» chapter six

29 24 0
                                    

Lantas, siapakah yang harus Bilsy salahkan selain dirinya sendiri? Setelah kejadian tadi, Bilsy mengurungkan niatnya untuk kembali ke kelasnya. Gadis itu mengunci diri di toilet sekolah.

Bilsy benci gagal dan sekarang ia tengah mengalami hal yang sangat dibencinya itu. Apa yang harus Bilsy lakukan selain membenci dan bersikap rendah diri pada dirinya sendiri?

Ia bertanya-tanya dalam hati, apakah perkataan yang dikatakan oleh Shira benar? Apakah ia tak boleh menyalahkan Jayden? Kenapa? Bukannya lelaki itu, ya, awal dari masalah kegagalan ini?

Memohon kepada Tuhan, seandainya waktu bisa kembali. Bilsy tak akan mengiyakan ajakan Jayden, ia pastinya akan memilih belajar untuk ulangannya. Bahkan, mungkin bisa saja jika waktu diputar kembali, Bilsy memilih menghindari Jayden. Tak mau ada hubungan dengan lelaki itu.

Jahat sekali memang pemikiran Bilsy. Tapi, dia harus bagaimana? Apa ada cara untuk menghilangkan kegagalan ini?

๑ ⋆˚₊⋆ ──── ʚ˚ɞ ──── ⋆˚₊⋆ ๑

Bilsy tak kunjung datang, Mikha semakin khawatir saja. Gadis itu memutuskan untuk keluar dan menuju kelas Jayden. Jayden itu pacarnya Bilsy dan pasti dia tahu sesuatu 'kan?

"Jayden!" seru Mikha agak keras ketika sampai di depan kelas lelaki itu. Sekilas, seluruh mata tertuju ke arahnya.

Dalam hati, Mikha dibuat bingung. Kenapa kelas Jayden ramai sekali? Seperti orang-orang yang baru saja menyaksikan sesuatu. Namun, rasa penasaran itu ditepis Mikha dengan cepat. Kembali dia fokus dengan tujuan awalnya datang kemari.

Mendekat Mikha ke arah Jayden, tepat di hadapan lelaki itu. "Bilsy kemana? Dia gak balik-balik ke kelas daritadi." tanya Mikha langsung ke poinnya.

"Nggak tau." suara Jayden pelan namun masih bisa terdengar di telinga Mikha.

"Apaan sih lo?! Kok bisa gak tau? Bilsy itu lagi gak baik-baik aja. Dia ada masalah sama nilainya. Gue takut dia kenapa-napa." Mikha kesal. Gadis itu mengomeli Jayden. Memang benar, ya, kata Bilsy, Jayden itu gak ada effort-nya.

"Ya, gue gak tau." jawab Jayden sama seperti tadi. "Dia gak ngomong apa-apa."

"Jayden! Lo yang bener, gak mungkin lo gak tau. Tadi itu Bilsy keluar dari kelas, pasti dia ad — "

"UDAH GUE BILANG, GUE GAK TAU!"

Mikha kaget di tempat. Jayden memotong ucapannya dan kemudian membentaknya? Hell, ada apa dengan lelaki ini? Di pikiran Mikha, Jayden benar-benar sudah gila.

Satu suara seorang perempuan terdengar begitu mengesalkan di indra pendengaran Mikha. "Siapapun nama lo, mending lo keluar dulu deh. Gausah introgasi Jayden kayak gitu, gak semua hal tentang Bilsy, Jayden harus tau."

Terang-terangan, diberikan Mikha tatapan tidak sukanya pada gadis dengan name tag Shira Arumni. "Gue cuma nanya doang, gak ada maksud apa-apa. Lo yang gak tau apapun, mending diem."

"Kata lo Bilsy gak baik-baik aja 'kan? Kalo gitu sama, Jayden juga lagi gak baik-baik aja. Jadi, kalau mau cari temen lo yang sakit itu lebih baik cari sendiri." dengan kejam, Shira mengatakan itu.

"Sakit lo bilang? Watch your mouth. Orang kayak lo memangnya tau apa tentang hidup Bilsy?" kata Mikha dengan emosi yang sudah menumpuk di kepalanya.

Diambil gadis itu penghapus papan tulis yang kebetulan ada di meja guru, tanpa beban, dilempar Mikha benda tersebut tepat mengenai kepala Shira dengan sangat keras. Murid-murid yang menyaksikan kejadian tersebut dibuat terkejut.

Bidikannya tepat sasaran, hal itu membuat Mikha tersenyum penuh kemenangan. Ia keluar dari kelas gila tersebut, tak lupa memberikan jari tengahnya sebagai salam penutup sebelum akhirnya gadis itu hilang dari pandangan murid-murid yang ada disana.

๑ ⋆˚₊⋆ ──── ʚ˚ɞ ──── ⋆˚₊⋆ ๑

Di tengah-tengah langkah kakinya di koridor, Mikha memutuskan untuk mengirim chat kepada Bilsy. Besar harapannya agar Bilsy membalas pesan tersebut.

Mikha :
bilsyyyyy
lo dimana?
gue khawatir
lo kok gak balik balik sih?
dimana sekarang?
biar gue samperin

"Ah, sial! Kesel banget gue gara-gara tuh cewek." Mikha menghentak-hentakkan kakinya di lantai. Harus dengan apa ia melampiaskan kekesalannya?

Melempar Shira dengan penghapus papan tulis sudah, harusnya tadi dia tampar juga Jayden biar double kill. Pasti Mikha terkenal di kelas itu.

"Permisi." suara lelaki dari arah belakangnya membuat Mikha berbalik badan ke belakang.

Disana, ia menemukan lelaki berkacamata tapi ganteng kok. Bau-bau murid teladan. "Eh, iya. Kenapa, ya?" tanya Mikha.

"Cari temenmu yang namanya Bilsy 'kan?"

Mendengar pertanyaan dari lelaki itu, Mikha langsung tau bahwa orang di hadapannya ini pasti tau sesuatu.

Mikha menganggukkan kepalanya antusias. Rasa penasaran mulai menjalar di hatinya. "IYA, BETUL! Lo tau Bilsy dimana? Kalau iya, tolong kasih tau gue." ujar Mikha dengan nada memohon.

"Tadi lihat dia masuk toilet perempuan. Coba cek kesana." suruh lelaki itu.

"Iya, iya. Makasih, ya." kata Mikha cepat dan kemudian pergi darisana.

Namun, langkahnya terpaksa berhenti akibat cekalan dari lelaki berkacamata itu.

"Apalagi? Gue mau lihat Bilsy nih." rengek Mikha.

"Tolong selalu sama-sama dengan Bilsy, ya," lelaki itu menggantung ucapannya bersamaan dengan matanya yang menyipit untuk melihat name tag yang ada di seragam Mikha. "Mikha."

๑ ⋆˚₊⋆ ──── ʚ˚ɞ ──── ⋆˚₊⋆ ๑

KEPIKIRAN ALUR PART INI WAKTU
LAGI NULIS BSHSHSB 😖😖 bener
bener gak aku rencanain :D

kalau aku ada typo dikoreksi saja
yaaaa 🤩 anyway happy sunday
for y'all 💞

see u soon in next chapter 💗💗

❝ select one ❞ ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang