—cerita ini hanya fiksi belaka. Ngk bakal sange kok :3
Pemuda itu dikenal dengan ketampanan bak Putera Mahkota Joseon. Sedang yang cantik di sisinya, memiliki kecantikan melampaui Puteri Kerajaan. Pantas untuk disandingkan jika berdua. Seolah ketimpangan visual memburam dengan natural dan sulit untuk dihilangkan.
Kalau banyak yang merasa patut merunduk malu karena bias keindahan koridor, hal itu tidak berlaku untuk pemuda satu ini. Namanya Jaemin Na, Bidadara beda jalur yang punya cahaya terang sendiri tanpa seorangpun tahan berdiri lantang untuk berdampingan. Sekilas, sematan tersebut membuatnya tampak sendiri oleh sebab kelebihan itu yang melekat dengan baik. Fakta lebih dulu mengungkap bagaimana kuatnya dua gadis dan seorang pemuda betah ada di sisi Jaemin.
"Aku masih tak yakin dia melakukan itu," Somi menusuk tteokpoki cup yang ia curi dari tangan halus Jaemin. "Siyeon terang-terangan mengklaim Jeno dimanapun."
Mereka sedang maksi dengan formasi penuh. Si rambut tanggung, Somi Jeon. Menyender manja pada Jaemin, si rambut panjang Mcdonie. Sedang sosok tiny tampan yang kalem tapi bisa bertransformasi menjadi elpiji, Renjun Huang. Meja itu penuh dengan makanan ringan sampai-sampai Jaemin kesulitan menghabiskan kentang rebusnya.
"Apa maksud tak yakin dalam kalimatmu itu, hah?!” garpu ditangan Mcdonie terarah ke wajah Somi yang mengernyit jijik. "Sudah jelas Jeno kemarin hampir melakukan pelecehan!”
Renjun memejam mata. Harapannya siang ini hanya sekadar makan dengan tenang. Tapi mengharap itu dari dua gadis berotot ini tampaknya sulit.
"Dia tak mungkin manuver seksual, Mcdonieee," lidah Somi rasanya terlipat saking gemasnya dengan pernyataan sang sahabat. "Imej Jeno terlalu bersih. Aku bahkan tak yakin dia pernah berciuman!”
Satu-satunya yang tidak begitu terganggu hanya Jaemin. Pesanan makanan Renjun selalu memanjakan indera pengecapnya. Hari ini kafeta merilis jenis kudapan baru dan terdapat beberapa menu yang diizinkan untuk dikreasikan sendiri.
"Bumbu kacang ini lezat," Jaemin sulit menahan wajahnya yang berekspresi keenakan karena rasa baru di lidah. "Aku mau lagi, Jun."
Mcdonie bangkit dari bahu Jaemin, lalu mencubit bisep setengah jadi pemuda itu dengan hati yang hangat. "Sebenarnya kau memakai telingamu apa tidak? Beri aku pembelaan!”
Kapan sih Mcdonie satu ini berhenti teriak?
"Telingaku berdenging, Nancy. Kecilkan suaramu, please," Tegur Renjun halus.
Bibir mengembang Mcdonie langsung merapat cepat. Nuraninya sungkan membantah Renjun setiap kali pemuda itu menegurnya. Ada rona tipis yang tertangkap mata Somi.