lima belas: 11.11 manjur

3.8K 438 27
                                    


File stranger ilang...

Mau ceritaaaaaaa cara baliknya tapi bakal panjang. Udah mending ngabuburit ini dulu

Happy ngabuburit!!





























"Je itu di papan tulisannya apa?" Tanya Jeno mengangkat kepala. Cowok itu menoleh bertanya merasa susah membaca tulisan di depan membuat Jaemin berhenti menulis balas menoleh.

Jeno jadi menunjuk papan di depan. "Yang sebelah kanan atas," katanya menunjuk arah membuat Jaemin menghadap depan mencoba melihat.

"Dengan penjelasan, itu?" Tanya Jaemin mengutip memastikan dahulu.

"Sampingnya ce tuh sampingnya rumus ce-ha," kata Jeno menambahi juga mengarahkan lagi membuat Jaemin yang menatap papan mengerutkan kening samar merasa tak menemukan.

Jaemin sampai bergeser memiringkan badan condong mendekat pada lengan mencoba melihat dari arah telunjuk Jeno membuat Jeno jadi melirikan mata melihat kepala Jaemin sudah menempel begitu saja di lengannya. Wangi leci memenuhi seluruh napas yang ia hirup.

Tak lama Jaemin mengangguk merasa menemukan membuat Jeno menurunkan telunjuk, meraih bolpen langsung bersiap mencatat.

"Deret senyawa karbon yang demikian disebut dengan deret homolog," kata Jaemin berhenti melirik sebentar Jeno yang sudah membungkuk pada buku sibuk mencatat.

Jaemin kembali ke depan melanjut. "Contoh, jumlah atom c ada 14 dengan rumus molekul C14H30 disebut te.. ra.... teta ua? eh apasih bentar Jen," katanya menipiskan mata melihat serius tulisan di papan tulis kelas depan. Sampai ia agak maju merapat pada meja seakan dengan begitu jadi lebih bisa lihat lebih jelas.

Tangan Jeno yang diam masih menunggu memengangi bolpen dengan kepala tertunduk sampai suara Jaemin terdengar makin patah-patah gagap tak jelas membuatnya melirik.

Jaemin benar-benar serius menghadap depan dengan mulut mengerucut serius dan badan rapat ke depan pada meja dengan badan agak terangkat berdiri dari bangkunya.

Jeno menegakan badan jadi menoleh sepenuhnya dengan alis terangkat menatap pemuda yang masih serius itu sampai Jaemin merasa sudah salah membaca beberapa kali dengan 'eh' sering diucap.

Jeno tersenyum tipis, walau segera mengontrol diri berdehem tenang. Tapi masih menatap geli. Ia mendengus yang makin lama bibirnya jadi terbuka begitu saja dengan lebarnya, jadi senyum lebar itu terlihat jelas mengganti muka tenangnya.

Jaemin menyerah bersandar dengan wajah pasrah menatap papan capek. Tangannya ikut terseret lemas lepas dari meja terjatuh loyo menggantung di samping kursinya.

"Jen liat punya gue aja," katanya mengangkat tangan mendorong sesaat buku catatnya membuat Jeno dengan dengusan geli menarik buku itu mendekat.

"Kenapa nggak daritadi coba," kata Jeno tak mengerti tapi tetap menunduk menyalin.

"Kan ditanya ya reflek liat papan," kata Jaemin membalas berkata dengan jujurnya.

"Oke udah, terus?" Tanya Jeno sudah selesai karena tulisan Jaemin tak terlalu jauh, ia dengan santai menggeser kembali buku tulis besar itu.

Jaemin menarik buku tulis kembali memasang badan bersiap melanjutkan. "Tapi ya Jen lo beneran nggak liat papan? Maksudnya, nggak liat apa apa di sana?" Tanyanya dengan agak hati hati menjaga.

Jeno mengangguk pelan dengan santai. "Ya bisa, males aja liat tulisan jauh," jawabnya nyengir dengan tengil membuat Jaemin menatap kecil ternganga tak habis pikir.

strangerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang