Deny

6.2K 769 133
                                    

Little did they know... for the first time, Mingyu was amazed by someone's face even when they didn't put their glasses on. He never felt like this before even once in his life. And he swears to God that Wonwoo's face without his glasses on, is the most beautiful masterpiece ever and little did he know, he fell for that masterpiece.

{}


Mingyu sadar dan berakhir diseret oleh Wonwoo untuk masuk ke apartemennya sendiri. Ia sedari tadi hanya diam memperhatikan Wonwoo yang terlihat bisa dibilang cukup panik. Entahlah, Mingyu juga tidak tau mengapa Wonwoo begini. 

"Sumpah mending sekarang lo mandi pake air panas ok?" Ucap Wonwoo setelah ia mendorong Mingyu ke dalam kamar mandi.

"Melepuh dong?"

"Bacot, udah sana mandi." Tegas Wonwoo dengan tatapan tajamnya. Mingyu pun hanya mengangguk patuh kemudian menutup pintu kamar mandi menyisakan Wonwoo yang tengah mengetikkan sesuatu di ponselnya. Setelah menemukan kontak yang dicarinya, ia pun sontak menekan tombol panggil kemudian menempelkan ponselnya ke telinga.

Cukup lama Wonwoo menunggu jawaban hingga akhirnya pada suara sambungan keenam, terdengar suara wanita yang sangat amat ia rindukan menyapa gendang telinganya.

"Mom..."

"Halo, mas Wonu-nya mommy! Maaf, mommy abis nganter Jungwoo sekolah. Tumben jam segini telpon, di sana bukannya masih pagi buta? What's wrong, honey?"

"Ehm... itu... cara bikin bubur buat orang sakit gimana?"

"Siapa yang sakit? Mas sakit? Magh-nya kambuh?" Terdengar nada suara khawatir dari seberang membuat Wonwoo tersenyum simpul. Ah, betapa rindunya ia dengan mommy-nya ini.

"Enggak, tetangga sebelah kamar mas yang sakit. Kasian kaum dhuafa, tinggal sebatang kara."

"Yaampun, turut berduka cita ya, mas. Yaudah, mommy dikte kamu masak ya, bisa?"

"Hm..."

{}

Setelah Mingyu selesai dengan kegiatan mandi di pagi butanya, ia pun menyusul Wonwoo ke dapur dan menemukan sosok lelaki itu tengah duduk manis dengan semangkuk makanan yang bisa Mingyu tebak adalah bubur serta segelas air di samping mangkuk tersebut.

'Siapa yang sakit anjir?' Pikir Mingyu bingung.

Mingyu menunduk takut melihat Wonwoo yang saat ini tengah menatapnya tajam kemudian mengambil tempat duduk di seberang Wonwoo dan sesaat setelah Mingyu duduk, Wonwoo pun mendorong mangkuk dan gelas yang berada di depannya ke arah Mingyu.

"Makan." Ucap Wonwoo dingin. Mingyu kemudian mengangguk dan memakan bubur buatan Wonwoo dalam diam. Setelah diliputi oleh keheningan untuk waktu yang lama, Wonwoo kemudian menghela napasnya lalu berdeham kecil.

"Mingyu... lo lagi ada masalah? Ehm... kalo lo nggak keberatan lo kan bisa cerita ke gue. Nggak perlu mojok di balkon sampe berjam-jam gitu. Apalagi suhu hari ini lagi dingin, lo bisa hipotermia kalo lo mati masalahnya gue yang jadi saksi. Soalnya gue tadi liat lo sekitar jam 10/11an di luar dan jam segini pun lo masih di luar." 

Kedua alis Mingyu berkerut. Rupanya Wonwoo salah sangka. Memang benar semalam Mingyu keluar di balkon tetapi tidak lama karena perutnya meminta untuk diisi makanan. Mingyu tidak bisa tidur alhasil ia mengerjakan presentasi untuk rapat lusa. Tetapi karena semakin lama ia semakin tidak fokus akibat wajah Wonwoo yang selalu terngiang-ngiang di kepalanya, ia memutuskan untuk pergi ke balkon dan merenung seperti sebelumnya dan tidak lama kemudian ia mendengar suara gedoran pintu serta bel apartemennya yang ditekan dengan tidak sabaran yang ternyata adalah sosok Wonwoo yang sebelumnya ia kira Seungcheol.

Denialism | Meanie [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang