a mess

4.2K 525 69
                                    

"Kak Mark," panggil Haechan, menekankan suku kata ketiga dari nama pria tadi dengan sangat manis. Haechan sedang dalam mood yang baik, setelah 16 jam shiftnya di rumah sakit, Mark senang. Tidak ada Haechan yang hormonal malam ini. Mark sangat berterimakasih tapi semua energinya tampak terkuras dari tubuhnya, jadi ia hanya bisa menunjukan senyum lelahnya.

"Iya sayang." Senyum Mark, melonggarkan bahunya. Segera sesudah ia merasa cukup dekat dengan Haechan, Mark menarik kekasihnya dan menjatuhkan tubuh mereka berdua ke sofa, dengan Haechan yang berada diatas pangkuan Mark. Mark mendesis ketika sadar mengenai dampak jatuh tadi pada kekasihnya yang sedang hamil tiga bulan, mungkin seharusnya ia tak melakukan gerakan itu lagi—pikir Mark.

Mark memendamkan wajahnya di leher Haechan, menciumi kulit Haechan dalam-dalam, menghirup wangi tubuh Haechan.

Haechan tak melakukan apapun selain terkekeh senang, "Kak ih, geli tau!"

"Wangi banget kamu. Aku kangen—."

"Keluar yuk beli ice cream!" respon Haechan setelah menarik diri dari Mark.

"Aku capek sayang, besok aja gimana, hm?"

"Nggak," rengek Haechan, "Aku benar-benar pengen ice cream sekarang!"

"Dek, aku capek, beneran mau mandi doang terus tidur."

"Kakak selalu aja pengennya tidur. Please, kak? Ayo pergi sekarang, tokonya tutup sepuluh menit lagi, nanti ngebut dikit aja naik mobilnya gapapa kak, yuk!"

Mark ingin menangis saat berpikiran mengenai mengendarai mobil. Ia benar-benar lelah.

Mark menggeleng. "Besok oke? Sekalian jalan kaki kesana kan deket, kamu udah lama gak olahraga.. Sekarang aku beneran capek."

Haechan melipat tangannya di depan dada sambil berdiri dari sofa. "Egois banget sih kak."

"Maaf, apa?" Mark ikut berdiri dari sofa.

"Kamu egois." Ulang Haechan, mempoutkan bibirnya. Ia berharap jika itu akan bekerja pada Mark seperti biasanya. "Bayi kita pengen ice cream tapi kamu cuma bisa memikirkan dirimu sendiri."

"Aku egois? Haechan," mulai Mark, "Kamu yang egois. Aku enam belas jam di rumah sakit capek banget tapi yang bisa kamu pikirin sekarang cuma acara ngidam ice cream."

"Ini 'kan bukan salahku! Aku pengen ice cream karena...karena aku beneran pengen, oke? Bukan salah aku kalau bayinya bikin aku lapar setiap waktu."

"Of course you will say that!" bentak Mark, "Aku paling nggak suka kalau kamu melakukan itu, kamu tau nggak? Haechan, bayi itu bahkan bukan milikku. Ayah dari bayi itu adalah seorang pemerkosa diluar sana, pernah gak sih kepikiran hal itu?" Mark sekarang berdiri tepat di depan Haechan, terlihat kesal. "Oh God, kadang kamu tuh bener bener bikin aku gila dengan tingkahmu dan rengekanmu sampai rasanya aku cuma ingin bangun dan pergi! Tapi kemudian aku ingat jika itu—itu sangat konyol, karena ini adalah rumahku!"

Mark merasakan semua uap panas keluar dari sistem tubuhnya, akhirnya, dan ia melayangkan pandangannya kebawah pada Haechan. Sial! Pikir Mark ketika ia melihat pemandangan di bawahnya.

Haechan terduduk lagi diatas sofa, pandangannya pada lantai, lengan kanannya pada perutnya yang sedang membesar. Ada air mata yang turun deras di wajah cantiknya dan Mark tahu jika ialah penyebabnya. Haechan menengadahkan kepalanya keatas untuk melihat kekasihnya dan yang ada di dalam pikiran Mark sekarang hanyalah keinginannya untuk pergi ke 15 menit yang lalu kemudian mengatakan ya, ayo pergi, aku pakai sepatuku dulu. Mark ingin menelan seluruh perkataan yang ia percikan keluar dan mengulang semuanya, mencium air mata Haechan agar pergi, lalu membeli seluruh branch dari Baskin Robbins, apa saja—apa saja untuk membuat wajah sedih Haechan menghilang.

Sunflower's babyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang