Devira sudah bersiap diri menuju seminar yang hampir dua minggu ini ditunggu-tunggu Devira. Hari ini Devira mengenakan dress sampai bawah lutut berwarga navy dibalut dengan tali dibagian pinggangnya, rambutnya ia biarkan tergerai begitu saja, Devira berjalan keluar kamar kost nya, Dilihat Vania sudah duduk manis sambil melipat kedua kakinya dengan bantal diatas kakinya itu sambil sesekali meraih snack kacang dari dalam toples. Biasa, Vania sedang menonton, sudah dipastikan setiap hari kegiatan perempuan itu hanya diam dihadapan layar televisi atau layar laptopnya. Sementara Elvira sepertinya belum bangun.
"Nia, berangkat ya" pamit Devira. "Aku kayanya langsung pulang kerumah" lanjut Devira. Tangannya meraih sepatu kets berwarna putih di rak sepatunya yang berada di dekat pintu masuk.
"Oke siap" Jawab Vania. Devira segera mengenakan sepatunya dan duduk dilantai depan teras, menunggu Genta sampai di kost an nya. Selang beberapa menit, laki-laki itu sudah berada didepan gerbang kost an nya.
"Kebiasaan banget lama" komentar Devira. Genta hanya nyengir merespon ucapan Devira barusan. Tangannya menyodorkan helm kearah Devira. Lalu diraih oleh Devira dan langsung memakainya.
***
Sesampainya ditempat Seminar, Devira dan Genta segera masuk sambil memberikan tiketnya pada orang yang menjaga dan mereka mendapatkan satu kotak snack. Acaranya di mulai pukul 08.00 masih ada waktu sekitar 30 menit untuk memakan snack yang ia dapatkan untuk sekedar menganjal perut. Devira dan Genta duduk dibagian depan yang masih belum terisi banyak. Selama makan Devira tidak menyadari orang semakin banyak yang berdatangan dan kursi sudah mulai terisi penuh. Devira senang sekali bisa mendapatkan posisi didepan, jadi ia bisa lebih fokus.
Seminar di buka dengan berbagai sambutan dari orang yang belum Devira tahu sebelumnya, jujur, ini baru pertama kali Devira mengikuti seminar nasional seperti ini. Selama ini ia hanya mengikuti seminar-seminar lokal yang diadakan universitas yang skalanya kecil.
Devira kaget ketika MC memanggil nama yang tidak asing terdengar dari telinganya. Gavin Ravindra Pradipto. Devira memucat, jelas ia ingat nama Gavin saat dulu diruangan laki-laki itu ia membaca papan nama diatas meja kerjanya. Sebenarnya, Devira belum bisa melupakan tawaran gila dari Gavin. Seseorang masuk dari arah belakang panggung dan mulai duduk di sofa yang sudah di sediakan diatas panggung, para peserta seminar bertepuk tangan riang seperti menunggu kemunculan laki-laki itu. Jelas berbanding terbalik dengan Devira yang kini melihat kearah depan dengan kesal. Itu Gavin. Orang gila yang menawarinya pekerjaan aneh. Yang diharapkan oleh Devira untuk tidak pernah ditemuinya lagi. Duduk manis disana. Dengan senyuman manis.
Devira merutuk, harusnya ia mencari tahu tentang seminar itu, setidaknya ia tahu pembicaranya siapa. Kalau tahu kan Devira tidak mesti datang. Tapi apa yang sebenernya Devira khawatirkan. Toh kalaupun bertemu lagi dengan Gavin tidak ada pengaruh apapun, kejadian itu sudah berlalu dua minggu lalu dan Devira yakin Gavin tidak akan memikirkan hal itu. Jadi seharusnya Devira tenang saja.
"Genta, ko kamu gak bilang kalau pembicaranya Gavin Ravindra?" bisik Devira ditelinga Genta. Membuat laki-laki itu keheranan.
"Emang kenapa? Dia kan lagi terkenal Ra. Justru aku datang karena dia pembicaranya" Jelas Genta. Devira mengerutkan dahinya sambil menutup mata. Merutuk dalam hati. Sebenarnya bukan apa-apa. Devira cuma masih kesal saja kalau teringat kejadian di Jakarta. Apalagi mengingat usahanya sia-sia. Karena selama ini Devira sudah membayangkan pergi dari Bandung dan bisa bekerja di Jakarta. Memulai kembali hidupnya, meninggalkan masa lalu yang seringkali membuat ia menyesal.
Devira bertekad untuk bersikap biasa. Memperhatikan jalannya seminar. Seminar itu selesai tepat pukul 13.00 belum terlambat untuk makan siang. Devira menunggu sebentar orang-orang yang mulai bergerak menuju pintu keluar. Seminarnya lumayan, Banyak ilmu yang didapat Devira hari ini, sepanjang seminar tadi Devira jelas merasa bahwa Gavin memperhatikannya, karena beberapa kali mata mereka bertemu. Tapi Devira cuek saja, malah balik menatap lama laki-laki itu. Menantang.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Fault in Life [THE END]
RomanceHidup Devira yang hampir tenang dua bulan ini berubah menjadi rumit kembali. Belum sempat ia benar-benar melupakan masa lalu yang mencekik pikiran dan hatinya, dengan tiba-tibanya hadir Gavin Ravindra seorang Presiden Direktur Grandmedia Group yang...