12• Panti Asuhan

564 45 0
                                    

"Benarkah hanya peduli? Atau ini karena hati ikut mengambil peran sendiri."

¤¤¤

Nafisa mengetuk-ngetukkan jari di meja belajarnya, otaknya tengah berpikir keras saat ini. Sesungguhnya pikirannya sedang buntu sekarang. Memikirkan tentang Rania sungguh membingungkan.

Dia tidak kenal Rania, jangankan kenal. Dia tahu wajahnya saja dari foto yang ada di laci  Azka. Tahu ceritanya juga dari David. Yang di tahu sangat minim saat ini.

Lalu harus di mulai darimana dia mencari tahu?

Nafisa mengingat-ingat lagi apa yang dikatakan David kemarin. Lalu sebuah ide muncul di otaknya.

Tante Mira, yah pasti Tante Mira tahu lebih banyak soal Rania. Kalau dulu status mereka adalah tunangan, pasti Tante Mira juga tau kehidupan Rania. Pencarian ini bisa dimulai dari tempat tinggal Rania mungkin.

Nafisa segera membuka ponselnya, mencari nomor David. Namun, saat akan menekan tanda memanggil Nafisa berhenti, bagaimana jika David tengah sibuk atau ada acara?

Bukankah orang seperti David biasanya ada acara saat weekend, lalu bagaimana jika karena panggilan darinya mengganggu David?

"Hah," desah Nafisa putus asa. Kepalanya terkulai lemas di meja. Lalu sedetik kemudian kembali ia angkat kepalanya.

"Coba aja dulu deh," putusnya kembali meraih ponsel yang tadi dia campakkan begitu saja. Menekan tanda memanggil di ponselnya.

Nafisa menggigit bibirnya cemas, kenapa David lama sekali mengangkat panggilannya. Atau memang dia benar-benar sibuk.

Sampai panggilan itu berakhir David tidak mengangkat panggilannya, Nafisa tidak putus asa. Dia kembali mencoba menghubungi lagi. Dering kedua panggilan itu dijawab oleh David.

"Halo, Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam Kak David," ucap Nafisa menjawab terlalu cepat.

"Nafisa ada apa? Maaf tadi Kakak di luar jadi gak kedengeran suara telponnya."

"Gak papa Kak, hari ini Kak David ada acara gak?" Nafisa meringis, kenapa kesannya dia seperti akan mengajak kencan David.

"Gak ada sih, kenapa?"

"Alhamdulillah, gini Kak, ini masalah Dokter Azka yang waktu itu," Nafisa berhenti bicara, hening beberapa detik sepertinya David tengah mengingat-ingat.

"Tentang mencari tahu rahasia Rania?"

"Iya Kak, jadi Nafisa mau minta tolong, Kak David bisa gak ajak Tante Mira ketemu sama Nafisa. Jadi kita bahas lebih lanjut masalah Rania."


"Bisa sih? Kapan emang?"

"Sekarang aja gimana?"

"Ya udah. Di tempat dulu aja ya. "

"Iya Kak, makasih. Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

Nafisa tersenyum senang, semakin cepat dia tahu banyak tentang Rania semakin cepat dia menolong Azka.

Dear Doctor (Complete) [Tahap Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang