Surat Untuk marsinar #8

21 0 0
                                    

Bunga-bungaku yang setiap hari kepeluk dalam harap dan asa kini telah berlayar jauh memilih langkah demi langkah yang di tempuh, ia lebih memilih menghilang lalu menikmati segala tahta yang telah di janjikan sang katra, orang tua dulu memberi sarapan buku bagi sang bunga, buku - buku membuncah disekujur badannya, menuliskan perihal kepedihan atau kebahagian diri sendiri, pohon dan udara ber-irama memberikan kertas-kertas pilihan dalam membentangkan dua sisi yang tak dapat di mengerti, kini bungaku telah benar - benar pergi jauh, jauh sudah harapan yang kurakit dengan sebenar-benarnya, kini tubuhku lumpuh menyatu dengan ombak yang dilewati bunga - bunga itu, kini apiku menjadi arang untuk segala gelap yang menyatu dengan kepedihan, kini buku-buku yang berserakan di tempat tidurku menjadi saksi untuk kupu-kupu yang bernyanyi di kolam fatma, lalu botol - botol manari se-akan memberitahu bahwa bunga itu berhak merdeka dengan sehormat-hormatnya, lalu kepalaku masuk kedalam tulang yang tak punya ruang, mencabik - cabik kesedihan yang tak kunjung hilang. Bunga-bunga membawa lukisan anomali di kamarku, merobek hingga menjadi puisi yang di kubur dalam tubuhku. 

Bunga-bunga membawa harapan mudaku, hilang sudah semuanya, saat petikan gitar tak lagi menjadi acuan untuk tenang, kini hanya titik yang tak jadi dermaga dalam kapalmu. 

Bunga bunga mencari peluk disaat malam hingga terompang amping dalam bumi yang menjadi kering Bunga bunga menjadi kenangan yang yang jatuh di peluk sungai sungai mataku 

Bunga bunga menjadi api dalam amarahku yang gugup 

Bunga bunga menjadi rapuh pada perjalanan yang tak berpikir untuk jejak yang penuh sunyi Dan aku menjadi gelombang pada ranting yang mulai patah, mulai meraung pada kepergian 

bunga bunga yang menghabiskan serat-serat kematian. Aku menjadi bunyi kesepian dikala ia merasa di asingkan Aku menjadi api yang membakar segala luka bunga bunga Aku menjadi pemetik bunga pada ruang kamatian

Bunga - bunga telah pergi, hilang sudah keyakinan tubuh untuk sang fatma Berlayarlah hingga semua kesedihan ini tak akan lagi mampu menemukan jurang jurang kematian kita. Berlayarlah hingga semua kebahagian ini tak akan lagi mampu menemukan suara-suara burung yang bernyanyi untuk kebenaran Berlayarlah sejauh mungkin hingga benar benar tak kembali lagi.


Aditya permana

Bandung 21 maret

Surat untuk Marsinar #8Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang