Chapter 16

267 9 2
                                    

Annya membuka matanya secara perlahan dan melihat sekililing kamar yang didominasi warna abu-abu tersebut. Kepalanya terasa sangat pusing.

Clek

Annya mendongakkan kepalanya saat mendengar suara pintu terbuka dan tampaklah Fernan yang membawa nampan berisikan air putih dan semangkuk bubur.

"Apa yang anda lakukan disini tuan?" tanya Annya.

"Tentu saja aku disini karna ini rumahku" ucap Fernan sambil menaruh nampan diatas nakas.

Seketika tubuh Annya menegang. "Tunggu jangan bilang jika anda yang menculik saya?".

"Lebih baik kau makan sekarang".

"Tidak sebelum anda menjawab pertanyaan saya".

"Makan!"

"Tidak!"

Dasar keras kepala,batin Fernan.

"Apa perlu ku suapi?"

"Tidak!"

"Makan sendiri atau ku suapi"

Annya langsung mengambil bubur diatas nakas saat mendengar ancaman yang keluar dari mulut Fernan.

Fernan tersenyum tipis saat melihat Annya makan. "Kenapa kau menghindar dari ku?".

Uhuk uhuk

Dengan secepat kilat Fernan memberikan segelas air kepada Annya.

"Maksud anda tuan?" Ucap Annya.

"Jangan pura-pura tidak tau. Aku tau beberapa hari ini kau menghindariku, setiap kita bertemu kau selalu bersembunyi atau berjalan ke arah yang lain" jelas Fernan sambil menatap Annya tajam.

Annya meneguk salivanya.

"Anda yakin itu saya tuan? Saya merasa tidak ada bertemu dengan anda beberapa hari ini" balas Annya.

"Itu karena kau menghindar dari ku" desis Fernan.

Kau sangat bodoh Annya,batin Annya.

"Makananku sudah habis tuan, bisakah saya pulang sekarang?" Tanya Annya.

"Tidak! Sebelum kau menjelaskan semuanya kepadaku" ucap Fernan.

"Anda ingin tau kenapa saya menghindari anda?". Fernan menganggukkan kepalanya dengan wajah polos layaknya seorang anak kecil.

"Karena setiap melihat wajah anda, saya ingin muntah. Anda sudah mengerti bukan? Kalo begitu saya permisi" pamit Annya sambil mengambil tasnya dan pergi meninggalkan Fernan diam mematung mencerna setiap perkataan Annya tadi.

"Dia ingin muntah saat melihat wajahku? Apakah wajahku semenjijikkan itu? Atau jangan-jangan dia hamil" ucap Fernan bingung.

Lalu Fernan menolehkan kepalanya mencari keberadaanya Annya. "Ck! Sial dia sudah pergi".

🍁🍁🍁

Disisi lain Annya sedang memaki Fernan sambil berjalan kaki melewati sebuah taman yang sepi.

"Dasar pria brengsek! Bajingan! Jika saja dia bukan bosku pasti sudah ku tendang adik nya" cerocos Annya. Tiba-tiba Annya mendengar suara tangisan bayi.

"Apakah aku salah dengar?" tanya Annya sambil mengusap telinganya.

Annya berjalan menuju taman dan mencari sumber suara tersebut. Annya memlebarkan matanya saat melihat seorang bayi didalam sebuah kardus.

"Dimana ibumu?" tanya Annya sambil menepuk pelan punggung bayi laki-laki yang kira-kira berusia 1 bulan.

Annya melihat terdapat sebuah secarik kertas dan tas yang berisikan perlengkapan bayi dan beberapa lembar uang tepat disamping kardus.

"Tolong rawat dia. Jagalah dia dengan baik dan berikan kasih sayang jika kau memang orang yang baik"

Seperti itulah isi surat yang Annya temukan. Annya melirik bayi tersebut yang sudah terlelap dan membawa tas tersebut menuju apertament nya.

Clek

Annya membuka pintu apertementnya lalu menguncinya, kemudian ia berjalan menuju kamarnya.

Lalu meletakkan bayi tampan itu secara perlahan, Annya memperhatikan bayi yang sedang terlelap tersebut dan jika dilihat secara teliti bayi ini memiliki wajah campuran.

"Siapa yang tega membuang bayi yang menggemaskan seperti ini?"

Annya melirik jam yang dan menunjukkan pukul sebelas malam. Lalu Annya beranjak dari tempat tidur dan membersihkan diri, kemudian ia baring disamping bayi, tidak lupa Annya memberikan guling disisi bayi tersebut agar tidak jatuh.

Tidak lama kemudian Annya sudah terlelap.

.

.

.

.

.

.

Danger BillionaireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang