CHAPTER 11
BE HERE NOW
Ben kembali ke unit apartemen yang ditempatinya dengan membawa plastik transparan dengan tiga buah paper bag berlogo khas sebuah restoran waralaba cepat saji di dalamnya dan sebuah plastik lain berisi obat untuk Kara. Setelah menyuruh Kara beristirahat saat mereka sampai tadi, Ben memutuskan untuk pergi lagi demi membeli obat untuk sahabatnya itu. Dalam perjalanan pulangnya dari apotek, laki-laki itu mampir untuk membeli makanan cepat saji karena dia tahu Kara pasti belum sempat makan saat dia pingsan tadi. Sedangkan perempuan itu harus mengisi perutnya sebelum mengonsumsi obat.Ben meletakkan makanan dan obat yang dibelinya di atas mini bar yang ada di dapur. Dia kemudian bergerak menuju kamar Kara. Dilihatnya sahabatnya itu tengah terbaring di atas tempat tidur dengan kedua mata terpejam. Sementara Delilah tampak berusaha membetulkan bedcover yang menyelimuti tubuh Kara.
"She's asleep?" tanya Ben dengan suara pelan agar tidak membangunkan Kara.
Delilah menanggapi dengan satu anggukan singkat.
"Lo pasti belum makan kan? Makan dulu gih. Gue udah beli burger."
"Tapi Kak Kara..."
Ben mengibaskan telapak tangannya sebelum Delilah sempat menyelesaikan kalimatnya. "Just let her get some rest. Ayo makan dulu."
Meski sempat ragu untuk meninggalkan Kara yang masih terlelap, Delilah akhirnya mengikuti Ben keluar dari kamar perempuan itu. Ditutupnya kamar Kara dengan perlahan, kemudian dia langkahkan kakinya ke dapur untuk menyusul Ben. Laki-laki itu terlihat mengeluarkan paper bag berisi burger yang dibelinya dari plastik sebelum menjatuhkan pantatnya ke atas stool. Dengan canggung, Delilah ikut menempatkan diri untuk duduk di atas stool di samping Ben.
"Help yourself. Gelas ada di dalam sana, air di sana, dan lo boleh ambil apa pun yang ada di kulkas kalau lo mau. Just make yourself feel like home," ujar Ben sembari menunjuk letak dispenser dan cupboard tempat menyimpan alat makan dengan telunjuknya. "Anyway, thanks for taking care of Kara earlier. I've texted Yoshi to say thanks as well. Anak itu, bisa-bisanya masih berangkat ke toko dan buat pesanan pelanggan meski nggak enak badan," gerutu laki-laki itu sambil geleng-geleng kepala.
"Kak Ben... peduli banget ya sama Kak Kara?" Delilah tidak bisa menahan diri untuk bertanya.
Gadis itu bisa melihat kekhawatiran yang sangat kentara di wajah Ben saat akhirnya dia muncul di Magnolia dan mendapati Kara yang masih tak sadarkan diri. Dan meski sempat mengomel dalam perjalanan menuju apartemen, Delilah tau kalau omelan laki-laki itu disebabkan oleh rasa cemasnya akan keadaan Kara. Saking cemasnya, Ben jadi merasa kesal saat Kara menganggap remeh keadaannya dengan mengatakan bahwa dia baik-baik saja meski sebelumnya dia sempat pingsan.
"Tentu aja gue peduli sama dia," sahut Ben. "We've been living together since we were seventeen. Dia udah kayak saudara dibanding sahabat bagi gue. So yeah, it's hard to not give a damn about your sister's well-being, right?"
Jawaban Ben membuat Delilah ingin bertanya, mengapa mereka bisa tinggal bersama sejak berusia tujuh belas tahun? Namun sebelum gadis itu sempat mengungkapkan pertanyaannya, ponsel Ben berdering. Laki-laki itu meletakkan burger yang baru dia makan seperempat bagiannya ke atas mini bar untuk menerima panggilan yang masuk ke ponselnya.
"I swear to the old-man above, Naren. If you're calling me for something unimportant, I'd stab you with a damn chopstick in your sleep!" gerutu Ben saat menjawab teleponnya. "I told you to rearrange the rest of my schedule today. I have to take care of Kara. She's not feeling well. Which part of those that you don't understand, huh?" kata laki-laki itu pada lawan bicaranya yang dipanggil Naren. "Then tell them that I'll come to see them tomorrow! Gosh, you're such a useless PA sometimes! Yeah. Fine, fine! I'll go. Bye."
KAMU SEDANG MEMBACA
WRAPPED AROUND YOUR FINGER
RomanceDelilah pernah dipertemukan dengan seorang malaikat saat usianya sepuluh tahun. Pertemuan yang hanya berlangsung kurang dari tiga puluh menit itu terpatri erat dalam benaknya selama bertahun-tahun. Bagaimana bisa dia melupakan orang yang pernah meng...