19

59 8 33
                                    

"Assalamu'alaikum Umi!" Teriak Hami dari pintu utama rumah megah milik Hj. Udin. Ayahnya Jimin. Sengaja memang agar seluruh tamu undangan yang berkumpul di ruang tamu menanggapi salamnya. Diikuti dengan ketiga gadis lainnya. Leeah, Ryana dan Hana. Hami sengaja memang berangkat barengan. Menolak para lelaki menjemput.

"Waalaikumsalam, Hami." Sahut wanita paruh baya dari dalam melewati kerumunan tamu. Hijab dan gamisnya terjuntai membuat wanita itu terlihat anggun.

Wanita itu menarik Hami kedalam pelukannya. "Udah masuk SMA jarang main kesini."

"Kita kan tetanggaan umi."

"Tetep aja kan udah jarang main. Sama Yoongi terus sih"

"Bukan gitu umi."

Lalu Umi Jimin mencubit lengan Ryana. "Neng geulis satu ini juga udah jarang main kesini. Udah punya pacar ya kayak Hami?"

"Belom umi, masih single." Kini berganti Ryana yang dipeluk.

"Weheyy rombongan jauh udah datang." Ini Jimin yang entah muncul begitu saja macam jalangkung.

Ia langsung menggandeng Leeah, maksud hati ingin memperkenalkan calonnya pada sang ibu. "Umi, kenalin ini Leeah, gebetan Jimin. Cantik ga umi?"

"Masya Allah," Uminya Jimin menangkup wajah Leeah. "Kamu baru pertama kali ya kesini? Kamu anak mana?"

"Dari Elmore, Umi hehe."

"Elmore yang perumahan elit itu? Yang ada kost-kostan mahal itu kan?"

"Iya umi, kost-kostan itu punya maminya Leeah." Gadis itu mengangguk malu-malu. Pertama kalinya dia dikenalkan seperti ini didepan orang tua seseorang. Mana sama Jimin lagi.

Umi memukul lengan Jimin keras. "Gadis kayak Leeah kok gak dihalalin aja sih Jimin?"

Jimin cemberut. "Kan masih sekolah, Mi."

Hana melihat semuanya. Pengakuan Jimin dihadapan ibunya. Bahkan mengenalkan Leeah yang merupakan orang baru baginya dengan menyebutkan sebagai 'calon'. Membuat matanya bergerak gelisah. Hami dan Ryana merapat ke arah Hana.

"Umi, liat ini siapa?" Ryana mendorong Hana lebih dekat dengan Umi yang tengah bergurau bersama Leeah.

"Assalamu'alaikum, Umi. Apa kabar?" Hana berucap gugup. Kurang ajar memang Ryana. Ia bersumpah akan melempar toples Kong Guan jika saja dia tak malu.

"Waalaikumsalam, Hana. Makin cantik ya kamu!"

"Dari dulu Hana memang cantik." Ini Abah Udin. Beliau baru saja mempersiapkan alat bakaran yang akan digunakan waktu takbiran.

"Iya kan Abah, jadi pengen punya mantu kayak Hana." Ucapan Uminya Jimin membuat Ryana dan Hami saling pandang. Bahkan Leeah tersenyum dengan paksa pada Ryana. Sedangkan Jimin meringis, ingin rasanya langsung bersujud untuk meminta maaf.

"Loh Hami! Pangling Abah, kamu udah segede ini. Dulu kan suka kurang ajar bolak-balik keluar masuk kamar Jimin."

Duh asli Hami pengen menyumbat bibir Haji Udin dengan biskuit Monde.

( ͠° ͟ʖ °͠ )

Acara buka bersama berjalan dengan lancar yang dipimpin oleh tuan rumah sendiri. Hj Udin. Setelah melaksanakan sholat Magrib berjamaah di musholla milik tuan rumah, mereka dipersilahkan untuk bersantai terlebih dahulu. Sampai acara kedua dimulai yaitu bakar-bakar dan takbiran untuk menyambut hari kemenangan.

Kebetulan Hana ingin menyendiri. Menikmati view dari lantai 2 kediaman Jimin. Sambil mengenang saat hubungannya dengan Jimin tak canggung. Jus jeruk yang ia bawa tidak lagi dingin, maka ia turun menuju dapur untuk mengambil beberapa es batu.

Spill the Tae || Maknae LineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang