♪ : BAB 32

1.6K 228 49
                                    

Hancur lagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hancur lagi. Judith bertemu kembali dengan kata tersebut dan mau tidak mau harus berpelukan untuk kali kedua. Bangkai ketakutan yang selama ini ia kubur sedalam mungkin nyatanya tercium juga. Gadis yang amat mencintai pudding cokelat dan pisang goreng bude tepi lapangan itu tidak pernah siap untuk kembali berhubungan dengan masa lalu yang menyakitkan. Judith jujur bahwa dia sudah lama memaafkan, tapi untuk kembali mengulang, Judith tidak pernah mampu-bahkan tidak memiliki rencana sama sekali. Judith hanya menginginkan sebuah hari-hari damai di depan, dia tidak meminta banyak pada semesta. Beberapa hal sederhana, namun dapat membuatnya bernapas nyaman di setiap detiknya. Hanya itu. Dan Partha Tarachandra menjadi daftar dari hal sederhana yang ia pinta.

Judith menyayangi Racha dengan tulus entah dimulai sejak kapan. Perkenalan mereka yang cukup menyebalkan di memori Judith, lantas memulai pertemanan dengan cara yang cukup aneh karena keduanya sama-sama terlambat mengumpulkan tugas. Kemudian usaha-usaha Racha di hari demi hari yang sering kali tidak diacuhkan oleh Judith. Bagi Judith, mereka berteman baik, maka itu sudah cukup. Menerima kopi setiap pagi dari pria itu, ditawarkan pertolongan untuk menyelesaikan tugas-tugas rumit, diberi tumpangan untuk pulang, dan hal-hal manis lain yang Judith kira tidak akan pernah membuatnya jatuh. Ternyata Judith salah besar. Judith tidak pernah bermimpi untuk membuka kembali hati yang sudah lama ia kunci rapat. Namun entah petunjuk dari siapa dan mana, Racha menemukan kuncinya. Berawal dari ketukan ringan nan sederhana, kini Racha berhasil masuk dan menjadi tamu yang paling dicinta oleh si puan rumah.

Dalam langkah gontai yang ia bawa, Judith tidak lagi berusaha menyembunyikan luka. Dia membiarkan serpihan-serpihannya terberai pada setiap langkah yang tercipta, merasakan kesedihan yang datang dengan tangan terbuka, serta menerima segala fakta yang menyapa. Dia ingin tidur, namun tidak lagi bisa sebab penerbangan selama 5 jam sudah dihabiskannya untuk terlelap. Kini matanya sukses terbuka jernih sembari menyeret koper membelah bandara menuju sisi terluar untuk menemui taksi.

Sesekali Judith masih terbayang kejadian semalam. Pertemuan mendadak yang menurutnya adalah hadiah paling menyebalkan dari semesta, masuk rumah sakit dan disarankan untuk mengunjungi psikiater, kemudian berhadapan dengan Racha yang tengah kecewa. Judith sukses merasa jahat pada semua orang yang telah berharap banyak padanya. Dia bahkan tidak menyangka masih menjadi duri bagi Rion dan dianggap sebagai penghalang untuk Rion merasakan cinta yang baru. Apa salah Judith karena semesta memberinya kebahagiaan lebih dulu dibanding Rion? Judith sukses merutuk dalam hati! Matanya memerah dan buru-buru diusapnya dengan jemari. Kalau Rion ingin kesempatan ini, maka akan dengan senang hati Judith berikan. Kenapa pria itu malah menganggap perihal bahagia masing-masing mereka adalah ajang kompetisi dan ia malah merasa kalah telak dari Judith.

Judith tersentak ketika seorang supir taksi mendekat padanya dan menawarkan diri untuk membawa koper Judith. Perempuan itu membiarkan, dia lalu memilih berjalan ke arah pintu taksi dan membukanya cepat. Duduk dan menyandarkan tubuh adalah hal yang paling Judith inginkan sekarang walau dia tidak lagi dapat tidur. Judith merapatkan jaket hitam yang dia gunakan, sesekali mengusap hidung yang terdengar sengau.

Just Like YesterdayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang