Prolog

114 20 10
                                    

Seorang anak kecil bergaun putih susu itu berjalan mendekati sahabatnya yang tengah duduk di tepi danau sambil memandangi bintang.

"Kamu masih suka bintang?" tanyanya kepada sahabatnya.

"Sampai kapanpun aku akan selalu suka sama bintang."

Anak kecil itu terkekeh pelan.

"Sini duduk di samping aku!" ucap sahabatnya itu sambil menepuk-nepuk tempat di sampingnya.

Anak itu hanya menuruti permintaan sahabatnya saja dan langsung menyenderkan kepalanya di bahu sahabatnya itu.

"Kamu suka bintang?" anak itu mengangguk dan tersenyum.

"Gara-gara kamu aku jadi suka bintang. Kenapa sih kamu kan cowo, kok suka bintang?"

"Emangnya kenapa kalau aku cowo? Gak boleh gitu suka sama bintang?" sahabatnya itu bertanya dengan nada yang sedikit tidak santai.

"Boleh kok."

Selanjutnya, hening. Tidak ada yang membuka suaranya lagi setelah percakapan singkat tadi.

***

"Mamaaa, bangun jangan tinggalin aku sendirian." suara teriakan itu menggema di ruangan serba putih.

"Ssstttt kamu gak boleh gitu, mama cuma lagi tidur kok." suara sang Ayah mencoba menenangkan putrinya yang tengah kalap.

Anak itu menggelengkan kepalanya kuat-kuat. "Papa bohong!!"

"Tapi..." ucapannya dipotong oleh seseorang yang berdiri tergamang di belakangnya.

"Biar saya aja mas yang nenangin 'dia'." sang Ayah hanya mengangguk lemah.

"Pah, bawa anak kita keluar ya. Mamah mau nenangin 'dia' dulu."

Sang suami mengangguk dan menggendong putranya untuk keluar, akan tetapi tidak mau.

"Pah aku mau disini nemenin 'dia'."

"Iya, nanti sama mamah dibawa keluar ya sayang."

Ibu dari anak laki-laki itu mendekati seorang gadis kecil yang tengah menangisi kepergian ibunya.

"Dengerin tante sayang." anak itu menoleh. "Mama kamu cuma lagi tidur, bentar lagi pasti bangun. Kamu jangan nangis yaa!"

"Mama, ..." anak itu tidak mampu melanjutkan perkataannya, dia hanya menggelengkan kepalanya kuat-kuat.

"Sayang kamu gak boleh nangis, nanti Mama sedih kalau liat kamu nangis."

Dia menghapus air mata anak itu, namun percuma saja air mata itu terus saja keluar. Ibu dari anak laki-laki itu akhirnya memeluknya, membiarkan tangisnya semakin pecah memenuhi ruangan.

Sang ibu dari anak laki-laki melihat ke arah belakang anak itu, dimana disana mayat seorang wanita yang begitu ia sayangi telah terbujur kaku diatas ranjang rumah sakit.

Ia ingat masa-masa dimana mereka selalu bersenang-senang bersama. Rasanya baru kemarin dia menikmati indahnya dunia bersama wanita itu, wanita yang sekarang ini telah menjadi seorang ibu dari anak yang tengah dipeluknya.

Ia memejamkan matanya, mencoba menetralkan perasaannya. Ia tidak boleh menangis demi anak yang tengah dipeluknya.

"Tante." panggil anak itu, kemudian ia melepaskan pelukannya.

"Kenapa sayang?"

"Aku udah tau semuanya, tante gak perlu bohong dan bilang kalau Mama cuma tidur. Aku dengar omongan dokter tadi." Ibu dari anak laki-laki itu kembali meneteskan air matanya.

"Sayang, dengerin tante. Tante cuman gak mau liat kamu sedih, tante gak suka dan lagi Mama kamu juga pasti akan ikut sedih kalau kamu sedih."

"Tante, janji sama kamu kalau tante gak akan pernah ninggalin kamu. Tante udah anggap kamu seperti anak tante sendiri. Jadi, kamu gak usah sedih lagi ya? Mulai sekarang kamu bisa panggil tante, mama."

Anak itu mengangguk dan langsung memeluk ibu dari sahabatnya itu.

***

"Jangan nangis lagi ya? Aku gak suka liat kamu sedih," ucap anak laki-laki itu.

"Sekarang aku udah gak punya Mama lagi." Seorang gadis kecil menyahuti dengan suara pelan.

"Kamu masih punya Mama aku. Dan juga kamu masih punya aku. Kamu gak boleh sedih lagi. Aku janji gak akan pernah ninggalin kamu." Gadis kecil itu menoleh dengan tatapan sendunya.

"Kamu beneran janji?"

Anak laki-laki itu hanya mengangguk, dan memberikan jari kelingkingnya untuk ditautkan dengan jari kelingking milik sahabatnya, sebagai bukti bahwa dia bersungguh-sungguh dalam janjinya.

"Janji?"

"Janji."

Mereka berdua pun tersenyum, melupakan sejenak kesedihan yang tengah dirasakan.

***

#HaiHai
Sebelumnya perkenalkan nama aku, Harlina Dwi Oktavia Putri. Kalian mau panggil apapun itu terserah.

Aku bingung mau ngomong apa lagi:v
Yasudah deh mungkin di prolog ini aku cuma itu doang.

Ehh..eh tapi ada sesuatu deng yang mau aku sampaikan. Yap, di prolog ini mungkin cuma sedikit doang, tapi di part selanjutnya akan sedikit panjang.

Jadi, jangan bosen ya? Aku harap kalian suka sama cerita ini dan di prolog ini udah mampu mengundang rasa penasaran kalian.

Kalau kalian suka, jangan lupa ditambahkan ke perpustakaan pribadi dan juga jangan lupa tinggalkan jejak ya. Entah itu vote atau coment. Kalau kalian mau, di share ke temen-temen kalian juga boleh.

Jangan lupa follow akun wattpadku @HarlinaPutri20.

Segitu dulu deh. See you next part.
Love
HarlinaPutri.

Secret AdmirerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang