Kali ini sesuai janjinya kemarin, pagi buta sekitar pukul enam Rio sudah bertengger dipelataran rumah Katrin untuk mengantarnya ke sekolah sebagai ucapan maaf karena membatalkan rencana nyunset dipantai itu.Pintu pagar terlihat masih terkunci membuat Rio menunggu didalam mobil sambil sesekali menata rambutnya yang messy itu, juga di kursi belakang terlihat bouqet bunga matahari dan beberapa makanan yang siap diberikan untuk seseorang, siapa lagi kalau bukan Katrin. Kali ini, seperti biasanya Rio mengeluarkan jurus melelehkan hati perempuan dengan sikap manis dan romantisnya itu. Sebentar lagi akan beraksi.
Setelah hampir sejam menunggu, yang dinantikan akhirnya muncul dari bilik pintu utama. Dengan segera Rio keluar dari mobil dan mendekat ke arah pagar dengan tampang manis dan seperti biasa penuh gombalan.
"Good morning tuan putri", sapa Rio sambil menadahkan tanganya diatas pagar yang tidak terlalu tinggi itu.
"Eeh Rio, ngapain pagi-pagi lo kesini?", balas Katrin yang langsung menoleh dan berjalan ke arah pagar dan segera membukanya.
"Bales sapaan gue dulu dong mut, to the point banget jadi orang", ucap Rio sambil menaik-turunkan alisnya.
"Pagi Rioo", sapa Katrin.
"Hari ini gue anter ya, maaf soal kemarin- ", ucap Rio yang langsung dipotong oleh Katrin.
"Udah lupain aja, gue ngerti kok kesibukan lo jadi ketum yang berprestasi ini", sambung Katrin sedikit mengejek.
"Thanks mut, yuk cabut biar gak keburu telat", balas Rio sambil mengacak halus rambut Katrin.
***
Didalam mobil suasana masih sepi, tidak ada yang lebih dulu memulai topik obrolan. Keduanya masih larut dalam pikiran masing-masing hingga terlintas dipikiran Katrin perihal kejadian di Bandara kemarin yang memperlihatkan Rio bersama dengan mantannya Edgar, alias Natsya.
"Rio, kemarin lo pulang rapat sama pembimbing itu jam berapa?", ucap Katrin membuka obrolan.
"Jam setengah delapan kalo gak salah mut", jawab Rio dengan enteng.
"Terus langsung pulang?"
"Kenapa nih nanyain, kok jadi posesif gini umm", balas Rio sambil mengacak lembut rambut Katrin.
"Udah sarapan?, itu di kursi belakang ada sari roti sama susu ultramilk cokelat. Makan dulu gih, sebelum nyampe", sambung Rio seolah mengalihkan pembicaraan.
Benar juga yang dikatakan Rio, pertanyaan Katrin terlihat posesif yang seolah-olah harus tau segala hal tentang Rio. Tapi niat awal Katrin hanya ingin memastikan yang dilihatnya di Bandara itu benar Rio atau bukan, mungkin lain kali Katrin akan menanyakannya kembali.
"Itu ada bouqet bunga buat siapa?", Tanya Katrin setelah mengambil sari roti dan susu ultramilk cokelat yang disebelahnya memperlihatkan bouqet bunga matahari.
"Buat lo lah imutt. Sebagai tanda maaf gue yang udah batalin rencana kemarin. Sorry ya"
"Iih apaansi lo, dibilangin biasain aja. Gue yang jadinya gak enak tau karena ganggu waktu lo"
"Udah terima aja yaa"
"Masak gue bawa gituan ke sekolah? Ke dalem kelas lagi? Yang bener aja lo", balas Katrin yang tanpa disadari sifat aslinya sedikit mulai keluar. Kebiasaan nge-gasnya.
"Kok galak gitu si jawabnya. Gumus gue jadinya", jawab Rio dengan gemas sambil mengacak rambut Katrin.
"Eeh em sorry hehe", cengir Katrin yang mulai menyadari perkataanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Teater in Love
Teen FictionSebelum mengakhiri masa SMA gue, gue pengen banget punya cowok. Plis, gue terakhir putus itu sama tali pusar gue. Ya bisa dibilang gue jomblo sejak embrio. Alias gak pernah pacaran. Tapi gue maunya sama ANAK TEATER. Terwujud gak ya?