Chapter 7 Impian

3 1 0
                                    

"Awas minggir!!! Aaaaaaa...!!!" *Bruk!!*
Kevin yang tadinya mencengkram erat selimutnya, kini terjatuh. "Aduh, masih jam setengah tiga" kata kevin pelan sambil melihat jam di dinding kamarnya

******

"Nanti ikut aku yah" kata David sambil mengunyah makanan yang katanya dari Turki itu, iya kebab.

"Kemana?" kata Ara di sampingnya

"Surprise lah"

Ara memicingkan matanya, menaikkan satu alisnya. Semenjak status mereka resmi berpacaran, David memang terkadang misterius, tiba-tiba ngasih surprise, tiba-tiba nongol depan pintu rumah Ara, tiba-tiba ngambek, pokoknya banyak tiba-tibanya dah. Iya betul, mungkin kebanyakan dari pasangan seharusnya yang lebih 'menyeh-menyeh' itu ceweknya yah, tapi ini enggak. Memang sih terkadang Kiara juga seperti itu, tapi David lebih sering sepertinya. Kalian gak nyangka kan? Sama, aku juga.

Plakk!!!

Bukk!!

Tseehhh~

"Aduh tempat apaan sih ini" kata Ara sambil ngintip-ngintip kecil melihat pemandangan di sekelilingnya lewat himpitan jari tangan yang sengaja ia pakai untuk menutup wajahnya. Iya, inilah yang David janjikan itu, surprise. Kiara diajak untuk menonton pertandingan karate David. Sudah tau ceweknya itu penyayang, gak tegaan sama orang. Malah diajak ke tempat seperti ini, entah itu sebuah surprise atau sebuah keusilan yang sangat amat disengaja, tapi yang jelas mungkin David ingin Kiara mendukung dirinya dalam pertandingan karatenya kali ini. Yaa walaupun bukannya mendukung David bersorak-sorai seperti pemandu sorak yang menari-nari itu, alih-alih Kiara malah menutup wajahnya, ketakutan dan gemas dibuatnya. "Kapan sih selesainya elah" kata-kata itu selalu ia lontarkan, berharap pertandingan cepat selesai dan orang-orang tidak lagi saling pukul hanya untuk mendapatkan medali. "Apa salahnya sih hidup aman damai" katanya dalam hati sambil menghempaskan nafasnya.

Kali ini Ara tidak sendiri, ia ditemani Sisil adiknya David dipertandingan. Berbeda dengan Ara yang ciut, Sisil malah sangat bersemangat mendukung kakaknya. Berteriak-teriak macam 'KPopers' yang bertemu dengan Oppa Oppa korea, sampai-samapi 3 botol air habis diteguknya untuk mengimbangi suara yang keluar. Padahal ini baru di pertengahan pertandingan, gimana kalau sampai finish? Bisa-bisa dia menelepon tukang galon langganan untuk mengantarkan satu galom kesini.

*Priiittttt*

Tiupan pluit pertanda pertandingan selesai, semua orang bersorak-sorak menyambut sang juara pertandingan. Turun kebawah bahkan sampai memasuki area tanding demi bertemu dengan para atlet, bukan hanya teman-teman atau sanak saudaranya saja, tapi penonton lain yang memang menyukai karate ikut turun, berharap bisa bersua foto dan menguploadnya ke akun instagram.
Sisil pun turun, meninggalkan Kiara yang masih duduk dibangku penonton. Sisil sudah lari menuju kakaknya tidak sabar ingin memeluk kakak satu-satunya itu. Melihat Sisil tak ada di sampingnya, Ara membuka mata, malah kali ini membuka lebar-lebar untuk mencari kemana Sisil. Setelah menemukan ia baru berani berteriak, "Siiill.. tungguin kakak!! Aduh!!". Ara pun berlari kecil menyusul Sisil.

"Gak apa-apa kamu udah keren kok" kata seseorang yang menepuk-nepuk bahu David. "Lain kali kita mesti berlatih lebih giat lagi berarti" kata orang tersebut

"iya Pak, betul. Saya yakin kakak saya pasti akan mendapat juara pertama nanti. Juara kedua seperti ini aja aksinya sudah keren banget tadi" kata Sisil dengan semangatnya

"Selamat yah atas keberhasilan kamu. Tetap rendah diri dan terus berlatih"
Kata orang itu

"Iya pak, terima kasih. Ini karena ilmu yang bapak ajarkan pak, bapak memang hebat" kata David. Lantas mereka bertiga tertawa kecil

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 30, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Memeluk BulanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang