalem, gak banyak ngomong, santai tapi serius, wah pokonya enak banget."
"Cih, enak, ya? Sini gantian kamu jadi bawahannya Pak Johnny."
"Ogah."
Winwin mengerucutkan bibirnya, lirikan matanya beralih pada Taeyong yang diam merenung menatap kosong kearah depan. Lelaki cina itu menyikut rekan kerjanya tersebut.
"Yong, kamu kenapa?"
"Eh?" Taeyong terkesiap. Wajahnya tersirat kebingungan, "aku? Kenapa emangnya? Aku baik."
"Bengong gitu ntar kesambet, lho." Winwin menepuk pundak Taeyong, memberikan saluran energi barangkali temannya itu tengah kebanyakan pikiran masalah kerjaan.
"Semangat, dong. Jangan bengong aja mikirin kerjaan."
Bukan mikirin kerjaan, tapi ini lagi mikirin masa depan, tau.
"I-Iya, makasih, Win."
Ting
Suara notifikasi ponsel berbunyi pada hadapan Doyoung, lelaki kelenci Itu segera meraih gawainya. Matanya dengan seksama membaca rentetan teks pada pesan digital disana, "Yong, kayanya kamu harus ke ruangannya Pak Jaehyun, deh."
Taeyong yang mendengarkan itu, sontak terkejut bukan main. Matanya membulat sempurna, "k-kenapa?"
"Bu Irene udah chat kamu masalah kesalahan laporan, tapi kamu gak baca-baca. Terus beliau nge-chat aku buat ngasih tau ini ke kamu."
"Eh masa iya, ya?" Buru-buru si surai pink membuka ponselnya, ia menemukan beberapa spam chat Bu Irene kepadanya.
"Ah, iya lagi. Laporanku salah apanya, ya? Kayanya semua bener, deh. Aku selalu crosscheck laporanku sampe lima kali sebelum dikasih ke Bu Irene, kok."
KAMU SEDANG MEMBACA
Alter Jung-Lee 🔞 [JAEYONG] ✓
Fanfiction⚠️ MENGANDUNG KONTEN +18 DAN MENGGUNAKAN BAHASA INDONESIA FRONTAL, VULGAR, DAN NON-BAKU ⚠️ [JAEYONG] Jaehyun x Taeyong Sinopsis: Jaehyun dan Taeyong punya akun alter, mereka ga saling kenal. Sumpah. Terus pernah 'begituan' yang modal ketemuan lewat...