15• Pergi Berkunjung

525 45 0
                                    

"Aku tidak pernah berjuang sejauh ini, jadi jika kamu aku perjuangkan maka kamu spesial. "

¤¤¤

Hari ini Nafisa ada janji bertemu dengan David, sesuai yang dibicarakan dulu. Dia dan David hari ini rencananya akan pergi ke panti asuhan.


Sebenarnya Tante Mira akan ikut, namun Nafisa melarangnya karena tidak ingin Tante Mira kelelahan. Dia rasa adanya David  sudah lebih dari cukup untuk membantunya mencari tahu.

"Beneran ini bukan ya?" ucap Nafisa menatap bangunan berlantai dua di depannya.

"Sepertinya benar, lihat itu ada tulisannya," ujar David menyahuti menunjuk papan besar bertuliskan Panti Asuhan Kasih Bunda.

"Ya udah ayo," ajak Nafisa.

Nafisa sesekali tersenyum menatap anak kecil yang tengah bermain bersama, mereka terlihat sangat bahagia seakan tidak memikirkan betapa kejamnya dunia.

"Emang Kak David gak tau ya soal tempat tinggal Rania, kan Kak David sahabat Dokter Azka?" tanya Nafisa menoleh menatap David yang berjalan di sampingnya.

"Kamu kan tahu aku gak suka sama Rania, aku sendiri hanya sebatas kenal saja. Apalagi sejak Azka pacaran dengan Rania, dia menjauh dariku. Jadi aku tidak peduli lagi tentang Rania. Aku saja kembali dengar soal Rania dulu waktu mereka tunangan." David menggerutu kesal.

Nafisa mengangguk paham, lalu tersenyum kecil melirik David.

"Kak Davik seperti orang yang lagi cemburu," goda Nafisa.

"Ckk. Kamu sama Azka itu sama saja. Aku tidak cemburu! Aku hanya merasa tidak suka. Itu saja," ujar David berdecak sebal. Kenapa tidak Azka atau Nafisa selalu berpikir dia cemburu, dia kan hanya sedikit kesal.

"Ya ya aku percaya," ucap Nafisa menahan geli dalam hati melihat ekspresi David. David itu ekspresif tidak seperti Azka yang datar.

"Assalamualaikum," ucap Nafisa menyapa seorang perempuan yang Nafisa perkirakan berumur tigapuluhan. ibu itu tengah duduk di kursi samping pintu mengawasi anak-anak yang tengah bermain.

"Waalaikumsalam," jawab Ibu itu seraya berdiri. Matanya menatap penuh tanya ke arah Nafisa.

"Ada apa ya, mau adopsi anak? " tanyanya menyuarakan keingin tahuannya.

"Bukan Bu, bukan. Kami kesini ada perlu sedikit dengan Ibu. Apa Ibu ada waktu." jawab Nafisa salah tingkah, adopsi anak?  menikah aja dia belom:(

Ibu itu mengangguk, lalu memanggil salah satu anak remaja yang tengah bermain.

"Ada apa Bunda? "

"Kamu jaga mereka dulu ya,  Bunda ada tamu."
Bocah itu mengangguk lalu berlalu pergi kembali bermain.

"Ayo, silahkan masuk."

Nafisa dan David mengangguk bersamaan lalu masuk diikuti ibu itu yang di panggil Bunda oleh anak tadi.

"Silahkan duduk dulu Nak...Wi buatin minum dua."

"Gak perlu repot-repot Bu, kami cuma sebentar," ujar Nafisa tak enak hati.

"Gak apa apa wong cuma air, Sebenarnya ada apa toh ini? " ucapnya dengan ditambah aksen logat jawa.

Nafisa menoleh ke arah David meminta persetujuan, saat melihat David mengangguk Nafisa kembali menatap ke arah Ibu itu.

"Begini Bu..."

"Panggil saja Bu Ida,"

"Iya Bu Ida, saya mau ketemu sama Bu Ani orangnya ada?"

Dear Doctor (Complete) [Tahap Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang