Daily dose of that.

841 152 20
                                    

Namjoon belum bisa bangun. Dibutuhkan seminggu untuknya sekadar menyandarkan punggung, karena luka tusuk yang nyaris melubangi ginjalnya. Hoseok sukarela pergi mengantar Yoonji, bukan karena ingin membiarkan Seokjin dan Namjoon berduaan.

"Boleh?" Namjoon memohon. Seokjin meletakkan bingkisan buah, lalu mendekat. Meraih jemari Namjoon, empunya seketika tersenyum cerah.

"Cuma karena kau menyedihkan, aku melakukan ini. Jangan minta kalau sudah keluar. Tak sudi." Seokjin mengangkat dagu jumawa. Namjoon terkekeh, tapi langsung meringis. "Tuh. Masih mau minta macam-macam?"

Namjoon mengatur napas, nyerinya terasa sampai kepala, tapi jemari mereka semakin ia remas. "Tidak, kak. Cukup begini dan tersenyum saja, aku bisa segera sembuh."

Seokjin mengedikkan hidung. "Picisan lagi?"

"Bukan. Aku bicara jujur. Dosis harian dengan adanya dirimu di sini, sangat manjur daripada obat tadi." Namjoon serasa tersenyum dari telinga ke telinga. "Yang ini, manis sekali."

"Kau ini kenapa? Kepalamu ada yang salah atau bagaimana? Bicaranya ngelantur."

"Tak tahu, kak. Sepertinya memang ada yang salah."

"Di mana? Kenapa tadi tak bilang dokter?"

Namjoon menyentuh dadanya sendiri. "Di sini. Jantungku berdetak lebih cepat karena kita sedekat ini. Aku harus bilang begitu ke dokter?"

Seokjin menekuk alis. "Otakmu pasti tergeser. Menyebalkan. Masih lama kau sembuhnya? Kedaiku harus diurus juga, tahu. Dasar payah. Sebentar lagi kulepas. Soobin belum makan, aku harus pulang," ujar Seokjin kelewat lancar dan tanpa arah. Namjoon hanya tersenyum menatapnya. "Malah pamer gigi. Kau itu bohong, ya?"

"Tidak, kak. Temani aku sebentar lagi."

Seokjin itu tidak biasa diberi kelembutan, tapi Namjoon melakukannya. Lagi dan lagi. Beruntung mereka hanya berdua. Kalau ada yang lain terlebih Yoongi, bisa jatuh harga dirinya.

"Terserah! Lima menit!" Seokjin buang muka, cuping telinganya memerah.

"Tambah sejam saja, kak. Boleh, ya?"

Seokjin menghela. Tawar menawarnya bakal ulet. Ia menatap balik. "Boleh. Asal jangan memanggil seperti itu." Namjoon mengernyit, Seokjin sedikit berbisik saat melanjutkan. "Nama kecil saja."

Namjoon yakin ia manusia paling bahagia.

:)

Twitterpated | NJ ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang