Happy Reading ~
Sore itu ditemani rintik-rintik hujan disertai bau khas tanah yang basah didepan serombongan orang terdapat gundukan tanah yang tersebar banyak kuntum bunga.
Pakaian berwarna hitam dilengkapi kacamata dengan warna senada bertengger di masing-masing hidung para khalayak itu.
Diantara khalayak, tampak seorang wanita terus saja meraung-raung, menangisi isi gundukan tanah itu. Memeluk batu nisan salib dengan penuh berbagai macam emosi.
Ditemani dengan seorang lelaki yang terus saja merengkuh sang wanita.
“Bangun Bibi.... Banguuunn” terus saja memeluk nisan itu. Membuat semua orang yang melihat hal itu ikut mengeluarkan air mata.
“Sudah sayang ...” suara lelaki pun sama, terus saja mengalun, guna menghibur sang wanita.
Park Chanyeol dan Park Jihyo.
Saat ini adalah suasana pemakaman dari Kim Dahyun. Wanita paruh baya yang diduga korban akibat tabrak lari.
Satu persatu tampak khalayak meninggalkan tempat pemakaman itu dikarenakan bias jingga sudah terpancar.
Tangisan demi tangisan terus saja berlanjut. Jihyo nampak sangat frustasi. “Aku mau menyusul Bibi, Chanyeol-ah. Ayo antarkan aku...”
Chanyeol menggelengkan kepalanya dengan air mata mengiringi. “Jangan bilang begitu sayang. Ayo kita pulang ke rumah, hmm?”
Jungkook, Yuri beserta calonnya, Kim Yerim dan beberapa karyawan juga rekan-rekan kerja kedua belah pihak tampak ikut menghadiri pemakaman itu.
Wajah-wajah mereka tidak ada yang menampilkan kebahagiaan atau apa, hanya kesedihan pilu lah yang menghiasi masing-masing wajah.
Jihyo frustasi. Wanita yang telah membesarkannya hingga kini sudah tak bisa ia peluk, sudah tak bisa mendengarkan suara lembut itu lagi. Perbincangan ditelpon semalam ternyata akhir dari segalanya. Angan-angan untuk melihat anak yang dikandung oleh Jihyo sirna sudah.
Dikabarkan oleh saksi mata yang melihat kejadian tabrak lari itu bahwa wanita Kim itu hendak menyeberangi jalan setelah pulang dari pasar.
Malam sudah hampir tiba, namun keempat orang itu --Jihyo, Chanyeol, Jungkook beserta Yerim-- masih berada di tempat peristirahatan terakhir. Sudah berbagai macam cara mereka membujuk Jihyo agar pulang, tetapi wanita Park itu seperti masih enggan untuk meninggalkan Dahyun sendirian.
Air mata indah itu terus saja berlinang membasahi pipi chubby wanita Park itu, bak sungai yang mengalir dengan derasnya. Gerimis hujan masih membasahi bumi, bagaikan mengerti bahwa hatinya tengah berduka.
“Kita pulang sayang, hmm?” suara Chanyeol terus saja terdengar, mengajak Jihyo untuk segera bangkit.
Mimik wajah Jungkook dan Yerim turut ikut merasakan kesedihan yang amat sangat yang tengah menimpa wanita hebat yang terus saja memegangi nisan itu.
“Kalian pulang saja... Aku masih mau disini.” jawab Jihyo tanpa menoleh.
“Nyonya. Kita pulang duluan yaa. Besok kita kesini lagi.” ujar Yerim ikut membantu Chanyeol. “Kasihan janin yang didalam perut Nyonya.” lanjutnya lagi, ikut berlutut disamping Jihyo.
Seketika tangisan Jihyo berhenti saat lafal janin terucap. Benar, dia juga tak boleh egois. Jangan sampai karena kesedihan yang berlarut mengakibatkan banyak orang ikut susah terutama anak yang akan tumbuh melalui rahimnya.
Jihyo mengangguk menyetujui itu. Tanpa bersuara, sepertinya mulutnya seakan kaku bahkan untuk mengucapkan kata ‘iya’.
Wanita itu bangkit dipapah oleh Chanyeol. Sementara di belakang mereka Jungkook dan Yerim mengiringi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Go
FanficTerkadang cinta itu tak selalu dihiasi dengan kebahagiaan. Lantas bagaimana jadinya jika dalam dunia pernikahan hanya satu orang yang mendirikan tiang cinta? Akankan tiang itu berdiri kokoh walau hanya sebatang? Silahkan dibaca jika penasaran. Enjo...