Beberapa hari kemudian....
Setelah kepergian Jeffrey dan Selena dari kediaman Gio dan Ara, wanita cantik yang kini sedang mengiris daging di dapur terus berceloteh ria. Tangannya mengiris tipis bagian demi bagian daging sapi yang akan Ara olah menjadi steak."Kalau kata Selena, anggap aja ini daging manusia, dipotong tipis-tipis," gumam Ara, ia memotong daging dengan perlahan, soalnya kalau kata Selena perlahan akan lebih mengasikkan ketimbang cepat-cepat selesai.
Ara menyalakan kompor, membaluri mentega lalu bergumam. "Kalau menteganya anggap aja darah, yang akan dimasak bersamaan dengan daging manusia."
Senyum miring tercetak disudut bibir Ara, entah kenapa beberapa hari ini Ara terlihat berbeda, ia terlihat lebih banyak mempelajari ilmu yang dikasih Selena saat itu.
Dirasa teflon sudah cukup panas, Ara meletakkan daging diatas teflon yang langsung terdengar percikan mentega.
"Ahh, kalau percikan itu akan ku anggap seperti percikan darah yang tercipta dari urat nadi yang dipotong hingga putus."
Rangkaian kata yang terdengar menyeramkan membuat sepasang mata berdiri tak jauh dari posisi Ara yang membelakangi dengan wajah mengernyit heran.
"Apa yang tadi Ara ucapkan sebuah rangkaian kalimat seorang pembunuh?" gumam Gio dengan kedua tangan bersedekap.
Baru saja pria itu pulang dari kantor, tubuhnya seketika tersentak mendengar celotehan Ara yang terdengar berbeda.
Kini Ara kembali membalikkan daging itu, menghirup aroma harum yang tercium, "Sedap, seperti bau darah."
Gio melotot lebar, kedua tangannya tak lagi bersedekap, dengan langkah terburu-buru ia menghampiri Ara.
"Hey, apa yang kamu lakukan di dapur?" tanya Gio berdiri satu langkah dibelakang Ara.
Wanita yang tengah memakai celemek itu berbalik menatap sang suami yang baru saja pulang kerja.
"Apa aku terlihat seperti sedang melukis didapur?" tanya Ara sensi, wanita itu mengendus aroma daging yang masih terpanggang, "Jangan ganggu aku, aku lagi bereksperimen,"
Gio tak berhenti menatap Ara dengan mulut sedikit terbuka, Ara masih asik dengan masakannya sedangkan Gio berdiri dibelakang Ara seperti seorang anak yang menunggu masakan mamanya selesai.
"Mandi dulu sana." Suruh Ara tanpa menatap sang suami.
"Peluk dulu," rengek Gio dengan manja, sedangkan Ara melirik sinis Gio.
"Mandilah dulu," kata Ara lagi, wanita itu mengangkat daging sapi yang sudah matang keatas piring.
Gio menekuk bibirnya kebawah, berjalan lesu menaiki undakkan tangga untuk mandi sebelum makan malam.
Beralih ke Ara, gadis itu cekikan melihat wajah lesu Gio, mengerjai pria itu ternyata sangat menyenangkan ya. Hahaha! Ara tertawa puas di meja makan.
****
Makan malam berlanjut, hanya ada keheningan yang menyelimuti keduanya. Tak biasanya Ara diam seperti seorang bisu, biasanya wanita itu lebih banyak berbicara ketimbang Gio.
Ara masih asik makan, sedangkan Gio lebih memilih untuk menatap wajah Ara. Aura yang ada disekeliling Ara terlihat berbeda, seperti bersinar terang. Atau mungkin mata Gio yang bermasalah?
Merasa diperhatikan, Ara menubruk mata Gio dengan kedua alis terangkat.
"Kenapa?" tanya Ara membuat Gio mengerjapkan mata.
KAMU SEDANG MEMBACA
しぬ SHINU (COMPLETED)
Misteri / Thriller❝Maaf berarti kalah, dan yang kalah harus mati!❞ Semua orang mengenalnya sebagai monster pembunuh. Namun bagiku, dia adalah sosok pelindung. Manusia pencabut nyawa itu terperangkap dalam prinsipnya sendiri. Akankan Adara dapat menaklukkan monster te...