Bag 57 (Jawaban)

369 50 3
                                    

"Kok kamu baru berani ngomong sekarang?"

Jawaban yang lantas membuat Pandu heran, kali ini ia berani menatap lagi mata itu. "Kamu gak inget kalau aku pernah bilang sayang sama kamu? Tapi kamunya gak peka, malah langsung pergi."

"Waktu itu kan aku lagi bete gara-gara kamu nanyain hubungan aku sama Teh Nadi terus. Jadinya malah curiga kalau kamu cuma mau ngetes doang."

Pandu menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal. "Ya... Waktu itu aku emang lagi penasaran banget. Tapi beneran kok, aku sayang sama kamu. Ini bukan ngetes, aku emang udah lama suka sama kamu," ungkapnya menatap serius meski dengan suara pelan untuk menghindari perhatian sekitar.

Pandangannya menunduk lagi, Andhin tersipu mengulas senyum sembari memainkan garpu pada sepiring pasta yang belum dihabiskan. Namun mulutnya belum juga mengucap jawaban apapun.

"Gimana, Dhin?"

Pertanyaan itu dijawab Andhin dengan anggukan wajah diiringi senyum simpul. "Iya."

"Mulai sekarang kita pacaran ya?"

Sekali lagi gadis itu mengangguk tersipu.

Akhirnya terjawab sudah semua penantian. Kini Pandu bisa memiliki hatinya. Bukan lagi seorang pemuda yang terus mengejar tanpa arah dan tujuan.

"Yess!" Satu telapak tangan Pandu spontan mengepal dan menghentak bak telah memenangkan hadiah paling berharga. Hanya sekejap, dirinya segera tersadar jika harus menjaga sikap agar tak terkesan norak di hadapan gadis yang kini menjadi pacarnya.

Sementara Andhin menahan tawa yang malah membuat Pandu semakin tersipu malu.

Waktu berkencan hampir habis, sejoli remaja berjalan bersama menuju pintu keluar mal. Meski masih terasa kaku, Pandu memberanikan diri menggandeng tangan sang gadis ketika berjalan berdampingan. Wajah Andhin kian merona tersipu saat memutar bola mata melihat tangan yang sedang menggandengnya.

Namun di balik perasaan bahagia di hari ini, masih ada yang mengganjal di benak Pandu tentang sesuatu yang pernah ia lihat.

"Dhin maaf, waktu itu aku sempet ngikutin kamu ke tempat latihan basket deket bengkelnya Teh Nadi itu. Aku ngintip di pintunya, terus lihat kamu kok kaya yang lagi ciuman gitu sama Teh Nadi. Apa bener kalian lagi ciuman?"

Andhin langsung menengok cepat seraya menyeringai menaikkan satu ujung bibir. "Ciuman? Hahaha, kamu sebenernya lagi lihat apa sih? Waktu itu kali, pas band-nya baru bubar, dia kelihatan sedih. Terus, aku peluk dia. Kita gak ciuman. Kamu ngelihatnya dari angle tertentu kali? Jadi pikirannya udah jorok duluan."

"Oh gitu." Tatapan Pandu menjadi kosong ketika mengangguk pelan.

"Jangan-jangan, suara di pintu waktu itu dari kamu yah yang lagi ngintip."

"Hmm... iya sih. Aku... kaget waktu kamu mau ganti baju."

"Kamu ngintip aku?!" Wajah berseri itu berubah merengut sambil melepas gandengan dari tangan Pandu.

"Enggak jadi kok, sumpah. Aku langsung kabur waktu Teh Nadi mau buka pintunya. Gak ada niat apa-apa lagi sih. Aku cuma penasaran aja kalian di dalem lagi ngapain."

"Ya latihan basket lah. Teh Nadi juga harus lanjut kerja kali, gak bisa nemenin lama-lama."

Digandengnya lagi tangan yang telah dilepaskan. "Sumpah, waktu itu aku gak ada niat jorok kok. Cuma mau tahu aja kamu mau ke mana."

Andhin kembali mengulas senyum menatap wajah kekasih barunya. "Kamu lucu kalau lagi melas gitu."

"Wah, lucu gimana?"

About D ( Her Secret ) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang